Jurnal Patrawidya, Volume 18 Nomor 2, tahun 2017

0
1808

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena perkenanNya, Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta dapat menerbitkan hasil penelitian yang dikemas dalam jurnal/ majalah ilmiah Patrawidya Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya Volume 18 Nomor 2, Agustus 2017. Artikel yang dimuat dalam jurnal/majalah ilmiah Patrawidya berasal dari kiriman berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Jurnal Patrawidya yang telah sampai di hadapan para pembaca bisa dipublikasikan berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dewan redaksi Patrawidya dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada para Mitra Bestari yang telah meluangkan waktu untuk mereview semua artikel dan memberi pertimbangan terhadap isi artikel. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada beberapa pihak yang membantu dalam publikasi jurnal Patrawidya edisi ini.
Patrawidya volume 18 Nomor 2 Agustus 2017 memuat 8 artikel yang terangkum dalam rumpun kajian tentang sejarah dan budaya. Artikel pertama memuat tentang fungsi ritual Ruwatan Lakon Sudhamala yang mengalami pergeseran. Artikel tersebut disajikan oleh Tatik Harpawati. Pergeseran yang dimaksud dalam ritual Ruwatan Lakon Sudhamala yang dijumpai pada kehidupan masyarakat modem berkaitan dengan fungsi ritual tersebut. Pergeseran disebabkan oleh sifat ritual yang merakyat sehingga mudah mencair seiring dengan dinamika masyarakat.
Artikel lainnya yaitu mengenai model wisata budaya berbasis cerita Panji yang disajikan oleh I Dewa Gde Satrya dan Agoes Tinus Lis Indrianto. Model wisata budaya berbasis cerita Panji ini merupakan bentuk perkembangan pariwisata tematik. Model wisata tersebut diwujudkan melalui seni pertunjukan topeng dengan artefak. Selain itu, ekspresi budaya Panji ditampilkan dalam seni pertunjukan dengan konsep heritage performing art situs atau candi. Model lainnya dilakukan melalui archaeological trail di tempat yang disucikan pada masa kejayaan Majapahit.
Edisi Patrawidya kali ini juga memuat artikel yang membahas tentang strategi pemerintah Belanda dalam mengatasi banjir di Surabaya tahun 1906-1942. Artikel yang ditulis oleh Erlita Tantri ini menjelaskan bahwa penanganan persoalan terkait banjir yang terjadi di Kota Surabaya pada tahun 1906 – 1942 merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak mengingat Kota Surabaya merupakan kota dengan penduduk beragam etnis serta memiliki kegiatan ekonomi yang penting untuk menunjang kepentingan kolonial. Edisi Patrawidya kali ini juga membahas mengenai penanganan bencana letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982 hingga 1983. Melalui artikel ini, Gregorius Andika Ariwibowo menjelaskan bahwa upaya pemerintah rezim Orde Baru (dengan sistem pemerintahan terpusat) dalam penanganan bencana memberdayakan perangkat sipil dan militer dengan konsolidasi penanganan yang dilakukan secara sistematik. Konsolidasi tersebut bisa berjalan sangat baik, sehingga penanganan terhadap para pengungsi dan dampak bencana yang lain bisa teratasi.
Pembelajaran sejarah melalui discovery learning juga diulas dalam Patrawidya edisi kali ini. Artikel yang disajikan oleh Laili Masithoh Hamdiyah, Nunuk Suryani, dan Akhmad Arif Musadad tersebut membuat kajian mengenai penggunaan model discovery learning dalam eksplorasi materi sejarah lokal tentang industri batik Kenongo di Madiun. Melalui metode tersebut antusiasme siswa terhadap informasi kesejarahan terkait batik Kenongo meningkat signifikan. Selain itu model tersebut juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengkonstruksi pemahaman sejarah mereka terhadap sejarah industri batik Kenongo di Madiun.
Artikel lainnya memuat tentang kajian nilai budaya dalam Serat Wulang Pandhita Tekawardi yang disajikan oleh Titi Mumfangati. Serat tersebut berisi diulang atau ajaran yang merupakan nilai-nilai luhur hasil pemikiran nenek moyang pada masa lampau dan masih relevan kehidupan masyarakat hingga saat ini. Nilai-nilai yang terkandung antara lain nilai religius kesetiaan nilai moral nilai etika dan nilai didaktis.
Artikel selanjutnya menjelaskan tentang perdagangan orang Bugis di kawasan Teluk Tomini masa kolonial Belanda yang ditulis oleh Hasanuddin. Pada dasamya perdagangan orang-orang Bugis di Teluk Tomini didorong oleh tradisi merantau (sompeq). Perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang Bugis memiliki komoditas unggulan antara lain emas, budak, biji besi, sisik penyu, teripang, kayu cendana, kopra, dan komoditas lainnya. Pemiagaan orang-orang Bugis kemudian menghadapi rivalitas dengan VOC, namun demikian secara de facto pedagang Bugis memegang hegcmoni politik dan ekonomi di kawasan Teluk Tomini.
Artikel terakhir membahas tentang pertempuran yang terjadi di Karang Kedawung tahun 1949. Artikel yang disajikan oleh Ratna Endang Widuatie tersebut memuat peristiwa gugurnya Letnan Kolonel Mochamad Sroedji, komandan Brigade IJI/Damarwulan pada masa perang kemerdekaan. Letnan Kolonel Mochamad Sroedji memiliki kontribusi besar terhadap perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau bergabung di front Jawa Timur dan menjadi pemimpin pada masa dua kali agresi militer Belanda, meskipun menghadapi kesulitan persenjataan profesionalisme prajurit hubungan sipil-militer dan juga keterbatasan logistik. Perjuangan tersebut berakhir ketika Letnan Kolonel Mochamad Sroedji gugur dalam pertempuran Karang Kedawung.
Ibarat pepatah “tiada gading yang tak retak”, penerbitan jurnal atau majalah ilmiah Patrawidya Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya Volume 18 Nomor 2 Agustus 2017 ini, masih terdapat kekurangan. Meskipun demikian, kami berharap semoga hasil terbitan ini dapat memanfaat bagi yang membutuhkan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Selamat membaca.

Selengkapnya, Patrawidya Vol. 18 No. 2 Agustus 2017