Mengenal Perahu Baganduang, WBTB dari Kuansing Riau

0
7879
Perahu Baganduang, karya budaya dari Kuansing, Riau. (foto:riaupos.co)

Kabupaten Kuantan Singingi terkenal dengan event akbar pacu jalur di Sungai Kuantan. Pacu jalur sudah ditetapkan jadi warisan budaya tak benda Indonesia. Selain pacu jalur, satu lagi karya budaya Kuansing yang ditetapkan jadi WBTB Indonesia tahun 2017 lalu adalah Perahu Banduang.

Perahu Baganduang atau Perahu Beganduang adalah gabungan dari dua hingga tiga buah sampan panjang. Baganduang artinya bergandeng. Perahu-perahu ini dirangkai menjadi satu (diganduang) dengan menggunakan bambu. Perahu baganduang menjadi bagian dari tradisi yang ada di Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuansing, Riau. Perahu Baganduang adalah kendaraan adat yang digunakan untuk tradisi Majompuik Limau. Tradisi ini telah dilakukan masyarakat selama kurang lebih satu abad.

Perahu baganduang pertama kali digelar sebagai festival pada tahun 1996. Festival perahu baganduang dilaksanakan sekali dalam setahun, terutama pada saat hari raya Idul Fitri. Perahu-perahu ini kemudian dihias agar menarik. Hiasan-hiasan yang digunakan, antara lain, bendera, daun kelapa, payung, kain panjang, buah labu, foto presiden dan wakil presiden, dan benda-benda lainnya yang memiliki simbol adat. Misalnya, padi yang melambangkan kesuburan pertanian dan tanduk kerbau yang melambangkan peternakan.

Dalam festival tersebut, masyarakat disuguhkan berbagai hiburan, di antaranya Rarak Calempong, Panjek Pinang, dan kegiatan Potang Tolugh. Proses pembuatan perahu baganduang sama dengan pembuatan perahu jalur, yaitu dengan memakai upacara Melayu

Sejarah

Festival yang merupakan simbol adat masyarakat Kuantan ini sebenarnya memiliki sejarah panjang. Konon, tradisi berlayar dengan perahu baganduang telah ada semenjak masa kerajaan-kerajaan dahulu. Perahu ini biasanya dipakai oleh raja sebagai sarana transportasi. Lambat laun tradisi berlayar ini kemudian dipakai untuk mengantar air jeruk (limau) oleh menantu ke rumah mertua dalam tradisi menyambut Hari Raya Idul fitri. Dalam tradisi masyarakat Kuantan, memang terdapat kebiasaan ritua mandi jeruk (mandi balimau), sebagai simbol perbersihan diri pada pagi hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Nah, kebiasaan menggunakan perahu tersebut dirawat dan dipelihara masyarakat setempat dan kini diwujudkan melalui Tradisi Perahu Baganduang . Tradisi perahu baganduang yang dilaksanakan oleh masyarakat Lubuk Jambi sampai saat ini masih dilestarikan sebagai bentuk kearifan lokal, karena mengandung nilai-nilai budaya, etika, moral dan simbol-simbol adat yang sangat penting di jelaskan kepada generasi berikutnya. Tradisi ini merupakan salah satu produk budaya yang merupakan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyaraktnya, agar tidak hilang begitu saja karena perkembangan zaman, maka dari itu saya sebagai generasi penerus ingin memperkenalkan kepada publik dan melestarikan budaya yang sudah turun temurun ini. Dan saya juga menginginkan masyarakat kuantan tahu dengan budaya daerah sendiri dan mampu menjelaskan apa saja yang terkandung dan tersurat dengan budaya sendiri.

Makna Simbolik Artefak Pada tradisi Perahu Baganduang terdiri dari. Pertama,makna simbolik kubah. Simbol kubah dalam Perahu Baganduang bagi masyarakat Lubuk Jambi mempunyai makna yaknimasyarakat Lubuk Jambi dalam menjalani kehidupannya tidak terlepas daripada norma-norma agama Islam sebagaimana yang dianutnya, pemahaman tentang agama mereka terapkan dalam kehidupannya sehari-hari, mereka menganggap bahwa agama adalah sebagai pandangan hidup dan juga apa-apa yang diajarkan dalam agama harus mereka terapkan dalam kehidupannya sehari-hari, maka dengan demikian tidaklah mengherankan jika tradisi-tradisi yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakatpun sangatlah kental dengan nuansa keagamaan, orang tua-tua dahulu berpandangan bahwa setiap apa yang akan dibuat oleh seseorang dalam kehidupannya janganlah sampai melanggar apa yang telah di gariskan dalam agamaislam.

Kedua, makna Simbolik Tanduk Kerbau. Makna dari gambar tanduk yaitu untuk membajak sawah, lambang keadilan dan keperkasaan anak negeri. Berdasarkan hasil wawancara tesebut dapat penulis jelaskan bahwa makna simbol dari tanduk kerbau yang di gunakan dalam Perahu Baganduang oleh masyarakat Lubuk Jambi adalah melambangkan masyarakat hidup dalam alam peternakan dan keperkasaan anak negeri Lubuk Jambi, dengan arti kata bahwa masyarakat Lubuk Jambi berani dalam menghadapi segala tantangan apa saja yang mungkin akan terjadi kelak dikemudian hari dalam menjalani hidup ini, bahwa dalam menjalani kehidupan ini kadang kala tidaklah sesuai dengan apa yang kita harapkan, kehidupan ini tidaklah selalu mulus, pasti akan ada tantangan dan rintangan yang akan muncul dihadapan kita setiap saat yang mungkin tidak kita duga-duga, baik itu tantangan yang besar maupun tantangan yang kecil .

Masyarakat Lubuk Jambi dalam menggunakan alat yang diperlukan dalam pertanian sangatlah unik, mesin-mesin juga alat-alat yang serba canggih seperti sekarang ini belumlah ada, maka dengan demikian masyarakat Lubuk Jambi dalam menggarap sawah dan juga ladangnya hanya menggunakan binatang ternak, seperti kerbau, tenaga kerbau ini di gunakan untuk merancah, menghancurkan rumput dan juga tanah yang keras, yang pada akhirnya sawah ladang mereka bisa untuk di tanami padi dan juga tanaman yang lainnya yang bisa untuk digunakan untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Maka dari itu masyarakat Lubuk Jambi berpandangan bahwa kehidupan ini adalah untuk dijalani, dan dalam menjalaninya harus diperlukan sebuah keberanian, jangan mudah menyerah, dan jangan patah semangat, apalagi putus asa, tidak boleh sama sekali hal-hal yang demikian itu, dan inilah yang diwariskam oleh para leluhur mereka dahulu yang di harapkan dapat di teruskan oleh anak-cucu mereka nanti di kemudian hari, sebagaimana yang telah di lakukan oleh para leluhur mereka dahulunya.

Ketiga, makna Simbolik Ani-Ani.Makna dari gambar ani-ani adalah alat yang digunakan masyarakat untuk menuai padi pada zaman dahulunya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat Lubuk Jambi dalam membuat Perahu Baganduang juga mereka menghiasinya dengan simbol ani-ani (tanduk kecil), aniani yang dibuat oleh masyarakat Lubuk Jambi adalah yang kerangkanya biasanya dari dasar rotan ataupun kayu yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dan kemudian dirangkainya berbentuk ani-ani, setelah itu kemudian mereka barulah ani-ani tersebut dilapinya dengan kain putih ataupun hitam, sehingga bentuknya mirip dengan ani-ani yang asli, posisinya ani-ani tersebut adalah berada di bawah simbol payung.

Keempat,makna Simbolik Labu-Labu.Lambang tempat air minum para petani setelah membajak sawah dan lambang persatuan dan kesatuan masyarakat Kuantan. Labu-labu yang digunakan dalam Perahu Baganduang tersebut adalah berbentuk bulat dan mirip dengan labu-labu aslinya, penggunaan labulabu tersebut adalah sangat perlu, karena ini sebagai simbol tradisi dulu yaitu labu digunakan sebagai tempat minun dan mengambil air jika masyarakat Lubuk Jambi pergi ke sawah dan ke ladang pada zaman dahulunya. Dalam membuat labu-labu ini masyarakat Lubuk Jambi menggunakan kerangkanya dari rotan atau kayu, namun pada umumnya mereka menggunakan rotan karena rotan bisa dibengkokkan dan dibuat sesuai dengan bentuk yang diinginkan, dan setelah itu kerangka resebut di buat dengan sempurna, maka baru kemudian labu-labu tersebut dilapisinya dengan kain, kain yang digunakan dalam pembuatan labulabu tersebut yaitu tergantung setiap kelompok peserta Perahu Baganduang, tetapi dengan warna yang telah ditentukan yaitu warna kuning, orange, putih dan hijau.

Kelima, makna Simbolik Cerano. Makna dari cerano adalah lambang persembahan kepada ninik mamak, lambang sopan santun dan pembuka kata dalam sebuah acara tradisi. Setiap Perahu Baganduang yang dibuat oleh masyarakat Lubuk Jambi di dalamnya selalu ada di hiasi cerano, adapun makna dari simbol cerano tersebut yaitu sebagai pengantar kata sembahan kepada Niniak mamak, ataupun kepada atasan dari anak nagori. Hiasan cerano dalam Perahu Baganduang bagi masyarakat Lubuk Jambi kerangkanya terbuat dari rotan ataupun kayu yang kemudian akan dilapisi dengan kain, warna kain yang digunakan tergantung kepada peserta dan kelompok masingmasing dari perwakilan desa, karena tidak ada aturan yang mengharuskan warna kain apa yang digunakan semua tergantung selera kelompok untuk mengkombinasikan warnanya.

Keenam, makna Simbolik Payung.Makna dari gambar payung adalah sebagai tempat berlindung dikala panas dan tempat berteduh dikala hujan, lambang rukun islam yang lima, dan lambang masyarakat Lubuk Jambi dinaungi dan dipimpin oleh seorang raja dan empat penghulu. Ketujuh, makna Simbolik Kain Warnawarni. Makna dari kain warna-warni yaitu kain warna kuning adalah lambang pemerintahan, kain warna hijau daun lambang syarak atau agama, dan kain warna hitam lambang adat. Kedelapan, makna Simbolik Cermin. Makna dari cermin yaitu sebagai intropeksi diri supaya kita tahu dengan kemampuan kita dan siapa kita sebelum kita berbicara dan berpergian dan membersihkan diri. Perahu Baganduang juga dihiasi dengan cermin. Makna sebuah cermin yang digunakan oleh masyarakat Lubuk Jambi dalam Perahu Baganduang adalah mencerminkan bahwa setiap-setiap manusia yang akan berbuat atau berjalan dimuka bumi ini kita haruslah membersihkan diri, dengan pengertian bahwa kita haruslah mengintropeksi diri, dengan kata lain harus mengenali diri kita sendiri dulu barulah kita mengenal orang lain ini filsafah yang dipegang oleh masyarakat Lubuk Jambi sampai dengan saat sekarang ini.

Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Perahu Baganduang 1. Nilai Agama atau Religius a. Jumlah payung yang sama dengan jumlah Rukun Islam yaitu 5 buah payung menggambarkan rukun islam ada 5 b. Ornamen Kubah Mesjid yang diatasnya ada gambar bulan bintang, ini menggambarkan agama Islam yang dianut masyarakat Lubuk Jambi c. Pembacaan Takbir dalam acara Perahu Baganduang d. Pelaksanaa Mandi Balimau menyambut hari Raya Idul Fitri sebagai simbol mensucikan diri dalam menyabut hari baik dan bulan baik dan menyambut hari kemenanga bagi umat Islam e. Masyarakat yang sopan santun dan ramah tamah dalam menjalani kehidupan sehariharinya 2. Nilai Sosial a. Tanduk kerbau, Ani-ani dan labu air yaitu melambangkan kehidupan sosial masyarakat Lubuk jambi sebagai petani yang makmur dan sejahtera. b. Dalam pembuatan dan pelaksanaan Perahu Baganduang disini dpat kita lihat bagaimana masyarakat saling membantu satu sama lainnya dan bergotong-royong untuk membuat Perahu Baganduang yang bagus, menarik dan indah. c. Kebersamaan dalam membuat dan pelaksanaan Perahu Baganduang d. Kemakmuran pertanian masyarakat Lubuk Jambi. 3. Nilai Seni a. Nilai seninya yaitu keindahan dari hiasan Perahu Baganduang yang sangat memiliki nilai seni yang sangat baik dari hasil cipta karya masyarakat lubuk jambi mulai dari ornamen dan bangunannya b. Seni Musik dapat kita lihat dari musik yang digunakan dalam tradisi Perahu Baganduang yaitu menggunakan alat musik tradisional yaitu: calempong dan rarak c. Seni Sastra dapat kita lihat dengan berbalas pantun yang digunakan dalam tradisi Perahu Baganduang.

Sumber:

Gusra Rianti, Makna Simbolik Tradisi Perahu Baganduang sebagai Kearifan Lokal di Lubuk Jambi, Kuansing, Riau. JOM Fisip Volume 1 No 2 Tahun 2014.

www.riaumagz.com