Diskusi Daring Rempah Dalam Niaga Dan Pengobatan

0
653
diskusi daring Rempah dalam Niaga dan Pengobatan

BPNB DIY, Juni 2020 – Rabu, 17 Juni 2020 siang tadi, diadakan kegiatan diskusi daring “Rempah dalam Niaga dan Pengobatan”. Acara diikuti oleh sekitar 120-an peserta, yang terdiri dari mahasiswa, dosen, peneliti, guru, jurnalis, serta dari Dinas terkait dari wilayah kerja BPNB DIY (Jateng, Jatim, DIY). Acara diawali dengan pengantar oleh moderator, dr. Tis’a Callosum, M.Sc., Sp.S., dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala BPNB DIY, Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, M.Hum., yang sekaligus membuka acara daring tersebut secara resmi.

Pada kegiatan daring ini, salah seorang narasumber yaitu Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Dr. Hilmar Farid, tidak dapat mengikuti kegiatan ini karena kesibukan beliau. Namun beliau menyempatkan diri untuk melakukan perekaman video materi yang beliau sampaikan dan diputarkan pada sesi pertama narasumber. Pengusulan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia (Unesco) oleh Kemendikbud, adalah apa yang Dirjen Kebudayaan sampaikan dalam videonya. Berusaha menghidupkan kembali Jalur Rempah melalui ekspresi budaya, ilmu pengetahuan dan lainnya yang ada di Jalur Rempah, sehingga dapat mengangkatnya menjadi satu kesatuan adalah usaha yang sedang dan akan dilakukan. Menurut Dirjen Kebudayaan, Jalur Rempah sendiri menjadi sebauh usulan Warisan Dunia, karena Jalur Rempah adalah sebuah jalur kebudayaan, yang menjadi salah satu sebuah media penting dalam perkembangan kebudayaan di nusantara. Beliau juga menggaris bawahi bahwa proses yang terjadi di dalam pengusulan ini, seperti adanya komunikasi tentang temuan-temuan, interaksi yang terjadi, pertukaran informasi yang dapat memperkaya pengetahuan tentang warisan budaya di Indonesia, adalah hal-hal yang sangat penting.

Lanjut pada sesi kedua, Prof. Dr. Singgih T Sulistiyono, M.Hum., menyampaikan bahwa rempah sebagai penggerak sejarah perniagaan Jawa dan konteksnya hingga masa modern awal. Jejaring rempah di Indonesia sudah terjalin sejak sebelum abad ke X. Jaringan tersebut meliputi Asia Timur, Asia Barat dan wilayah Afrika. Penggunaan rempah pada masa itu sebagian besar digunakan untuk cita rasa kuliner (bumbu masak) dan upacara keagamaan. Dan Jawa menjadi pusat dari jalur rempah tersebut. Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor geografis melainkan juga faktor historis dimana adanya kerajaan-kerajaan yang  berkembang di Jawa. Dengan rempah kemudian terjalin relasi/komunikasi secara inheren antar etnik sehingga rempah juga menjadi kesetiaan primordial.

Kemudian pada sesi pamungkas, Prof. Dr. Mangestuti Agil dalam paparannya menyampaikan tentang penggunaan rempah untuk pengobatan. Dimulai dengan menyampaikan kondisi yang ada belakangan ini di mana penyakit yang menyerang paru-paru (SARS, MERS, dan Covid-19) melanda dunia. Kemudian beliau memaparkan, bahwa keberadaan Keraton seperti yang ada di Yogyakarta dan Surakarta, turut membentuk budaya rakyatnya, termasuk di dalam penggunaan rempah sebagai pengobatan yang memiliki konsep keseimbangan (contoh: Jampi Ubat Anget digunakan saat keadaan dingin). Beliau juga menyampaikan, selain rempah memiliki rasa yang enak, khasiatnya pun membuat badan lebih terasa enak/baik. Selain itu rempah juga menjadi topik favorit bagi para ahli/peneliti karena banyak jenis, sumber dan khasiatnya, serta memiliki 4 hal penting bagi kesehatan tubuh yaitu antioksidan, imunostimulan, neuroprotektor dan antiinflamasi.

Begitu menariknya materi yang disampaikan, banyak pertanyaan yang disampaikan oleh para peserta, dan tidak mungkin dapat di jawab seluruhnya oleh para narasumber. Bagaimana popularitas rempah pada masa lalu, apakah rempah sekarang mulai disinggung hanya karena euforia kelak akan ada keberlanjutannya, adalah beberapa pertanyaan yang muncul dalam diskusi daring tadi.

Kegiatan kemudian ditutup oleh Kepala BPNB DIY yang menyampaikan bahwa rempah tidak hanya mewarnai sejarah nusantara, namun juga turut mewarnai sejarah dunia. Beliau juga mengatakan bahwa jalur rempah adalah bentuk interaksi budaya, jejaknya masih terus ada hinga sekarang dan akan berlanjut, akan selalu dikenang, dan mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan. Warisan budaya baik tangible maupun intangible dan jaringan rempah nusantara, perlu terus dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan. Dan untuk itu, ada banyak kerja besar yg akan melibatkan banyak stakeholder.

Maturnuwun untuk para narasumber, moderator dan seluruh peserta yang mengikuti kegiatan ini, baik di dalam zoom meeting maupun di kanal youtube BPNB DIY. Semoga apa yang disampaikan oleh seluruh narasumber pada kegiatan ini dapat berguna, dapat menambah ilmu, serta dapat menjadi hal-hal yang terus dapat dilestarikan dan dikembangkan terus menerus, agar apa yang kita dapatkan dari masa lalu dan masa kini, dapat berguna bagi generasi selanjutnya.