PPTMA Lingga, Mengangkat Roh Tradisi (Sebuah Catatan)

0
110

Oleh:
Dedi Arman
Staf Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri

Pemkab Lingga menggelar Perhelatan Pemuliaan Tamadun Melayu Antarbangsa (PPTMA) tanggal 17-26 November 2017 mendatang.
Ini event kebudayaan terbesar yang digelar sejak Kabupaten Lingga berdiri. Sebelumnya event kebudayaan yang pernah digelar
di Lingga hanya Ramai Seni Budaya Melayu (RSBM) Kabupaten Lingga dan Parade Tari Daerah Provinsi Kepri.
Barulah tahun ini dibuat helat akbar bersempena Hari Jadi Kabupaten Lingga ke-14.

Ada sejumlah catatan dan harapan dengan kegiatan PPTMA ini. Tanpa mengenyampingkan harapan untuk kehadiran Wakil Presiden Jusuf
Kalla dalam kegiatan ini, namun ada hal besar yang mengembirakan. Sultan Mahmud Riayat Syah (SMRS), Yang Dipertuan Besar Kesultanan
Riau Lingga Johor dan Pahang diangkat sebagai pahlawan nasional tahun 2017. Dalam helat PPTMA, Pemkab Lingga menggelar malam
apresiasi dan syukuran pengangkatan SMRS sebagai pahlawan nasional. Ini momen yang hebat bagi masyarakat Kepri, khususnya
masyarakat Lingga.

Kita mengapresiasi Pemkab Lingga melalui Dinas Kebudayaan Lingga yang telah memilih sejumlah kegiatan dalam helat PPTMA.
Ada upaya mengangkat roh tradisi. Ada pertunjukkan permainan tradisional, penampilan teater khas Melayu, seperti bangsawan makyong.
Selain itu juga festival tari dan musik Melayu. Tak ketinggalan acara seminar Tamadun Melayu, pameran,bazar kuliner dan pawai budaya, serta mendaki
gunung. Intinya dalam PPTMA berbagai khazanah budaya Melayu ditampilkan. Potensi-potensi budaya itu semuanya dipertunjukkan kepada khalayak. Inilah
kekayaan Lingga sebagai Bunda Tanah Melayu, bukan sekedar julukan belaka.

Membawa nama ‘Tamadun Melayu’ diharapkan kegiatan Pemkab Lingga ini jangan seperti pohon pisang yang berbuah hanya sekali
dan setelah itu mati. Pemprov Kepri melalui Dinas Kebudayaan Kepri yang punya catatan buruk soal ini. Event Tamadun Melayu yang dibuat tahun 2012 tak
berkelanjutan. Belakangan Pemprov Kepri membuat perhelatan besar lagi bertajuk Festival Bahari Kepri. Meski bertajuk ‘bahari’
event-event yang digelar dalam festival hanya sebagian kecil yang menunjukkan sisi kebaharian. Lebih tepat kalau kegiatannya
disebut festival budaya saja. Ada penampilan grup band Wali dari Jakarta, panggung penyair, festival drum band, pentas seni
dan festival Gurindam 12. Ini tak ada kaitan langsung dengan tajuk bahari.

Kesuksesan penyelenggaraan PPTMA sangat tergantung kelihaian Bupati Lingga mengkoordinasikan semua organisasi perangkat daerah (OPD)
untuk mensukseskan kegiatan. Semuanya bekerja sesuai dengan peran masing-masing dan tak hanya mengandalkan Dinas Kebudayaan Lingga.
Koordinasi yang intensif juga gencar harus dilakukan ke provinsi, lembaga adat, termasuk ke mitra yang nantinya terlibat dalam kegiatan.
Termasuk kerjasama dengan seniman dan budayawan lokal juga penting untuk kesuksesan kegiatan. Jangan mereka jadi tamu dan penonton
saat event budaya besar dibuat di kampungnya.

Selain masalah kepesertaan, kelancaran dan kesuksesan PPTMA sangat ditentukan kesiapan akomodasi penginapan dan transportasi.
Daik Lingga belum memiliki hotel berbintan yang representatif. Hanya satu hotel yang daya tampungnya cukup besar, yakni Hotel
Lingga Pesona, selebihnya hanya penginapan-penginapan kecil. Bisa dibayangkan jika rombongan Wapres Jusuf Kalla dan rombongan
datang ke Lingga. Belum lagi rombongan dari negara serumpun. Termasuk rombongan gubernur dan jajaran, termasuk dari forum komunikasi pimpinan daerah (Forkominda). Penginapan penuh. Rumah penduduk jadi solusi. Betapa hebat kegiatan kalau akomodasi penginapan tak dikelola baik nantinya berdampak
bagi nama baik Kabupaten Lingga.

Transportasi laut dalam penyelenggaraan PPTMA juga hal penting yang harus dijaga. Kesiapan transportasi dari Tanjungpinang ke Lingga, termasuk
dari Batam ke Lingga. Transportasi dalam daerah juga jangan dianggap sepele. Masyarakat Lingga dari berbagai kecamatan bakalan menyerbu
Daik Lingga selama event PPTMA digelar. Transpotrtasi laut yang layak harus jadi perhatian. Transportasi darat juga jadi catatan. Adanya
layanan transpotasi dari pelabuhan menuju ke tempat kegiatan. Mobil dan motor sewa bakal laku dan ini perlu dikelola dengan baik oleh
panitia. Kalau tak diatur dengan baik nantinya berdampak pada imej Kabupaten Lingga.

Berkaca pada helat yang pernah ditaja sebelumnya, partisipasi masyarakat untuk menonton perlu jadi perhatian. Helat sukses kalau penontonnya
membludak. Disinilah sangat penting peranan panitia dalam sosialisasi event PPTMA melalui media massa atau pun sarana lain. Masyarakat bisa
mengetahui jadwal kegiatan. Dengan kultur masyarakat Lingga yang masih peduli dengan budaya, diyakini kegiatan pertunjukkan seperti bangsawan,
makyong atau festival tari bakal ramai. Masyarakat antusias menyaksikan event tradisi itu digelar.

Solusi mudah Dinas Pendidikan Lingga meminta sekolah-sekolah agar mengerahkan para pelajar untuk meramaikan acara selama PPTMA. Para pelajar bisa menonton dan mempelajari berbagai tradisi yang ada di daerahnya, seperti bangsawan, makyong, permainan tradisional dan juga kuliner. Orang tua juga merasa nyaman dan aman kalau ada arahan dari sekolah agar anaknya bisa berpartisipasi dalam kegiatan.

Selain soal akomodasi penginapan, transportasi, kepesertaan, kegiatan di Daik Lingga akan sukses kalau didukung kesiapan pasokan listrik.
Dalam situasi normal, pemadaman listrik bergilir sering terjadi di Daik. Dengan adanya event besar ini, kesiapan masalah kelistrikan tak bisa dianggap
main-main. Panitia pasti sudah memikirkan solusi soal listrik ini. Alangkah malu dan tak elok acara berantakan karena masalah listrik.**