Makna Simbolis Upacara Grebeg Ngenep Kaitannya Dengan Upacara Grebeg Kraton Surakarta

0
1807

Notice: Trying to get property 'roles' of non-object in /home/website/web/kebudayaan.kemdikbud.go.id/public_html/wp-content/plugins/wp-user-frontend/wpuf-functions.php on line 4663

Makna Simbolis Upacara Grebeg Ngenep Kaitannya Dengan Upacara Grebeg Kraton Surakarta

Oleh: Endah Susilantini

Awal terjadinya Grebeg Ngenep tidak bisa dipisahkan dengan mitos kepahlawanan Ki Mentokuwoso, yang menjadi cikal bakal masyarakat Ngenep, Desa Dadapayu, Kabupaten Gunungkidul. Upacara Grebeg yang dilangsungkan di Dusun Ngenep sudah tidak ada lagi karena telah dipecah menjadi enam, yaitu Dusun Mojo, Karang Tengah, Embuku, Kauman, Pomahan, dan Nogosari. Semenjak dipecahnya menjadi enam pedukuhan itu istilah Ngenep tidak ada lagi, kecuali hanya untuk penyebutan nama upacara, yaitu upacara Grebeg Ngenep. Meskipun nama Ngenep sudah tidak ada lagi, tetapi sejarah Ngenep tidak bisa dilupakan begitu saja sehingga tetap melekat di hati masyarakat pendukungnya sampai sekarang. Berkaitan dengan ketokohan cikal bakal desa tersebut maka upacara Grebeg Ngenep sampai sekarang tetap diselenggarakan oleh keenam pedukuhan dan dilaksanakan setelah Grebeg Kraton berlangsung.

Dalam pelaksanaannya upacara tradisional Grebeg Ngenep tersebut kaya akan makna simbolis. Simbol biasanya mempunyai maksud tertentu yang ditujukan kepada kelompok masyarakat pendukungnya. Gunungan dan sesaji serta sepasang pengantin yang ikut dikirabkan, terdapat pesan-pesan yang terselubung dan memerlukan pemahaman serta perenungan tersendiri.

Sering pula simbol atau lambang itu memberikan petunjuk mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh masyarakat yang erat kaitannya dengan kehidupan. Diharapkan larangan tersebut tidak dilanggar sebab larangan tersebut telah dipatuhi oleh warga masyarakat sejak dahulu sampai sekarang.

Awal terjadinya Grebeg Ngenep merupakan jasa Ki Mentokuwoso yang telah berhasil memenangkan sayembara di Kraton Kartasura. Pada saat itu, Ki Mentokuwoso berhasil membendung Sungai Kedung Lumbu dari bahaya banjir yang selalu menggenangi wilayah kerajaan. Karena jasa-jasanya terhadap kraton, Ki Mentokuwoso diijinkan oleh raja untuk menyelenggarakan Grebeg di Dusun Ngenep. Kecuali mendapat ijin dari baginda raja, ia juga dihadiahi berbagai macam pusaka diantaranya berupa tombak, payung, rasukan gondhil, bokor kencana, dan bendhe, ditambah seperangkat pakaian prajurit yang digunakan sebagai kelengkapan upacara.

Sejak Ki Mentokuwoso diijinkan menyelenggarakan Grebeg maka setiap tahun upacara itu tetap dilakukan oleh keturunannya hingga sekarang. Upacara Grebeg yang dilakukan di Dusun Ngenep selalu disertai dengan pembuatan gunungan yang dilengkapi dengan sesaji, seperti lazimnya Upacara Grebeg di Kraton Yogyakarta maupun Surakarta. Gunungan dan kelengkapan sesaji itu merupakan tindakan simbolis yang membutuhkan penjelasan, karena simbol tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia sehari-hari.

Selengkapnya: Patra-Widya, Vol. 3 No. 3 September 2002.