REPUBLIKA.CO.ID, Tangerang Selatan — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan acara Apresiasi Komunitas Budaya Nusantara di Mal Bintaro Xchange, Tangerang Selatan, Sabtu (24/3) dan Ahad (25/3). Acara ini berlangsung sebagai wujud memberikan apresiasi terhadap hasil karya para komunitas budaya.

Sumber : Republika

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan saat ini merupakan momen luar biasa di mana seni tradisional hadir di tempat yang mungkin tidak biasa, yaitu di pusat perbelanjaan. “Saya mengapresiasi pengelola pusat perbelanjaan ini yang telah memberikan ruang kepada seni tradisi untuk tampil,” tuturnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad.

Mengusung tema “Merajut Keberagaman melalui Ekspresi Komunitas Budaya”, Hilmar berharap acara ini bisa dimanfaatkan para komunitas budaya untuk mengekspresikan kekayaan budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Hilmar juga berharap, lebih banyak lagi pusat-pusat berbelanjaan mau berpartisipasi seperti acara hari ini dengan membuka ruang di akhir pekan untuk penyelenggaraan seni dan budaya.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, Apresiasi Komunitas Budaya Nusantara di Mal Bintaro Xchange, Tangerang Selatan, Sabtu (24/3) dan Ahad (25/3).

Hilmar mengatakan, dengan menyelenggarakan kegiatan di pusat perbelanjaan ini menjadi kesempatan yang sangat bagus bagi para komunitas budaya untuk tampil, karena disaksikan secara langsung oleh para pengunjung. “Masyarakat dapat menyaksikan secara langsung bagaimana seni tradisi ini terus dikembangkan oleh para komunitas budaya di berbagai daerah,” ucapnya.

Kegiatan ini merupakan salah satu Program Bantuan Pemerintah (Banpem) Fasilitasi Komunitas Budaya di Masyarakat (FKBM) yang telah berjalan sejak tahun 2012. Banpem telah diberikan kepada 1.760 komunitas budaya, dan 21 komunitas budaya yang mendapatkan bantuan tersebut tampil dalam acara.

Acara yang dihadiri 258 peserta dari seluruh Indonesia ini, dibagi dalam dua rangkaian kegiatan yakni pementasan karya budaya tradisional dan kontemporer, serta diskusi terpumpun atau Focus Group Discussion (FGD). Penyelenggaraan FGD diikuti 90 peserta, dengan tujuan untuk menjaring masukan untuk perbaikan kualitas komunitas budaya.