Oleh:Firdaus Marbun
(Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang)
Dalam masyarakat Minangkabau, batagak tonggak tuo dalam mendirikan rumah gadang memiliki peran dan keistimewaan tersendiri. Faktanya dewasa ini, upacara tersebut tidak lagi bisa kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Upacara batagak tonggak tuo rumah gadang adalah salah satu bentuk upacara dari beberapa rangkaian upacara yang ada dalam pembangunan rumah gadang. Umumnya dalam pembangunan rumah gadang terdapat beberapa rangkaian upacara yang harus dilalui seperti: 1) Mufakat awal yaitu proses musyawarah antar orang-orang sekaum untuk membahas letak, ukuran dan kapan rumah akan dibangun. Hasil musyawarah akan dibawa ke penghulu untuk dibahas dengan penghulu-penghulu yang lain. 2) Maelo Kayu atau menarik kayu, kegiatan mencari bahan yang dibutuhkan dalam pembangunan rumah gadang. 3) Mancetak tonggak tuo, mengelola kayu menjadi tonggak dan merangkai tonggal tuo dengan tiang-tiang penyangga. 4) Batagak Tonggak Tuo, dilakukan setelah kegiatan merangkai tonggak tuo selesai dilakukan dan selanjutnya akan didirikan. 5) Manaikan kudo-kudo, menaikkan kuda-kuda dan 6) Manaiki Rumah, acara terakhir dari upacara batagak rumah. Manaiki rumah diadakan setelah rumah selesai, pada acara ini dilakukan penjamuan dan do’a bersama sebagai tanda terimakasih kepada semua dan doa syukur kepadaTuhan Yang Maha Kuasa.
Prakteknya batagak tonggak tuo merupakan kegiatan awal pembangunan rumah gadang setelah rangkaian pengambilan kayu (maelo kayu) dilakukan. Kegiatan ini merupakan peletakan batu pertama dan penanda dimulainya pembangunan rumah gadang. Hanya saja istilah yang dipakai oleh masyarakat Minangkabau adalah batagak tonggak tuo. Hal ini berbeda dengan pendirian bangunan-bangunan pada umumnya yang diawali dengan peletakan fondasi. Pada pembangunan rumah gadang, hal yang paling awal dikerjakan adalah kerangka bangunannya, kemudian menyusul fondasi bangunan. Ketika kerangka bangunan selesai dan fondasi telah dibuat, selanjutnya meletakkan tonggak ke atas fondasi yang sudah disiapkan, baru pengerjaan seluruh bangunan dilanjutkan.
Secara filosofis, elemen dalam batagak tonggak tuo yakni tonggak tuo itu sendiri. Tonggak tuo dalam rumah gadang bisa diistilahkan dengan orang yang dituakan dalam masyarakat Minangkabau. Orang yang dituakan yang menjadi tauladan, sokoguru dan panutan dalam berperilaku bagi masyarakatnya. Orang yang dituakan ini tidak harus tua secara usia, namun lebih kepada luas wawasan dan pengalaman hidup yang dimiliki. Orang yang dituakan inipun berperan sebagai penjaga adat dan tradisi, penjaga agama dan mengajarkan arti kehidupan kepada seluruh masyarakat Minangkabau. Dia menjadi guru bagi masyarakat karena keluasan wawasan dan pengetahuannya. Tentu saja, orang yang dituakan tidak bisa berdiri sendirian tanpa dukungan dari masyarakat banyak dan tanpa pengakuan. Seorang tua, harus selalu ada bersama-sama dengan rakyatnya, hidup ditengah-tengah masyarakat dan menjadi tempat bergantung masyarakatnya.
Tonggak tuo adalah satu-satunya tiang yang berdiri tegak lurus dan terletak di bagian tengah rumah gadang. Sementara tiang yang lain yang ada disekelilingnya berdiri agak miring dan berfungsi sebagai penyokong tiang utama. Jika semua ujung tonggak yang miring dan lurus diteruskan ke bawah maka akan bertemu pada satu titik di dalam bumi yang disebut dengan maantak ka pusek bumi. Masing masing tiang akan dihubungkan dengan palanca yang utuh atau tidak bersambung dan lurus. Ini menunjukkan hubungan antara satu tiang dengan tonggak tuo tidak bisa dipisahkan. Tonggak tuo akan berdiri kokoh jika disokong oleh tiang tiang yang lain, sementara tiang tiang-tiang yang lain tidak bisa berdiri tanpa ada tiang utama. Bisa dikatakan tiang utama sebagai tiang penjuru.
Batagak tonggak tuo merupakan upacara yang dirayakan dengan baralek (pesta) besar. diawali dengan ritual doa bersama sebagai bentuk ucapan syukur dan meminta izin kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dimulainya pembangunan. Memohon kepada yang maha kuasa agar proses pembangunan rumah gadang berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti, selalu diridhoi dan selanjutnya masyarakat khususnya pemilik rumah gadang hidup sejahtera dan makmur dalam menempati rumah nantinya.
Upacara ini dilengkapi dengan simbol-simbol yang dipercaya masyarakat Minangkabau mengandung nilai-nilai keselamatan, kemakmuran dan kekuatan. Simbol-simbol yang digunakan sebagai pelengkap ritual ada ayam, tandan buah pisang, mayang pinang dan tunas kelapa. Simbol-simbol ini oleh masyarakat dipercaya melambangkan kekuatan, keselamatan, kesuburan dan kemakmuran. Setelah ritual doa bersama dilakukan, maka secara bersama-sama masyarakat melaksanakan batagak tonggak tuo. Selesai acara batagak tonggak tuo dilaksanakan, acara diakhiri dengan makan bersama seluruh masyarakat yang hadir dalam acara batagak rumah gadang tersebut.
Nilai dalam Batagak Tonggak Tuo
Terdapat nilai gotong royong dan kebersamaan pada proses pelaksanaan batagak tonggak tuo rumah gadang. Nilai ini bisa kita temukan baik sebelum upacara dilakukan maupun pada saat acara batagak itu sendiri. Sebelum batagak tonggak tuo rumah gadang dilaksanakan, para warga kaum atau warga nagari akan beramai-ramai mengadakan gotong–royong untuk mencari bahan berupa kayu pohon yang dinilai cocok untuk dijadikan tonggak tuo rumah gadang. Kegiatan pencarian kayu ini memakan waktu lama dan tenaga yang besar. Tonggak tuo ini diambil dari hutan konservasi milik kaum atau hutan ulayat kaum. Pengangkatan kayu yang ditebang kemudian dibawa ke tempat pembangunan harus dilakukan secara bergotong royong. Hal ini mengingat kayu yang digunakan untuk tonggak tuo begitu besar dan panjang, tentu sangat berat. Jadi proses pengangkatan dilakukan bersama-sama. Kalau jaman dulu akan digotong secara bersama. Demikian juga dengan tiang-tiang yang lain semua diangkut dengan cara bergotong royong.
Setelah tonggak atau tiang diperoleh dan dirasa cukup maka pekerjaan berikutnya adalah membuat kerangka tonggak tuo. Membuat kerangka tonggak tuo ini dikerjakan oleh para tukang tuo. Tukang tuo adalah orang-orang yang ahli dan memiliki pengalaman mumpuni dalam membuat rumah gadang. Setelah tonggak tuo selesai dirangkai, pekerjaan selanjutnya adalah batagak tonggak tuo. Inilah acara puncak dalam batagak tonggak tuo rumah gadang. Dalam acara ini akan melibatkan lebih banyak orang, hal ini dikarenakan kerangka tonggak tuo akan jauh lebih berat. Satu hal yang sangat patut untuk diteladani adalah semua orang-orang yang terlibat dalam upacara batagak tonggak tuo adalah relawan yang tanpa dibayar. Hal ini menunjukkan nilai gotong royong dan kebersamaan yang sangat kental di masyarakat.
Kekinian, nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan yang sangat kental dalam pembangunan rumah gadang lama kelamaan semakin terkikis seiring dengan semakin jarangnya pembangunan rumah gadang. Kehidupan modern yang lebih menawarkan dominasi egoisme menjadi sangat merusak moral masyarakat masa kini. Dengan menghidupkan kembali aktifitas budaya seperti batagak tonggak tuo, maka diharapkan nilai-nilai itu bisa tertanam kembali dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya dalam pembangunan rumah gadang nilai itu bisa diterapkan, tapi juga dalam aktivitas kehidupan yang lebih luas.