Multikulturalisme Dalam Perspektif Empat Pilar Kebangsaan

0
1855

Multikulturalisme Dalam Perspektif Empat Pilar Kebangsaan

Oleh : Sudharto

Tema seminar ini sangat terkait dengan kondisi alamiah bangsa Indonesia sebagai sesuatu yang “given”, sebagai pemberian Allah yang Maha Rahman dan Rahim kepada bangsa Indonesia untuk dimiliki, dinikmati, dimanfaatkan, dan disyukuri dengan penuh keimanan dan ketaqwaan. Di samping itu juga berkaitan dengan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang semenjak lahirnya gerakan reformasi tahun 1997 mengalami berbagai perubahan yang merisaukan. Selama belasan tahun pasca berakhirnya pemerintahan Orde Baru dengan segala prestasi dan kekurangannya, persada tanah air dipenuhi oleh berbagai gejolak sosial dan politik yang intensitasnya sangat tinggi bahkan mewabah secara nasional. Akselerasi dan persebarannya mengancam harkat dan martabat bangsa, serta melemahkan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Fakta sejarah mencatat bahwa keberagaman bangsa Indonesia telah ada sejak berabad-abad sebelum kemerdekaan dan menjadi entitas yang membanggakan. Pada saat itu kebesaran Indonesia diperlihatkan oleh Kerajaan Sri Wijaya di Sumatera, Kerajaan Airlangga di Jawa Timur, Kerajaan Majapahit  dan sejumlah kerajaan di Jawa Timur serta Kalimantan dan lain-lain. Kerajaan-kerajaan tersebut pada jamannya telah menghargai pluralisme, menjadi termashur  sampai di manca negara, dan telah menjalin kerja sama dalam basis kemitra sejajaran. Indonesia tersohor  kekayaan  alamnya, keragaman budayanya yang mempesona, keramahan sosial dan kesantunannya, kebersamaan dan kegotongroyongannya. Demikian juga peran serta dalam menjaga ketertibanndunia sejak proklamasi kemerdekaan 1945. Situasi dan kondisi itu terjaga dan perlu terus pertahankan kelanggenganndan keutuhannya sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan dan penghidupan 223 juta warganya. Namun demikian,perjalanan selanjutnya sebagai akibat arus informasi cepat, kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi, migrasi/mobilitas orang baik internasional, nasional dan lokal, komunikasi, trasportasi dan wisata, serta perdagangan internasional dan regional, integritan dan identitas nasional yang semula tumbuh itu sekarang dilanda kekacauan dan perpecahan (Suyata, 2001: 2). Kekacauan itu beriringan dengan terjadinya perubahan-perubahan yang mengejutkan. Perubahan tersebut mencakup hampir seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa seperti  di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosbud, dan hankam. Perubahan itu mengancam eksistensi bangsa, membahayakan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pada gilirannya tidak mustahil menghapus Negara Kesatuan Republik Indonesia dari peta percaturan bangsa-bangsa di dunia. Seminar dengan tema “Multikultural dan Integrasi Bangsa” sepatutnya menjadi forum refleksi dan kontemplasi untuk menggalang gerakan nasional yang terpadu dan kuat. Hal itu dilakukan dalam rangka menjaga harkat dan martabat serta integritas NKRI melalui pemahaman, pengahayatan dan pengamalan ideologi multikultural. Dalam hubungan ini perlu bangsa ini belajar dari pengalaman negara lain yang situasi dan kondisinya relatif tidak berbeda dengan Indonesia. Indonesia juga memiliki faktor rawan keruntuhan negara seperti halnya Yugoslavia, Yugoslavia terdiri dari republik-republik kecil berbasis etnis dan agama terdiri dari enam republik, dua wilayah khusus, empat etnis, tiga agama besar: Kristen Ortodoks, Katholik, dan Islam. Diantara mereka pernah mengalami permusuhan. Tiga puluh delapan tahun permusuhan tidak muncul karena Joseph Broz Tito menerapkan model pemerintahan tangan besi. Tidak lama setelah Tito meninggal perpecahan tidak bisa dibendung (Surata Agus, 2002: 156-157).

Selengkapnya download file pdf berikut ini: Multikulturalisme_Sudharto