Mempertajam Analisa Pengkajian melalui Bedah Proposal

You are currently viewing Mempertajam Analisa Pengkajian melalui Bedah Proposal

Mempertajam Analisa Pengkajian melalui Bedah Proposal

Pembukaan kegiatan Bedah Proposal oleh Kepala BPNB Jabar

Bertempat di Foxlite Hotel Jl. Soekarno Hatta No. 590 MTC Kota Bandung, Jawa Barat tanggal 28 januari 2020, BPNB Jabar menggelar kegiatan bedah proposal delapan judul kajian. Pembahas dalam kegiatan kali ini mewakili dua jenis kajian  yaitu sejarah dan budaya. Mereka adalah Bambang Rudito dari Institut Teknologi Bandung (ITB) berperan sebagai narasumber atau pembahas bidang budaya. Sementara pembahas bidang sejarah diisi oleh Kunto Sofianto dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (FIB UNPAD).

Pembahas (dari kiri):
Bambang Rudito dan Kunto Sofianto

Ada tiga judul kajian kesejarahan, yaitu: 1) Orang Pulo di Kepulauan Seribu: Tinjauan Sejarah Lisan di DKI Jakarta; 2) Pengaruh Perdagangan Lada Hitam dalam Lingkungan Budaya Global di Banten; dan 3) Dinamika Sejarah Perairan Lampung pada Masa Kolonial. Sementara untuk kajian budaya berjumlah lima judul, yaitu: 1) Simbolisasi Dunia Maritim dalam Naskah-naskah Sunda; 2) Pengetahuan Tradisional Masyarakat Pesisir Subang; 3) Nadran Nelayan Muara Angke: Tradisi pada masyarakat Heterogen Jakarta; 4) “Kampung Cacing” di Bantaran Sungai Cisadane Tangerang Banten; dan 5) Diaspora Suku Bugis di Kampung Cungkeng Bandar Lampung.

Termin Pertama (dari kiri):
Nandang Rusnandar (moderator), Agus Heryana, Risa Nopianti, Ali Gufron, dan Heru Erwantoro

Kegiatan Bedah Proposal kali ini terbagi dalam dua termin. Termin pertama, dengan moderator Nandang Rusnandar, diisi oleh empat ketua tim yang memaparkan latar belakang, masalah, ruang lingkup, studi pustaka, dan susunan bab. Mereka adalah Risa Nopianti (Nadran Nelayan Muara Angke: Tradisi pada masyarakat Heterogen Jakarta), Ali Gufron (Pengetahuan Tradisional Masyarakat Pesisir Subang), Agus Heryana (Simbolisasi Dunia Maritim dalam Naskah-naskah Sunda), dan Heru Erwantoro (Orang Pulo di Kepulauan Seribu: Tinjauan Sejarah Lisan di DKI Jakarta). Paparan masing-masing dilakukan selama sepuluh menit yang langsung dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan pembahasan oleh dua narasumber.

Termin Kedua (dari kiri):
Lasmiyati (moderator), Hary Ganjar Budiman, Ani Rostiyati, G. Andika Ariwibowo, dan Arief Dwinanto.

Termin kedua dipaparkan oleh empat ketua tim, yaitu: Ani Rostiyati (“Kampung Cacing” di Bantaran Sungai Cisadane Tangerang Banten), Hary Ganjar Budiman (Pengaruh Perdagangan Lada Hitam dalam Lingkungan Budaya Global di Banten), G. Andika Aribowo (Dinamika Sejarah Perairan Lampung pada Masa Kolonial), dan Arief Dwinanto (Diaspora Suku Bugis di Kampung Cungkeng Bandar Lampung). Lasmiyati selaku moderator memandu sesi paparan, tanya jawab, dan pembahasan.

Paparan ketua tim adalah sama dengan termin pertama, yaitu tentang seputar latar belakang, masalah, ruang lingkup, studi pustaka, dan susunan bab.

Dua termin paparan delapan judul kajian dilakukan secara dinamis. Banyak masukan baru dalam wacana kajian masing-masing tim yang perlu untuk ditindaklanjuti baik selama proses perbaikan proposal maupun dalam penggalian data serta laporan kajian.

Struktur bahasa dan gaya bicara serta wawasan pengetahuan bidang sejarah dan budaya dari dua pembahas tersebut sangat menginspirasi tidak saja bagi tim kajian namun juga pada seluruh peserta dalam kegiatan bedah proposal. (Irvan)