Penulis: Undri
Apa yang kita sombongkan dimuka bumi ini ?. Tiba saatnya kekayaan berupa harta benda yang kita miliki akan habis, paras wajah nan elok akan keriput diusia senja. Belajarlah seperti padi, makin berisi makin merunduk, artinya makin kaya dan makin banyak ilmu kita harus makin rendah hati. Jangan pula ditiru sifat ayam, bertelur satu ribut sekandang- tahu pula orang sekampung, berilmu sedikit sudah menyombongkan diri.
Sifat sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain. Seseorang yang berlagak sombong dan angkuh biasanya kurang mempunyai perasaan malu. Selaras dengan itulah diperlukan orang yang memiliki sifat rendah hati.
Bagaimana dengan orang yang memiliki sifat rendah hati ?. Orang yang mempunyai sifat rendah hati akan disenangi orang, ketika dia tidak ada orang merasa kehilangan. Orang yang memiliki sifat rendah hati mudah bergaul dengan siapa saja, tidak memilih teman baginya manusia itu sama saja. Kaya atau miskin, apakah cantik atau jelek, anak pejabat atau rakyat badarai. Semuanya itu tetap dijadikan teman bagi orang yang rendah hati tersebut. Diretas dalam ungkapan : anggang nan datang dari lawuik, tabang sarato jo mangkuto, dek baik budi nan manyambuik, pumpun kuku patah pauahnyo– seseorang yang disambut dengan budi yang baik dan tingkah laku yang sopan, musuh sekalipun tidak akan menjadi ganas, semuanya jadi sahabatnya dalam hidup ini.
Bagaimana kita bisa menentukan dan menilai seseorang memiliki sifat rendah hati. Tentu mudah, sebab seseorang yang memiliki sifat rendah hati memiliki sifat yakni : ia selalu minta maaf kalau bersalah, dan selalu minta ampun dan bertobat kalau berdosa- salah cotok malantiangkan, salah ambiak mangambalikan, salah makan mamuntahkan, salah pado manusia minta maaf, salah pado Allah minta tobat.
Hal ini dilakukan oleh manusia sebab yang ditinggalkan oleh manusia setelah mati itu adalah kepribadian yang baik. Fatwa adat harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Sebab itu seseorang harus berusaha agar dia meninggalkan nama baik, pada saat dia mati. Ini tentu mengandung pengertian bahwa dia selama hidupnya harus berbuat baik. Begitu juga hendaknya- nan katuju diawak itu, rancak diurang handaknyo (yang kita sukai itu, hendaknya pula bagus bagi orang lain).
Bukan itu saja dalam adat Minangkabau mengutamakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah-satu ukuran martabat seseorang- nan kuriak iyolah kundi, nan sirah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso (yang kuriak ialah kundi, yang merah ialah saga, yang baik ialah budi, yang indah ialah basa).
Menurut Ermaleli (2013 :48-49), seluruhnya itu bertujuan untuk membentuk pribadi yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya, dan manusia yang beradab. Sebab dari manusia yang beradab itulah akhirnya diharapkan akan melahirkan suatu masyarakat yang aman dan damai, sehingga memungkinkan suatu kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat- baldatun tayyibatun wa rabbun gafuur– masyarakat yang aman, damai dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Sebuah keinginan luhur yang amat mulia dalam hidup ini.
Untuk mencapai masyarakat yang demikian, diperlukan manusia yang memiliki sifat rendah hati. Sifat rendah hati menjauhkan diri kita dari sifat sombong, congkak, angkuh, acuh tak acuh kepada orang lain. Ungkapannya yakni kacak langan lah bak langan, kacak batih lah bak batih, bajalan dirusuak labuah, tagak sarupo urang mambali, duduak sarupo urang manjua, sarupo lonjak labu dibanam, sarupo kacang diabuih ciek.
Disinilah sebetulnya letak akhlak yang luhur dan mulia. Sebuah fondasi yang diajarkan kepada kita dalam hidup ini. Sebuah kewajiban bagi kita untuk memiliki akhlak yang terpuji, mulia dan menjauhi diri dari akhlak yang tercela. Salah-satu akhlak yang buruk tersebut adalah sikap sombong tersebut. Kato pusako-kok mandi di ilie-ilie, kok bakato di bawah-bawah, sifat sombong usah dipakai, budi baiak nan kapaguno.
Jadi kita tidak boleh mempunyai sifat sombong apalagi sifat tinggi hati sebab manusia itu banyak kekurangan dan kelemahannya. Pupuklah sifat rendah hati, tapi jangan memakai sifat rendah diri. Sebab sifat rendah diri itu adalah sifat yang tidak baik karena akan merugikan kita dan orang lain. Mudah-mudahan.[Penulis adalah peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat]
Artikel ini telah dimuat di Harian Umum Singgalang Kolom Kurenah pada Minggu, 28 April 2019.