Beksan Bandabaya lahir di sebuah istana berstatus Kadipaten, yaitu Kadipaten Pakualaman atau yang disebut juga Pura Pakualaman. Beksan Bandabaya diciptakan oleh Sri Paku Alam II yang bertahta antara tahun 1829 – 1858. Tari ini bertema kegagahan prajurit yang sedang berlatih perang. Beksan Bandabaya ditarikan oleh empat laki-laki berkarakter gagah yang berperan sebagai penari utama. Seperangkat perlengkapan, yaitu sebilah pedang dilengkapi dengan sebuah perisai digunakan oleh setiap penari utama. Keempat penari utama dibantu oleh empat laki-laki yang disebut ploncon. Ploncon menyerahkan pedang ke tengah area tari pada waktu akan digunakan menari. Perisai sudah dibawa dan digunakan menari sejak permulaan oleh penari utama, sedangkan pedang digunakan di tengah tari berlangsung. Ploncon menyerahkannya dengan cara lampah pocong atau berjalan dengan cara berjongkok. Ploncon tidak selalu dihadirkan dalam setiap pementasan. Kehadiran mereka hanya pada kesempatan yang dipandang khusus. Pergelaran Beksan Bandabaya diirimgi oleh suara seperangkat gamelan dan syair. Di samping itu juga didukung oleh seorang laki-laki yang disebut pemaoskandha yang membacakan maksud pementasannya dan seorang lagi pengeprak atau pemberi aba-aba bagi penari dan pengrawit atau penabuh gamelan. Keduanya duduk bersama di antara para pengrawit yang berjumlah sekitar 25 – 30 orang laki-laki. Pengrawit, pemaos kandha, pengeprak, penari utama, maupun ploncon biasanya adalah abdi dalem Langenpraja Pura Pakualaman.