Sebagai sisi lahiriyah silek Minangkabau, mancak mendapat posisi terpenting. Sebagai bungo silek (bunga silek) atau representasi fisik dan estetik dari silek Minangkabau. Itupula sebabnya muncul ungkapan, basilek di rumah gadang, kok mancak yo di ilaman. Begitulah posisi penting kedua elemen, antara silek dengan mancak tersebut.
Di dalam kertas kerja Hasanuddin dan kawan-kawan (2015:7) mancak tanpa menyentuh sisi silek hanyalah pengajaran keterampilan fisik yang hampa nilai. Sebagai ranah prifat kaum atau keluarga komunal matrilineal, silek Minangkabau secara prinsip pembelajarannya dilakukan secara tersembunyi, ditengah hutan, di malam hari, atau setidaknya di bawah kolong rumah gadang. Setiap kaum mengembangkan gerakan-gerakan khusus dalam upaya menciptakan jurus rahasia yang dianggap lebih tangguh dari kaum yang lain.
Mancak sebagai bungo silek yang dilakukan, memiliki kekuatan utamanya secara sungguh-sungguh parintang jo pamenan. Dalam mancak para pasilek mempergunakan gerakan-gerakan yang dimungkinkan dalam silek tetapi tanpa tindakan yang akan mencederai pasangannya. Begitulah keelokan yang ada dalam mancak sebagai bungo silek tersebut.
Baca juga: Ulu ambek, suntiang dek niniak mamak pamenan dek rang mudo-mudo
Perihal ini tidak terlepas dari persoalan bahwa bila dikaitkan dengan ungkapan basilek di rumah gadang, kok mancak yo di ilaman tersebut, khususnya mancak di ilaman, silek secara fisik yakni mengasah kelincahan, keindahan gerak tentu melibatkan kepekaan emosi, semuanya tertuang dalam gerak.
Lebih lanjut menurut Hasanuddin dan kawan-kawan (2015 : 8), mancak adalah media atau jalan menuju silek, jadi fungsinya adalah jalan menuju pencapaian fungsi silek. Sehubungan dengan itu, mancak mengemban fungsi edukatif, ekspresif, sosial, dan kultural. Pertama, fungsi edukatif. Mancak adalah wadah pembentuk karakter dan jati diri. Sebagai pembentuk karakter, mancak mengemban fungsi menanamkan nilai-nilai religiusitas, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab kepada anak sasian. Kedua fungsi ekspresif –estetis, sebagai ekspresi diri, mancak merupakan wadah bagi ekspresi estetik atau kreatifitas seni, ekspresi kesehatan dan prestasi. Ekspresi diri juga berkait dengan prihal pengungkapan budi atau karakter dan eksistensi. Budi atau karakter adalah sikap atau pendirian yang menyebabkan suatu perilaku terekspresi secara mudah tanpa berpikir panjang. Fungsi eksistensi adalah bahwa seorang pemain mancak dapat menjadikan mancak sebagai basis eksistensi diri, sebagai profesi. Ketiga, fungsi sosial. Fungsi sosial mancak sesuai dengan fungsi silek sebagai pakaian diri, yakni sebagai karakter dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal memelihara harga atau martabat diri, silek menjadi basis keterampilan dan kekuatan pelindung dari berbagai ancaman fisik dan batin dari luar. Keempat, fungsi kultural, fungsi kultural mancak adalah menjaga keberlangsungan tradisi. Tradisi terdiri atas adat sebagai sumber inti sistem nilai etik, kesenian sebagai representasi nilai estetik, dan keterampilan fisik sebagai representasi ketangkasan, etos kerja, kesehatan dan kebugaran. Kunci kebertahanan tradisi adalah sistem nilai atau ideologi yang mendasari tradisi itu. Apabila fungsi mancak dan silek semakin surut maka sistem nilai atau ideologi utama yang mendasarinya juga kian hilang sehingga kearifan lokal yang dimilikinya juga lenyap.
Mancak sebagai representasi fisik dan visual dari silek adalah berupa gerakan-gerakan badan, kepala, bahu, tangan (siku, lengan, telapak tangan, kepalan, jari), dan kaki (lutut, tungkai, tapak, ujung jari). Gerakan-gerakan mancak adalah berupa salam penghormatan, elakan, tangkapan, kuncian, dan serangan (pukulan, sepakan, hantaman). Gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara perorangan, berpasangan atau berkelompok. Mancak dalam bentuk permainan adalah randai sedangkan beladiri adalah dasar silek.
Kekinin, mancak sebagai bungo silek haruslah mendapat perihal terpenting terutama fungsinya yakni fungsi edukatif, ekspresif, sosial, dan kultural yang bisa menjadi ilham dalam hidup ini. Mudah-mudahan. Bersambung...
Penulis: Undri, peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat
Artikel ini telah dimuat di Harian Umum Padang Ekspres pada 25 September 2018