Senin, 23 november 2015 pukul 19.30 s.d. selesai, di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) jalan buah batu – Bandung, dipergelarkan pentas kreativitas anak bangsa sebagai hasil didikan dari program kegiatan Kemdikbud bernama Belajar Bersama Mestro (BBM).
Sebelum memasuki ruang pertunjukan, para penonton disuguhi hasil karya dari para peserta BBM didikan dua orang perupa ternama, Nasirun (pelukis), dan Nyoman Nuarta (pematung).
Sebelum mempergelarkan pentas kreativitas, 10 orang maestro memperoleh lukisan wajah sebagai cinderamata yang diberikan oleh perwakilan anak didiknya, di antaranya : Anastasia memberikan cinderamata kepada Gilang Ramadhan, Sarah Safira dan Aulianissa memberikan cinderamata kepada perwakilan dari Saung Udjo, Dimas trio Hutomo Kurniawan memberikan cinderamata kepada Nyoman Nuarta, Tias Renada memberikan cinderamata kepada perwakilan dari almarhum Supadminingtyas, Rentiana Dewi memberikan cinderamata untuk Didi Nini Thowok, Aditia Agita P. Memberikan cinderamata untuk Aditya Gumay, dan Gusti Ayu memberikan cinderamata untuk Irawati Durban.
Pentas pertama dipergelarkan dari peserta BBM hasil didikan maestro sinden supadminingtyas (alm). Pentas ini sekaligus memperingati 100 hari wafatnya sang maestro.
Sesuai dengan keahliannya, tujuh orang peserta BBM mempergelarkan tembang-tembang dolanan masyarakat Jawa yang dikemas secara apik dengan diiringi oleh dua orang nayaga.
Penampilan kedua dipergelarkan oleh peserta BBM hasil didikan Irawati Durban. Pergelaran menampilkan tari sunda yang bertajuk Tari Puspa Ligar. Tari ini mengekspresikan para gadis-gadis remaja yang mulai tumbuh dewasa sambil mengisi masa remajanya dengan riang gembira.
Setelah Tari Ligar, juga akan ditampilkan tari kenditirayung yang menceritakan Raja Kepiting dalam legenda Ande-ande Lumut yang membujuk tujuh orang putri untuk diseberangkan sambil meminta imbalan.
Penampilan ketiga disuguhkan oleh peserta BBM hasil bimbingan Purwacaraka. Pergelaran diisi dengan menampilkan medley lagu-lagu nusantara. Bimbingan dilakukan dengan memperkenalkan kepada peserta didik tentang aransemen sekaligus mengemaskannya untuk menjadi sebuah entertainment yang mampu memukau penonton serta dilirik oleh industri musik nusantara.
Adapun lagu-lagu etnik yang ditampilkan di antaranya lagu dari daerah Nusa Tenggara, Betawi, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Selatan.
Penampil keempat adalah para peserta BBM hasil didikan Tan Deseng, seorang maestro seni sunda. Kekayaan laras pelog, salendro, dan madenda menjadi sumber inspirasi dari karya-karya Tan Deseng. Dengan usia yang sudah sangat renta, Tan Deseng masih tetap bersemangat untuk membina dan membimbing generasi muda dalam menyelami dan menekuni karya-karya seni sunda.
Berkecimpung selama puluhan tahun, di antara sejumlah prestasi gemilangnya, Tan Deseng telah mampu menghasilkan nada-nada alat musik guitar layaknya sebuah pergelaran alat musik kecapi. Dalam pergelaran kali ini, peserta BBM menampilkan lagu Layar Putri yang dilanjutkan dengan beberapa lagu barat yang diaransemen ulang untuk diadaptasi agar sesuai dengan irama musik sunda.
Menginjak kepada penampilan maestro kelima dan keenam, yaitu Nasirun dan Nyoman Nuarta, penonton bergegas keluar ruang pertunjukan menuju pameran hasil bimbingan dua orang perupa tersebut. Sambil beristirahat, penonton disuguhi dengan atraksi yang ditampilkan oleh dua orang maestro tersebut untuk membuat lukisan cat namun dengan gaya yang sangat berbeda.
Nyoman Nuarta lebih menapilkan ekspresi lukisan abstrak sedangkan Nasirun membuat sebuah siluet diri. Alhasil Kibasan tangan Nyoman Nuarta ke arah lukisan dipadukan secara apik dan ekspresif dengan gerak tangan Nasirun yang menggambarkan siluet diri dengan berpedoman pada bayangan dirinya sedang memegang sebuah tongkat.
Penampilan Ketujuh dipergelarkan oleh peserta BBM hasil bimbingan Aditya Gumay. Pergelaran ini menampilkan sebuah drama komedi berjudul “Sang Juara”. Drama ini mengambil sebuah cerita tentang perlombaan membaca puisi yang dikemas dengan gaya komedi.
Bertindak sebagai ketua panitia, Rizki, dibuat kebingungan oleh dua orang panitia yang genit dan sok kebarat-baratan. Para peserta juga terlihat menggemaskan karena berbagai tingkah laku yang sangat bertolak belakang dengan para peserta lomba baca puisi pada umumnya yang serius dan menghayati isi dari puisi yang sedang dibacakan.
Pergelaran ketujuh ditampilkan oleh peserta BBM hasil didikan Didi Nini Thowok Koreografi yang dipadukan aransemen musik modern yang distilasi dengan tubuh yang apik. Canda Tua Muda Dua merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi oleh Adnan Muda yang terpengaruh Budaya Barat. Sementara yang Tua mengajak yang muda untuk berupaya menjaga budaya agar tidak terpengaruh oleh budaya barat.
Dalam pergelaran kali ini, sang maestro ikut serta menampilkan kebolehannya. Liukan tubuh Didi Nini Thowok dalam membawakan tari memang sangat ahli dan sangat pantas untuk dikatakan sebagai maestro.
Pergelaran kesembilan menampilkan peserta BBM yang dibimbing di Saung Angklung Udjo. Kreasi yang dihasilkan dikemas secara apik dan variatif sebagai perpaduan berbagai waditra musik bambu. Dua buah lagu yang ditampilkan dalam pergelaran ini berjudul Peuyeum Bandung dan Kopi Dangdut.
Bertindak sebagai nayaga untuk angklung melodi adalah peserta bernama Sarah dan Igit, gambang melodi oleh Audi, gambang rythem oleh Kinanti Putri Diana, Bas oleh Suyatno.
Pergelaran terakhir menampilkan peserta BBM hasil didikan Gilang Ramadhan. Eksplorasi ritmis dari instrumen perkusi, gender, bedug, dan drum set. Dikomposisikan secara apik berupa perpaduan antara tabuhan drum set yang diringi secara bersahut-sahutan dengan beberapa waditra lainnya. Kali ini, sang maestro juga ikut tampil dengan mengambil posisi pada drum set bagian tengah.
Iringan tabuhan drum dan simbal sangat dinamis. Dengan hentakan-hentakan nada bass yang menggelegar kemudian diikuti dengan dentingan simbal membuat suasana pergelaran penutup ini terasa sangat meriah.