Kesenian Rakyat Kuda Kepang (Ebeg) di Bintan

0
2297

Bintan merupakan sebuah kabupaten yang dahulu bernama Kepulauan Riau.Kabupaten Bintan telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya dinusantara tetapi juga di manca-negara.  Bintan sangat erat kaitannya dengan perjalanan Sejarah Melayu. Sejak dahulu kebudayaan dan adat- istiadat yang berkembang di pulauini adalah budayaMelayu.Meski pundemikian, masyarakat Bintan  terbiasa hidup harmonis dalam keanekaragaman. Salah satunya, di tengah masyarakat ini ada kesenian yang hidup dan berkembang yaitu kesenian Kuda Kepang atau Ebeg.

Kuda kepang atau ebeg adalah lambang kegagahan para prajurit mataram berkuda melawan penjajahan belanda. Tarian ini menggunakan ebeg yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan. Ebeg merupakan sejenis tarian yang menceritakan latihan perang pada waktu itu. Biasanya pemain ebeg ada 10 orang atau 12 orang yang diiringi dengan gamelan dan seperangkatnya. Tarian ini tidak memperlukan koreografi khusus, tapi penarinya
harus bergerak kompak,serasi dan seirama. Kelincahan para penari merupakan simbol semangat dan kekuatan, tarian yang demikian agresif dan gagah itu dipentaskan untuk membumbungkan optimisme rakyat supaya tetap semangat melawan penjajahan. Stigma yang dilekatkan pada tari ebeg dapat diidentifikasi karena tiga hal. Pertama, sejak dicipta pada masa kekuasaan mataram dan diwariskan hingga saat ini tari ebeg tidak mengalami perubahan yang bermakna. Kedua, nuansa magis yang dbangun dengan menghadirkan roh saat wuru mengesankan lekatnya animisme yang dianaut  masyarakat jawa kuno. Ketiga, semangat memerangi penjajah sudah tidak relevan dengan semangat
juang saat ini.

Kesenian kuda kepang sudah sangat tidak asing lagi bagi suku Banyumas karena Merupakan kebanggaan kesenian Tradisional Jawa Tengah khususnya suku Banyumas. Di Kabupaten Bintan meskipun notabene tanah melayu namun kesenian ebeg sangat digemari oleh warga masyarakat bintan, terbukti pada saat kesenian kuda kepang tampil atau pentas penonton sangat antusias untuk menyaksikan aktrasi tersebut. Karena kesenian kuda kepang ada aktraksi yang sangat digemari atau ditunggu yaitu babak janturan, dimana para pemain bahkan para penonton kesurupan.

Di Kabupaten Bintan khususnya Desa Toapaya Selatan memiliki sanggar Kuda kepang bernama “Turonggo Satria Muda” yang masih sangat aktif bermain kuda kepang. Kuda kepang turonggo satria muda pentas biasanya tampil saat ada hari-hari besar seperti pernikahan,khitanan, acara 17 agustus dan hari-hari hajatan lainnya. Prosesi kegiatan ebeg banyak persiapan dalam hal perlengkapan maupun kesiapan fisik dan mental para pemain. Acara tersebut biasa nya dilaksanakan selepas solat zuhur hingga menjelang magrib.

Peralatan yang perlu disiapkan seperti Gending Pengiring yang dipergunakan antara
gendang,saron,Gong, dan terompet. Selain Gending harus disediakan sesajen seperti bunga 7 rupa, kelapa muda , pecut, minyak wangi, kemenyan, kopi, permen, dan jajanan lainnya. Sesajen tersebut akan digunakan pada saat babak yang ditunggu yaitu babak terakhir janturan. Dimana para pemainnya akan kesurupan dan menyerbu sesajen-sesajn tersebut.
Ada beberapa babak dalam kegiatan Kuda kepang Turonggo Satria Muda.
1. Tari persembahan
Tari persembahan dilakukan oleh para pemain dimana para pemainnya akan menari untuk memberikan hormat kepada penonton dan tuan yang mengadakan hajat tersebut.

2. Barongan
Barongan adalah kegiatan menari yang dilakukan para pemain menggunakan barongan atau topeng berbentuk ular naga . Para pemain barongan terdiri dari dua orang. Pada akhir pertunjukkan tersebut penari barongan akan kesurupan karena adanya roh yang dipanggil oleh pawang atau dalang kuda kepang.

3. Bandan atau Tole-Tole
Bandan atau tole-tole adalah babak dimana salah satu pemain yang sudah kesurupan dimasukkan kedalam kurungan dengan bacaan mantra oleh pawang ebeg, dan beberapa waktu setelah dibuka kurungannya pemain tersebut tubuhnya terikat tali dengan sendirinya, beberapa menit kemudian pemain tersebut ditutup kembali dengan kurungan lalu dibuka kembali keluarlah pemain tersebut
dengan berubah wujud berbusana wanita. Konon ceritanya wanita tersebut seorang bidadari yang turun dari khayangan, yang dinamakan puteri “ande ande lumut”.

4. Janturan
Seperti yang sudah saya singgung di pertengahan tulisan saya mengenai babak janturan dimana babak tersebut adalah bagian puncak dari permainan yang sangat ditunggu-tunggu oleh para penonton. karena pada babak ini para pemain bahkan para penonton akan wuru atau kesurupan, para pemain kesurupan kemasukan roh yang dipanggil oleh pewang tapi tidak semua penonton akan kesurupan itu
hanya penonton yang memang sudah memiliki indang (pegangan ilmu kuda kepang). Tingkah mereka bisa berubah-ubah, ada yang berupa seperti macan, monyet, ular . Para pemain yang dalam keadaan tidak sadar akan memakan sesaji yang disiapkan yang menurut akal sehat tidak pantas untuk dimakan oleh orang yang dalam keadaan sadar. Contonya memakan beling, kemenyan, bunga, barak api,ayam mentah dan lain sebagainya.

Secara umum, kesenian yang merupakan bagian dari budaya perlu kita jaga dan
lestarikan.Demikian juga dengan keberadaan kesenian kuda kepang ditengah masyarakat Bintan. Kesenian ini meskipun berasal dari Tanah Jawa merupakan tontonan yang bisa menjadi tuntunan untuk generasi penerus. * (Penulis: Mutiara Ayu Puspaseruni (Mahasiswi IAP Stisipol Tanjungpinang)