TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Tahun 2019 ini, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali melaksanakan Jejak Tradisi Nasional (Jetranas).

Jetranas merupakan kegiatan pembelajaran kebudayaan untuk mengunjungi dan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat, serta melihat keragaman tradisi yang masih hidup.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun sejak tahun 2011 dan tahun ini mengambil tema “Memajukan Kebudayaan Merekatkan Kebinekaan.”

Menurut Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Dirjen Kebudayaan, Christriyati Ariani saat pembukaan Jetranas di Hotel Prime Plaza Sanur, Minggu (4/8/2019) malam mengatakan peserta yang ikut merupakan peserta terbaik pada kegiatan Jejak Tradisi Daerah (Jetrada) yang dilaksanakan oleh Balai Pelestari Nilai Budaya yang ada di 11 wilayah.

Jumlah keseluruhan pesertanya adalah 166 orang, sudah termasuk peserta undangan dari sekolah menengah umum yang ada di Kota Denpasar dan sekitarnya.

Dalam kegiatan Jetranas ini, para siswa akan dibagi dalam beberapa kelompok dan diperkenalkan pada budaya yang berbeda dengan daerah asalnya.

“Selama seminggu mereka juga akan berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda suku, agama dan kebudayaan. Mereka diberikan pengalaman untuk tinggal di lingkungan budaya dengan melihat dan merasakan budaya yang berbeda dari lingkungan asalnya, yaitu Desa Adat Penglipuran, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali,” kata Ariani.

Peserta juga diberikan tugas untuk menggali dan memahami berbagai obyek pemajuan kebudayaan yang ada di Desa Adat Pengipuran, seperti tarian tradisional, kerajinan tradisional, alat musik tradisional, pakaian pengantin tradisional, arsitektur tradisional, pura, kuliner tradisional, permainan tradisional, upacara tradisional, senjata tradisional, dan pengobatan tradisional.

Dalam pelaksanaannya peserta akan berinteraksi Iangsung dengan masyarakat serta wawancara dengan tokoh adat dan budaya.

Hasil interaksi dan wawancara tersebut akan disusun sebagai Iaporan kegiatan dan akan dipresentasikan dihadapan narasumber dan pembahas pada akhir kegiatan.

“Dengan kegiatan seperti ini, generasi muda kita diasah dengan sikap tengggang rasa, toleransi, pemahaman keberagaman, yang nantinya akan bisa membangun generasi yang cinta damai karena dapat menghargai perbedaan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.

Peserta akan diberangkatkan ke Penglipuran pada Senin (5/7/2019) dan mereka tinggal di sana selama dua hari.

Pelaksanaan Jetranas ini berlangsung 6 hari dari tanggal 4-9 Agustus 2019.

“Dipilihnya Penglipuran dikarenakan sangat kaya adat tradisi yang masih dijaga. Dan kesiapan secara akomodasi juga cuma di sana yang mampu menampung semua peserta,” katanya.

Peserta juga akan diajak ke pasar tradisional untuk mengetahui cara bersosialisasi di pasar.

Dari semua peserta yang ikut, sebanyak 30 peserta merupakan peserta lokal Bali.

“Kami harap mereka akan bisa memandu teman dari luar untuk mengenal Bali dan budayanya lebih luas,” katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, IGN Bagus Mataram menumbuhkan persaudaraan meskipun berbeda etnis adat istiadat.

Mataram mengatakan Denpasar sangat tepat sebagai tempat puncak pelaksanaan Jetranas karena memiliki misi melestarikan keberagaman tradisi dengan melindungi mengembangkan memanfaatkan dan pembinaan.

“Bali memiliki 1493 buah desa adat sebagai benteng pelestarian kebudayaan karena merupakan pusat Hindu dan kebudayaan di Bali,” katanya. (*)

Sumber: Bali Tribunnews