Jurnal Patrawidya, Volume 15, No. 4, Desember 2014.

0
3377
Patrawidya, Vol. 15, No. 4, Desember 2014

Jurnal Patrawidya, Volume 15, No. 4, Desember 2014

 

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena perkenanNya Balai Pelestarian Nilai BudayaYogyakarta dapat menerbitkan jurnal Patrawidya Seri Sejarah dan Budaya Vol.15 No.4, Desember 2014. Jurnal Patrawidya edisi ini memuat artikel tentang sejarah dan budaya, dari peneliti Balai Pelestarian Nilai BudayaYogyakarta, peneliti tamu dan peneliti undangan.

Jurnal Patrawidya tidak mungkin bisa sampai dihadapan para pembaca tanpa kerja sama dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan baik ini Dewan Redaksi Patrawidya dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada para Mitra Bestari yang telah meluangkan waktu untuk membaca semua artikel dan memberi pertimbangan terhadap isi artikel. Ucapan terima kasih juga kami sampai kepada editor bahasa Inggris.

Pada edisi terakhir tahun 2014 ini Patrawidya menurunkan delapan (8) artikel. Su Ritohardoyo, tamu menyajikan hasil penelitian yang mengungkapkan perkembangan permukiman perdesaan kepesisiran dan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangannya. Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunkukkan adanya peningkatan luas lahan permukiman, jumlah bangunan rumah dan peningkatan kualitas bangunan rumah. Di samping itu variasi perkembangan permukiman kepesisiran secara keruangan terjadi menurut lokasi keberadaan desa-desa terhadap objek wisata, fungsi desa sebagai ibukota kecamatan, dan atau sebagai pusat kegiatan lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman perdesaan kepesisiran menurut Su Ritohardoyo adalah faktor biofisik, demografis dan sosial ekonomi serta budaya.

Wajidi, menyumbang tulisan tentang apa dan bagaimana peranan organisasi politik dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia di Kalimantan Selatan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia di Kalimantan Selatan tidak hanya dilakukan dengan mengangkat senjata, melainkan juga dengan diplomasi. Hal itu terbukti dengan kiprah yang dilakukan oleh Serikat Kerakyatan Indonesia (SKI) dan Serikat Muslimin Indonesia (SERMI). Kedua organisasi tersebut telah menyatakan kesetiaan kepada Republik Indonesia dan menolak pembentukan Negara Kalimantan.

Artikel selanjutkannya mengupas tentang kiprah sebuah grup paduan suara yakni Gelora Bahana Patria. Tulisan ini ditulis secara bersama oleh Wisnu Mintargo, RM. Soedarsono, dan Victor Ganap, yang menyimpulkan bahwa paduan suara Gelora Bahana Patria telah mewarnai dunia seni suara di Indonesia dan grup ini tetap konsisten membawakan lagu-lagu perjuangan.

Alie Humaedi menyumbang tulisan tentang Perubahan nilai budaya yang terjadi di masyarakat Aceh setelah peristiwa tsunami. Perubahan tersebut selain tampak dalam tata ekologis juga dalam bidang sistem sosial masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran relawan, lembaga kemanusiaan, dan dana bantuan kemanusiaan menyemaikan budaya konsumtif. Tradisi ruang sosial di meunasah diganti ke tradisi di kedai. Praktik budaya konsumtif berkembang dari material tradisional kearah modern.

Tulisan berikutnya hasil penelitian Taryati tentang kerajinan ukir kayu yang berada di Desa Karduluk Madura. Menurut Taryati masyarakat desa Karduluk merasa lebih terjamin pendapatannya sebagai seorang perajin ukir dibandingkan sebagai nelayan atau petani. Ukir Karduluk memiliki ciri unik dalam setiap goresan dan warnanya. Untuk lebih jelasnya uraian secara detail dapat dibaca dalam tulisan Taryati.

Purwokerto merupakan kota penting di Jawa Tengah bagian selatan dan memegang peran bagi pertumbuhan kota-kota di sekitarnya. Sejak didirikannya pabrik-pabrik gula di Banyumas pada masa kolonial, sarana dan prasarana infrastruktur terus dikembangkan. Fasilitas-fasilitas kota dibangun di Purwokerto dan mengukuhkan kota tersebut sebagai kota tersibuk di Karesidenan Banyumas. Pembangunan itu semua memicu terjadinya transformasi Kota Purwokerto menjadi sebuah kota modern. Uraian secara detail dapat dibaca dalam tulisan Prima Nurahmi Mulyasari tentang Modernisasi dan Tata Ruang Kota Purwokerta 1900-1935.

Pertunjukan wayang klitik Wonosoco dalam ritual bersih desa di Undaan Kudus menjadi kajian Suwarno. Menurut Suwarno wayang klitik Wonosoco sejak awal kehadirannya di daerah itu telah menjadi seni yang sakral dan sekaligus sebagai tontonan yang menghibur. Sakralitas wayang klitik Wonosoco karena dipentaskan dalam rangkaian inti upacara bersih desa. Oleh karena itu wayang klitik Wonosoco penuh dengan nilai magis, estetis, dan etis.

Edisi kali ini ditutup dengan artikel yang ditulis oleh Sartini tentang Wong Pinter diantara Para Penyembuh Tradisional Jawa. Menurut Sartini berdasarkan penelitian yang dilakukannya wong pinter adalah orang yang memiliki kemampuan khusus, mampu menyembuhkan penyakit dan masalah lainnya. Untuk mendapatkan kemampuan sampai disebut wong pinter dicapai dengan laku khusus. Mereka orang yang dihormati di masyarakat. Wong pinter dipandang sebagai media untuk menyampaikan pesan atau doa dari si pasien kepada Yang Maha Kuasa.

Ibarat pepatah “tiada gading yang tak retak”, penerbitan jurnal Patrawidya Seri Sejarah dan Budaya Vol. 15 No. 4, Desember 2014 ini masih ada kekurangannya. Namun begitu kami berharap semoga hasil terbitan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Selamat membaca.

Dewan Redaksi

Selengkapnya download file pdf : Patrawidya Vol. 15 No. 4 Desember 2014