Tipologi Rumah Adat Kampung Wana di Lampung Timur

You are currently viewing Tipologi Rumah Adat Kampung Wana di Lampung Timur

Tipologi Rumah Adat Kampung Wana di Lampung Timur

Tipologi Rumah Adat Kampung Wana di Lampung Timur

Oleh
Ani Rostiyati
(BPNB Jabar)

Arsitektur tradisional rumah adat Kampung Wana di Lampung Timur merupakan arsitektur vernakuler yang memiliki nilai, simbol, dan mengandung analogi kepercayaan tertentu. Arsitektur vernakuler tersusun untuk mengekspresikan harmoni dari seluruh aspek di dalam rumah dan rumah dengan lingkungan. Bentuk rumah dan tatanan lingkungan permukiman pada tradisi vernakuler menunjukkan adanya suatu kosmologi kompleks yang diekspresikan dalam simbol yang mempengaruhi pada denah rumah dan tatanan permukiman. Jadi dibalik kesederhanaan terdapat suatu kebesaran spiritual.

Rumah adat Kampung Wana memiliki tipologi nilai-nilai yang tercermin dari struktur rumahnya yang menggambarkan peta pengetahuan masyarakat setempat mengenai ranah-ranah dalam rumah. Jika dibuat hirarki akan terlihat garis linear seperti berikut ini

Bagian depan merupakan ranah publik dan semakin ke belakang sifatnya menjadi privat. Dinyatakan demikian, karena dari depan ke belakang, sifatnya menjadi lebih tertutup dan tidak diketahui langsung secara kasat mata. Struktur dan tata ruang pada rumah tradisional Kampung Wana meliputi bagian depan, bagian tengah, bagian antara, dan bagian dapur. Selain itu, setiap bagian-bagian ditandai dengan batas berupa sekat dinding papan dan juga posisi ketinggian yang berbeda-beda. Sedangkan di bagian bawah rumah panggung (bahanwo) merupakan tempat untuk menyimpan hasil bumi, persediaan kayu bakar, dan kandang ternak.

Tipologi tata ruang rumah adat Kampung Wana dari depan ke belakang terdiri dari :
1. Beranda (tepas)
2. Ruang Tamu (pengidangan ragah) laki-laki
3. Ruang Keluarga (pengidangan sebai) perempuan
4. Kamar (pates)
5. Kamar samping (juyou pates)
6. Ruang Penghubung (jembatan)
7. Dapur (gakhang);
8. Beranda belakang (tadah embun)

Tepas atau beranda merupakan ruang publik, pengidangan ragah (ruang tamu laki-laki) dan pengidangan sebai (ruang tamu perempuan) merupakan ruang semi publik, pates dan juyou pates (kamar tidur) merupakan privat, dan jembatan (ruang penghubung), gakhang (dapur), tadah embun (beranda samping belakang), kamar mandi merupakan semi privat. Dari tipologi tersebut tampak bahwa ada nilai yang terkandung dalam tata ruang arsitektur rumah di Kampung Wana yakni ada nilai profan dan sakral yang memiliki aturan-aturan tersendiri. Ruang publik dan semi publik dianggap profan serta ruang privat dan semi privat dianggap sakral. Dari ruangan pengidangan sebai menuju ruangan jembatan dan gakhang, lantainya agak menurun dan ini merupakan simbol adanya hirarki atau batas dari ruang yang dianggap sakral (tempat bersih atau privat) ke profan (tempat kotor atau semi privat). Demikianlah, tipologi rumah adat Kampung Wana di Lampung Timur yang memiliki nilai sakral dan profan sesuai dengan aturan dan kepercayaan masyarakatnya.