Tari Aira dan Tari Atoaiyu

0
1608
Salah satu gerak tari Atoaiyu yang dibawakan Sanggar Ostari dalam gelaran Gebyar Seni Budaya Multikultur (16/4) di Pesisir Selatan. Foto. Firdaus

BPNB Sumbar sukses menggelar Gebyar Seni Budaya Multikultural se-Indonesia di Pantai Carocok, Pesisir Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan dua hari berturut-turut yakni Minggu-Senin, 15-16 April 2018. Sebanyak 11 sanggar seni yang mewakili 11 BPNB seluruh Indonesia ikut terlibat menampilkan kesenian khas daerah masing-masing. Ada dua kategori penampilan kesenian yang ditampilkan yakni tari tradisional pada hari pertama dan tari kreasi pada hari kedua.

Salah satu gerak tari Aira yang dibawakan Sanggar Ostari dalam gelaran Gebyar Seni Budaya Multikultur (15/4) di Pesisir Selatan. Foto. Firdaus

BPNB Papua diwakili Sanggar Ostari pada penampilan tari tradisi menampilkan Aira, Tari ini diangkat dari tradisi orang-orang Suku Yawah-Onate di Kabupaten Kepulauan Yapen. Tari ini diadakan sebagai suatu tari penyambutan bagi seseorang yang baru saja pulang dari negeri yang jauh (negeri yang baru di kunjunginya). Orang tersebut disambut dengan sebuah tari penyambutan yang dinamai dengan Tari Aira.

Salah satu gerak tari Aira yang dibawakan Sanggar Ostari dalam gelaran Gebyar Seni Budaya Multikultur (15/4) di Pesisir Selatan. Foto. Firdaus

Pada penampilan tari kreasi, Sanggar Ostari menampilkan tari Atoaiyu (sang penguasa hutan). Tari ini menggambarkan bahwa konon ada legenda di Kabupaten Mimika (Pantai Selatan Pulau Papua) ada sesosok penguasa hutan yang bernama Atoaiyu. Hutan itu sangat dijaganya dengan baik, tidak ada seorang pun boleh masuk ke sana, mengambil hasilnya dan merusaknya. Atoaiyu sangat marah apabila ada yang melanggarnya.

Salah satu gerak tari Atoaiyu yang dibawakan Sanggar Ostari dalam gelaran Gebyar Seni Budaya Multikultur (16/4) di Pesisir Selatan. Foto. Firdaus

Suatu ketika ada sekelompok orang kampung laki-laki dan perempuan, mereka secara diam-diam berdayung dengan perahu lalu masuk ke hutan dan merusak hutannya. Sang Atoaiyu dengan kekuatan gaibnya mengetahui rencana mereka. Atoaiyu sangat marah murka, dengan kekuatan gaibnya dia menahan perempuan-perempuan itu. Dia mengutuk mereka menjadi ubur-ubur secara turun temurun. Orang-orang suku Kamoro di pesisir daerah itu percaya bahwa adanya ubur-ubur karena kutukan si Atoaiyu.

Salah satu gerak tari Atoaiyu yang dibawakan Sanggar Ostari dalam gelaran Gebyar Seni Budaya Multikultur (16/4) di Pesisir Selatan. Foto. Firdaus