Pengaruh Mitos Ki Mentotruno (Mentokuwoso) Bagi Masyarakat Pendukungnya

0
1487

Pengaruh Mitos Ki Mentotruno (Mentokuwoso) Bagi Masyarakat Pendukungnya

Oleh: Titi  Mumfangati

 

Upacara Grebeg Ngenep sebagaimana halnya Grebeg di Kraton Surakarta maupun Yogyakarta merupakan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Upacara ini dilaksanakan sesudah pelaksanaan Grebeg di Kraton. Jadi tidak boleh bersamaan apalagi mendahului Grebeg di Kraton.

Upacara Grebeg Ngenep pada mulanya berawal dari keberhasilan Ki Mentotruno membendung sungai Kedung Lumbu. Atas keberhasilannya itu ratu Surakarta berkenan memberikan hadiah apa saja yang dimintanya. Ki Mentotruno tidak mau diberi hadiah harta benda, hanya menginginkan agar masyarakat Ngenep diijinkan menyelenggarakan Grebeg Ngenep seperti di kraton. Ratu Surakarta mengijinkannya bahkan memberikan perlengkapan upacara berupa benda-benda pusaka. Di samping itu, Ki Mentotruno diberi anugerah nama menjadi Ki Mentokuwoso karena kesaktian yaitu mampu membendung sungai Kedung Lumbu tersebut. Oleh karena belum mempunyai mesjid yang juga penting dalam pelaksanaan upacara, Ki Mentokuwoso menciptakan mesjid tiban sehingga lengkaplah persyaratan upacara Grebeg.

Ki Mentotruno (Mentokuwoso) sebagai tokoh yang dimitoskan selalu dikenang dan dihormati oleh masyarakat Desa Dadapayu, baik trah (keturunan) Ki Mentokuwoso maupun masyarakat luar yang bukan trah. Hal ini tampak dari kepatuhan masyarakat untuk selalu menyelenggarakan upacara Grebeg Ngenep sesuai pesan nenek moyangnya.

Dengan selalu diselenggarakannya Upacara Grebeg Ngenep berarti masyarakat Desa Dadapayu dan sekitarnya juga melestarikan warisan budaya peninggalan nenek moyangnya. Selain itu juga berarti bahwa nama Ki Mentokuwoso sebagai leluhur atau nenek moyang yang dimitoskan selalu mereka kenang sepanjang Upacara Grebeg Ngenep masih terus diselenggarakan.

Rasa hormat dan segan masyarakat Desa Dadapayu terhadap Ki Mentokuwoso juga terlihat pada kepercayaan masyarakat untuk selalu membersihkan dan menziarahi makam leluhur mereka itu. Bahkan secara rutin masyarakat selalu membersihkan makam Ki Mentokuwoso menjelang penyelenggaraan upacara Grebeg Ngenep. Masyarakat juga percaya bahwa biji-bijian yang diperebutkan pada saat Grebeg Ngenep dapat menyuburkan tanaman dan menyebabkan hasil panen yang memuaskan. Oleh karena itu masyarakat Desa Dadapayu dan sekitarnya selalu antusias berebut biji-bijian itu dengan maksud untuk dijadian tumbal pada musim tanam beriktunya.

Selengkapnya: Patra-Widya, Vol. 3 No. 1, Maret 2002.