KAJIAN TRADISI MANJALANG RUMAH GADANG MANDE RUBIAH

0
5112

Oleh: Undri

Salah-satu kajian yang dilaksanakan oleh kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun ini yakni Tradisi Manjalang Rumah Gadang Mande Rubiah di Kenagarian Lunang Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan pengumpulan data dilapangan dalam kajian ini dilaksanakan oleh Undri, Ajisman dan Yulisman, mulai dari tanggal 12 sampai 20 Maret 2020.

Pengumpulan data lapangan dilaksanakan dalam bentuk studi perpustakaan, observasi lapangan dan wawancara dengan narasumber. Studi perpustakaan dilaksanakan di Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Observasi lapangan yakni mengunjungi bukti-bukti arkeologis berkenaan dengan keberadaan dari sejarah Mande Rubiah di Nagari Lunang Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Wawancara dengan narasumber yakni orang -orang yang mengetahui, dan ikutserta dalam kegiatan tradisi Manjalang Rumah Gadang Mande Rubiah. Adapun narasumber dalam kegiatan ini yakni Mande Rubiah yang ke VII, Maradis Dt. Rh. Setia (Ketua Kerapatan Adat Nagari) Nagari Lunang, M. Arasum Dt. Batuah (Tokoh adat Lunang), Sumawir Tuanku Sholeh (Tokoh masyarakat), Nurhasni (Bamus Nagari Lunang), M. Syahab (tokoh aliran Syatariah), Kasan Syaih Palitio  (orang tuo nagari), Marsyim (tokoh masyarakat), dan Bachtiar (tokoh masyarakat, mantan kepala seksi bidang kebudayaan Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan).

Dilapangan diperoleh data bahwa Nagari Lunang identik dengan Mande Rubiah sebagai simbol kekuasaan elite tradisional di nagari tersebut. Melihat realitas yang ada, dapat dikatakan bahwa poros kehidupan masyarakat Lunang dan sekitarnya berada pada Rumah Gadang Mande Rubiah. Bahkan datang ke daerah tersebut, bagi wisatawan bukanlah semata-mata sebagai bentuk dari rekreasi seperti pengunjung yang datang ke rumah adat lainnya, melainkan para pengunjung pada umumnya untuk melepaskan hajatnya seperti berkaul, membayar nazar, meminta obat dan rasa ingin tahu tentang keberadaan rumah gadang Mande Rubiah tersebut.

Bagi masyarakat Lunang kehidupan sehari-hari mereka tidak terlepas dari rumah gadang Mande Rubiah itu sendiri, seperti penyelenggaraan adat dan agama tetap berhubungan dengan rumah gadang tersebut. Bahkan kehidupan di rumah gadang Mande Rubiah adalah pusat dari kehidupan yang ada di dalam nagari. Untuk itu, kegiatan masyarakat tidak terlepas dari rumah gadang, seperti penyelenggaraan Shalat Tarawih empat malam di rumah gadang tersebut, takbiran Idul Fitri, Maulid Nabi pada hari kedua setelah Maulid Nabi di mesjid nagari, rapat nagari, upacara perkawinan, dan sebagainya.

Itu pula sebabnya, poros adat Lunang lebih mengarah pada kekuasaan adat rumah gadang Mande Rubiah, sehingga keputusan rumah gadang lebih kuat dari keputusan nagari. Seperti halnya, setiap tahun pada hari kedua setelah hari Raya Idul Fitri di Lunang berlangsung rapat nagari di rumah gadang Mande Rubiah. Keputusan diambil oleh para ninik mamak, penghulu, alim ulama, orang tua dan tokoh masyarakat. Kemudian hasil keputusan tersebut disampaikan kepada Mande Rubiah untuk disahkan.

Rumah Gadang Mande Rubiah yang menjadi sakral dan dianggap keramat, tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan yang ada di Lunang maupun daerah luar sekitarnya. Rumah gadang dikenal sebagai tempat tua yang menjadi pelindung bagi masyarakat. Maksudnya rumah gadang adalah tempat yang agung dan berkah bagi orang yang menghormatinya. Kepercayaan ini merupakan suatu bentuk semangat kepercayaan lama yang tidak hilang dimakan zaman, walaupun jumlahnya tidak dapat diperkirakan. Pengikut kepercayaan ini menganggap tidak melanggar norma-norma agama yang telah ada karena berbagai bentuk tradisi ini menuntun mereka dan tidak terlepas dari cara mereka melaksanakan ibadah agama. Hanya saja pelaksanaannya bisa dilakukan rumah gadang, mengingat rumah gadang juga difungsikan sebagai tempat ibadah agama. Jadi maksudnya rumah gadang selain sebagai rumah adat tempat yang sakral, juga merupakan rumah ibadah.

Tradisi manjalang (menjelang) atau istilah di daerah tersebut nyalang adalah prosesi adat bercampur agama yang telah mentradisi di Nagari Lunang. Prosesi adat tersebut seperti menyambut hari raya Idul Fitri yang dilangsungkan di rumah gadang Mandeh Rubiah. Manjalang diartikan dengan mengunjungi rumah gadang Mandeh Rubiah dalam rangka silaturahmi (halal bi halal atau bermaaf-maafan) antar seluruh unsur masyarakat, mulai dari unsur adat, alim ulama dan masyarakat dengan Mandeh Rubiah.

Tradisi manjalang rumah gadang Mande Rubiah sendiri tidak terlepas dari pengaruh aliran syatariah yang berkembang di daerah Lunang, bahkan Mande Rubiah sendiri serta keturunannnya pengikut dari aliran syatariah itu sendiri.

Sebagai ungkapan rasa hormat masyarakat Lunang kepada pewaris rumah gadang yang telah mentradisi dari dahulu hingga sekarang maka dilangsungkan setiap tahunnya upacara manjalang atau mengunjungi rumah gadang. Tradisi itu ampai saat ini terus dilaksanakan. Proses adat manjalang rumah gadang Mandeh Rubiah ini cukup menarik ribuan pasang mata masyarakat, menyaksikan prosesi manjalang rumah gadang Mandeh Rubiah yang ada di sepanjang jalan dilalui arak-arakan.

Harapan kedepannya tradisi manjalang atau nyalang rumah gadang Mande Rubiah dapat dilestarikan dengan baik, perlu kerjasama semua lini kearah tersebut (Undri).