Cegah Virus Korona, Masyarakat Kampung Banceuy Gelar Hajat Wawar

You are currently viewing Cegah Virus Korona, Masyarakat Kampung Banceuy Gelar Hajat Wawar

Cegah Virus Korona, Masyarakat Kampung Banceuy Gelar Hajat Wawar

Cegah Virus Korona, Masyarakat Kampung Banceuy Gelar Hajat Wawar

oleh
Ria Andayani S.
(BPNB Jabar)

Hajat Wawar atau disebut juga Hajat Lingkungan merupakan upacara tradisional yang berhubungan dengan peristiwa alam atau pandemik yang dilaksanakan oleh masyarakat Kampung Banceuy, Desa Sanca, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Upacara tersebut sudah berlangsung sejak lama dan dilaksanakan secara turun temurun. Tujuan pelaksanaan upacara tersebut adalah untuk mencegah dewa, dewi, jin, setan, dan siluman yang berwujud penyakit hirasan atau penyakit massal menyerang kehidupan masyarakat (seperti panas, diare, demam berdarah) dan ternak (seperti penyakit eluk). Intinya upacara tersebut dilaksanakan untuk mencegah penyakit dan berbagai kesulitan.

Hanya ada dua hari yang dapat digunakan untuk melaksanakan Hajat Wawar, yakni Senin yang dipercaya dapat mencegah keluarnya udara panas; dan Kamis, yang dipercaya dapat mencegah Dewa Banyu agar tidak mengeluarkan penyakit-penyakit yang ada di air. Waktu yang dipilih selalu pukul 15.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB. Hajat Wawar dilakukan secara berkesinambungan setiap tiga bulan sekali. Dalam keadaan darurat, Hajat Wawar dapat dilaksanakan di luar jadwal yang tiga bulan sekali tadi. Seperti halnya Hajat Wawar pada Kamis, 16 April 2020, dilakukan untuk mengantisipasi keadaan darurat wabah virus korona atau pandemik Covid-19 yang sedang berlangsung saat ini.

Perlengkapan Hajat Wawar
Sumber Foto: Dokumentasi Odang, Kp. Banceuy, 16 April 2020

Pada hari itu, mereka melaksanakan Hajat Wawar di tempat yang harus sesuai dengan aturan adat, yakni di tempat terbuka, seperti lapangan atau halaman rumah. Pemilihan tempat seperti itu merupakan harapan agar doa-doa yang dipanjatkan oleh mereka langsung sampai kepada yang dituju. Sesepuh adat kemudian menyiapkan perlengkapan untuk pelaksanaan Hajat Wawar, yakni kemenyan, panglay, sawen tulak bala (daun tamiang, jukut palias, dan daun darangdan yang diikat sedemian rupa menjadi satu kesatuan), sesaji, dan nasi berikut lauk pauknya.

Menjelang waktu pelaksanaan Hajat Wawar tiba, warga masyarakat satu lingkungan berdatangan menuju tempat yang sudah ditetapkan. Mereka yang datang bisa satu keluarga, diwakili oleh salah satu anggota keluarga, atau bahkan diwakilkan kepada orang lain jika berhalangan hadir. Setiap yang datang biasanya membawa makanan dari rumahnya masing-masing. Pada waktu yang telah ditetapkan, Hajat Wawar dibuka oleh sesepuh adat yang biasa dipanggil Abah. Dia bertindak sebagai pemimpin upacara tradisional Hajat Wawar.

Abah memimpin Hajat Wawar
Sumber Foto: Dokumentasi Odang, Kp. Banceuy, 16 April 2020

Sambutan Abah menjadi pembuka acara Hajat Wawar, yang berisikan tentang ulasan tujuan mereka melaksanakan upacara tersebut, yakni agar terhindar dari wabah virus korona. Setelah itu, dia menyampaikan ijab rasul yang ditujukan kepada nabi, rasul, dan Tuhan. Dia mengikrarkan keinginan masyarakat agar terhindar dari penyakit dan gangguan dari manapun asalnya. Selain itu, dia melakukan ijab rasul nabi Sulaiman yang ditujukan kepada para penghuni tempat-tempat yang angker agar tidak mengganggu kehidupan masyarakat. Nama-nama leluhur masyarakat Kampung Banceuy juga disebut dalam doa-doa Abah. Usai melakukan ijab rasul, doa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa agar semua harapan dan doa mereka dikabulkan.


(dari kiri) Menikmati nasi berkah dari Hajat Wawar dan Mendapat bekal pulang dari Abah
(Sumber Foto: Dokumentasi Odang, Kp. Banceuy, 16 April 2020)

Sebagai penutup acara, mereka menikmati makanan yang dibawa dari rumahnya masing-masing. Mereka biasanya menyisakan makanan yang sudah mendapat berkah doa tersebut untuk dibagikan kepada anggota keluarga lainnya di rumahnya masing-masing.

Ketika peserta Hajat Wawar pulang, mereka akan dibekali satu bungkus kertas berisi satu sawen tulak bala, potongan kemenyan, juga panglay oleh Abah. Sebagai penggantinya, peserta Hajat Wawar menyerahkan sejumlah uang secara sukarela kepada Abah. Di dalam sawen tulak bala telah tersimpan kekuatan spiritual untuk menolak berbagai bahaya yang akan masuk ke dalam kehidupan mereka. Sawen biasanya diletakkan di atas pintu rumah dan pintu kandang ternak. Begitu juga dengan kemenyan dan panglay, yang di dalamnya tersimpan kekuatan spiritual untuk mendamaikan kehidupan mereka dengan berbagai kekuatan gaib. Panglay biasanya dikunyah oleh pemilik rumah dan disemburkan ke empat penjuru rumah; dan kemenyan biasanya dibakar di rumah mereka masing-masing. Semua kekuatan gaib itu didapatkan melalui Hajat Wawar.