Buruak Muko Camin Dibalah

0
2578

Penulis: Undri

Penyakit kita terlalu sibuk mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain, sehingga kesalahan dan kekurangan diri sendiri terlupakan. Mencari kesalahan orang lain, tak tahunya kesalahan kita berjibun pula, sibuk mencari aib orang lain. Rasa-rasanya hidup hanya dipenuhi dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, berlelah-lelah mencari aib orang lain. Wajah kita sendiri yang jelek, cermin yang dibelah. Orang yang berbuat keburukan atau kejahatan namun menyalahkan orang lain atas apa yang ia lakukan- buruak muko camin dibalah (buruk muka cermin dibelah).

Kita tidak dapat menafikan bahwa beberapa manusia ada yang hobinya hanya mencari-cari kesalahan dari orang lain, kemudian membicarakannya dengan temannya, kerabatnya, bahkan dibicarakan dipublik, lewat media sosial di facebook, tweeter misalnya, dan lain. Jika kesalahan ia dapatkan, ia besakan pula. Bergelora semangat untuk mencari kesalahan orang lain. Kadang kala kekhilafan dalam urusan kecil yang wajar terjadi dan sepatutnya dimaafkan, namun ditampak-tampakkan sebagai kejahatan teramat besar. Begitulah ritme kehidupan dihari ini.

Selain itu, ada penyakit mengada-ada yang lebih buruk lagi. Mengada-adakan kesalahan yang ia mengetahui betul bahwa tidak ada kesalahan pada orang lain, tetapi ia menisbahkan kesalahan kepada orang tersebut, mengesankan kepada orang tersebut bahwa ia berbuat kesalahan yang sangat besar. Ini semua termasuk kepada perihal fitnah yang keji, dan haruslah kita hindari dalam hidup ini.

Buruak muko camin di balah bermakna juga orang yang tidak mau intropeksi diri. Seseorang yang tidak mau menerima akibat buruk dari perbuatannya dan menimpakan kesalahannya pada pihak orang lain. Tersirat bahwa kita dianjurkan mencari penyebab sesuatu itu dengan teliti dan cermat sesuai dengan apa yang terjadi. Jangan sampai kita menjadi seperti orang yang memecahkan kacanya lantaran wajahnya buruk ketika dia lihat di cermin. Serta janganlah menjadi orang yang tidak bertanggung jawab dengan perbuatan sendiri apalagi menyalahkan orang lain.

 Kita sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, menunjukkan jika dia merupakan seseorang yang tidak memiliki kesibukan yang berarti. Waktu yang ia miliki tidaklah penting sampai akhirnya waktunya dihabiskan untuk sibuk mencari kesalahan orang lain. Orang baik tidak akan mengumbar aib orang lain, bahkan jika dia tahu akan hal itu maka dia akan menutup-nutupinya. Namun berbeda lagi dengan orang yang dalam hatinya terdapat penyakit hati seperti iri dan dengki, ia akan sibuk mencari kejelekan orang lain dan akan mengumbarnya kepada orang lain pula.

Persoalan mengenai jangan mencari-cari kesalahan orang lain sudah ada dalam kitab suci Al-quran yakni melalui Surat Al-Hujurat ayat 12, Allah SWT berfirman : “Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain”. (Q.S. Al-Hujurat 12). Begitulah pentingnya ajaran untuk jangan mencari-cari kesalahan orang lain, namun berbuat kebaikan diantara kita di muka bumi ini.

Dalam hal ini pentinglah kiranya introspeksi diri, menyadari akan diri sendiri. Introspeksi diri dapat membantu seseorang untuk bercermin tentang diri dan kehidupannya selama ini. Melalui introspeksi diri, kita akan lebih mudah menentukan tujuan hidup ke depan. Tentunya, tujuan hidup yang kita dapatkan melalui introspeksi diri ini akan mampu membawa kita sebagai manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Atau dengan kata lain bahwa introspeksi diri merupakan peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, serta kesalahan dari diri sendiri.

Ungkapan yang sejalan dengan buruak muko camin dibalah (buruk muka cermin dibelah) yakni mancabiak baju di dado, manapuak aia di dulang (merobek baju di dada, menepuk air di dulang). Mengandung makna akan sesuatu perbuatan yang merugikan diri sendiri, sesuatu pekerjaan yang tidak baik atau tidak layak dilakukan. Tersirat sebuah makna bahwa bagi kita agar menasehati seseorang agar dalam pergaulan hidup, bertutur kata harus hati-hati, janganlah menjelek-jelekkan orang lain, keluarga atau membukakan aib orang lain, keluarga sendiri kepada orang lain karena yang akan merasa atau menanggung malu bukan hanya keluarga saja tetapi juga diri sendiri- mancabiak baju di dado, manapuak aia di dulang (merobek baju di dada, menepuk air di dulang).

Akhirnya, penting bagi kita dalam hidup ini agar tidak mencari-cari kesalahan yang dimiliki orang lain, melakukan introspeksi diri bahwa diri kita juga penuh dengan kekurangan dan kesalahan. Selama persoalan ini kita maknai dalam hidup maka hidup telah kita retas dengan baik dan mulia- dan janganlah buruak muko camin dibalah (buruk muka cermin dibelah). Mudah-mudahan.[Penulis adalah peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat]

Artikel ini telah dimuat di Harian Umum Singgalang Kolom Kurenah