Sarasehan dan Pergelaran Macapat di Dalem Jayadipuran Yogyakarta

dengan Tema “ Pesan Moral dalam Buku Warisan Geguritan Macapat”

0
1116
Sarasehan dan Pergelaran Macapat dengan tema “ Pesan Moral dalam Buku Warisan Geguritan Macapat”

 

 

BPNB DIY, Februari 2019 – Pada Kamis minggu kemarin tepatnya 14 Februari 2019 malam, di Pendapa Dalem Jayadipuran Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I. Yogyakarta) diadakan acara Sarasehan dan Pergelaran Macapat dengan tema “ Pesan Moral dalam Buku Warisan Geguritan Macapat”. Narasumber yang dihadirkan pada malam itu adalah Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum., dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penyelenggaraan acara ini merupakan penyelenggaraan macapatan yang pertama pada tahun 2019 ini, di mana pada tahun 2019 rencananya akan digelar acara macapatan sebanyak tiga kali.

Acara malam tersebut dibuka oleh Kasubbag TU BPNB D.I. Yogyakarta, Dra. Siti Rohyani, M.Hum., mewakili Kepala BPNB D.I. Yogyakarta yang berhalangan hadir. Pada pelaksanaannya, acara ini dihadiri oleh sekitar 375 orang lebih para pandemen dan masyarakat umum. Acara dimulai bakda Isya pukul 19.30 WIB dan berakhir sekitar pukul 23.00 WIB.

Macapat dapat diartikan juga sebagai sebuah kesenian dari Jawa yang bentuknya berupa pembacaan syair dengan irama khas Jawa, yang dapat dilakukan dengan atau tanpa iringan alat musik gamelan. Syair-syair yang dibacakan dengan cengkok yang khas sesuai karakter suara para penembang macapat merupakan syair yang sarat makna kehidupan, yang masih relevan untuk diterapkan dalam kehidupan masa sekarang, di mana kesenian ini mulai semakin turun pamornya di kalangan generasi anak muda sekarang. Untuk itu sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Kebudayaan, BPNB D.I. Yogyakarta dalam melaksanakan amanat Undang-Undang untuk terus melakukan Pemajuan Kebudayaan, secara reguler dan berkelanjutan selalu mengadakan sarasehan dan pergelaran macapat, di mana hal ini sebagai bentuk hadirnya pemerintah kepada masyarakat dalam memberi wadah / media dalam berkesenian, serta dalam usahanya melestarikan Kebudayaan Indonesia.

Materi macapatan yang disajikan pada malam sarasehan dan pergelaran macapat malam itu berjudul “Warisan Geguritan Macapat” yang merupakan sebuah karya dari Suwardi, seorang penulis yang produktif, yang tinggal di Yogyakarta. Beliau menghasilkan banyak tulisan yang dimuat di berbagai media massa. Selain mengarang, beliau juga menulis skenario drama panggung, radio, serta drama televisi. Beliau juga merupakan anggota Teater Katsa di Yogyakarta. Secara ringkas karya Suwardi dalam buku ini berisi nasihat, yang dikemas dalam berbagai macam hal, yang disesuaikan dengan jaman pembangunan yang sedang giat dilaksanakan.

Banyak hal yang diangkat pada karyanya berasal dari kejadian-kejadian dalam kehidupan baik yang berada di desa maupun kota. Secara bertahap sesuai urutan, Sri Ratna Saktimulya mengupas makna yang ada pada syair karya Suwardi untuk disampaikan kepada para pandemen macapat yang hadir pada malam itu, di mana syair-syairnya mengandung banyak hal seperti hiburan, pendidikan untuk masyarakat, serta hal yang berkaitan dengan pelestarian budaya dan ajakan yang dapat membangkitkan semangat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Pada gelaran acara tersebut turut disemarakkan dengan cokekan yang dibawakan oleh grup karawitan pimpinan Warsito, S.Sn.

Mari bersama bersinergi, melestarikan Kebudayaan Indonesia untuk kemajuan Bangsa dan Negara kita Indonesia.
Lestari Budayaku Lestari Negeriku,
Salam Budaya ??

kontributor : Titi M
(bpw)