Pembukaan International Gamelan Festival (IGF) 2018 di Kota Lokus Gamelan (Solo)

Pembukaan IGF 2018 di Benteng Vastenburg Kota Solo

0
2021
Pembukaan International Gamelan Festival 2018

 

 

BPNB DIY, Solo 2018 – Kamis Malam 9 agustus 2018 dilaksanakan pembukaan International Gamelan Festival (IGF) 2018 di Benteng Vastenburg Kota Solo. Acara diawali dengan soft opening yang dilaksanakan di City Walk Jalan Slamet Riyadi. Sebanyak 73 kelompok Seni Gamelan dari berbagai lintas generasi berpartisipasi menyajikan alunan musik gamelan secara bersamaan yang menggambarkan sebuah harmoni indah dari banyaknya perbedaan, baik dari peserta, maupun dari komponen alat gamelan itu sendiri, yang ditabuh atau dimainkan secara bersamaan sehingga menghasilkan sajian yang apik untuk dinikmati. Titik awal gamelan berada di Plaza Sriwedari, dan berakhir di Benteng Vastenburg.

Dari maestro, pegiat, hingga penikmat seni budaya, serta lintas generasi maupun lintas minat pada kebudayaan, hadir pada acara pembukaan. International Gamelan Festival (IGF) 2018 ini pertama kali diadakan di Indonesia, bahkan di dunia. Mengambil tema “Home Coming” yang memiliki arti secara harfiah berupa mudik / pulang kampung. Namun pada IGF ini, pengertiannya lebih dari sekedar arti tersebut. Peristiwa mudik adalah peristiwa kultural untuk melakukan bersilaturahmi, berziarah dan memikirkan masa depan bersama. Bersilaturahmi antar komunitas-komunitas gamelan, untuk menziarahi keindahan dan akar asal kultur gamelan dan memikirkan masa depan bersama yang bisa diberikan dan diwujudkan untuk dunia. Arena mudik komunitas gamelan pada IGF 2018 diharapkan akan menjadi arena untuk merayakan keindahan gamelan, keindahan berbangsa dan keindahan dunia, menggambarkan kebinekaan yang menghasilkan hasil olah rasa yang indah untuk dedengarkan, disaksikan, dan dinikmati tergantung bagaimana penikmatnya akan menikmatinya. Menunjukkan adanya semangat persatuan untuk tujuan baik yang sama.

Pada awal acara disajikan Gendhing Ketawang Puspawarna / Gending Ketawang Puspawarna, yang biasanya dibunyikan saat kedatangan Pangeran, atau untuk mengiringi sebuah tarian. Gending ini begitu spesial, karena gending ini adalah gending atau lagu pertama dari Indonesia yang diputar rekamannya di ruang angkasa, bersama-sama dengan salah satunya adalah pidato dari Presiden  Jimmy Carter (Presiden Amerika Serikat ke-39), yang memiliki maksud secara simbolis mengirimkan pesan kepada seluruh alam semesta yang mewakili harapan, kebulatan tekad, serta niatan baik dalam alam semesta yang luas. Gending ini diciptakan oleh Pangeran Mangkunegara IV, Surakarta (1853-1881), dan pada rekaman tersebut di atas dimainkan oleh gamelan Kraton Pakualaman, Yogyakarta.

Acara secara simbolis resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P; Direktur Jenderal Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid; Walikota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo; dan Direktur International Gamelan Festival, Prof. Dr. Rahayu Supanggah, dengan menabuh kendang secara bersamaan. Sambutan disampaikan oleh Direktur IGF, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Walikota Solo sebagai tuan rumah penyelenggaraan IGF 2018. Dalam sambutannya Mendikbud memberikan pesan, dari digelarnya IGF ini, dapat diambil semangat kerukunan, saling menghargai, toleransi, dinamis dan damai dalam keberagaman budaya. Disampaikan juga oleh Mendikbud bahwa gamelan sedang dalam proses untuk diusulkan pada UNESCO menjadi warisan budaya (tak benda) dunia, yang rencananya dilakukan pada Maret Tahun 2019.

Pada acara pembukaan tersebut disajikan sebuah konser pembukaan dengan komposer Prof. Dr. Rahayu Supanggah (Solo), I Wayan Gde Yudane (Bali), dan Taufik Adam (Jakarta), serta disutradarai oleh Garin Nugroho. Sajian yang ditampilkan mengalun indah menyapa ribuan penonton yang hadir pada malam tersebut. Turut pula tampil dan memberikan pembacaan profil bagi maestro, tiga seniman dengan lintas disiplin ilmu kesenian yaitu Ki Purbo Asmoro (Seni Pedalangan), Ayu Bulantrisna Djelantik (Seni Tari), dan Landung Simatupang (Film dan Teater). Tersajikan dengan apik pada malam itu, baik gending, sajian treatikal dan tari, yang merangkum banyaknya nuansa kedaerahan seperti Jawa, Bali, dan Flores, serta daerah lainnya. Seperti pada sebuah penampilan yang komposisi musiknya digarap oleh Taufik Adam yang terinspirasi dari makna pulang dalam budaya Flores. Pada gelaran malam pembukaan tersebut, ikut tampil pula Southbank Gamelan Players yang berasal dari Inggris. Hal ini membuktikan bahwa budaya gamelan turut berkembang dengan apik di mancanegara. Menjelang tengah malam, para penonton yang hadir masih pula dimanjakan dengan sajian dari Djaduk Ferianto dan grup Kuaetnikanya yang banyak melakukan terobosan-terobosan kreatif menyajikan musik etnik nusantara yang juga mengakomodir unsur musik dari budaya lain negara atau wilayah.

International Gamelan Festival (IGF) 2018 ini merupakan salah satu kegiatan di antara kegiatan-kegiatan lainnya pada sebuah “Platform Indonesiana”, yang merupakan gawe besar yang dilaksanakan secara bersama atau gotong royong, dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan para pihak lainnya yang memiliki kepedulian dan kepentingan atas pemajuan kebudayaan di Indonesia. Keaneka ragaman budaya seperti ini sudah seharusnya selalu kita jaga, kita lestarikan, dan kita kembangkan, agar tak lekang oleh zaman, sehingga generasi selanjutnya dapat terus menikmati dan turut pula berpartisipasi aktif melestarikan dan mengembangkannya, serta dapat menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia adalah Negara yang juga sangat indah seni dan budayanya.

 

Lestari Budayaku Lestari Negeriku,
Salam Budaya.
(bpw)