Pada akhir bulan Oktober 2014, bioskop keliling BPNB Bandung kembali melaksanakan pemutaran film yang kali ini dilaksanakan di kompleks stadion Dadaha Kota Tasikmalaya. Pemutaran film ini sekaligus ikut meramaikan hari jadi Kota Tasikmalaya ke-13. Perkiraan bahwa akan banyak penonton yang hadir dalam pemutaran film ini, BPNB Bandung sengaja mengalokasikan dua buah film nasional yang berjudul Bidadari-bidadari Surga dan Tanah Surga … Katanya yang akan diputar. Kisah dari dua judul film ini berkisar tentang dunia anak-anak dengan pertimbangan kalangan usia yang akan menonton kebanyakan orangtua dan anak-anak.
Sosialisasi pemutaran film kepada masyarakat telah dilakukan baik oleh BPNB Bandung maupun Pemda Kota Tasikmalaya. Sosialisasi yang dilakukan BPNB Bandung adalah dengan menyiarkan via pengeras suara dari mobil film di Sekitar pusat kota Tasikmalaya. Selain itu, pamflet juga turut disebar di titik-titik tertentu yang diperkirakan akan mampu menyedot minat masyarakat untuk datang dan menyaksikan pemutaran film.
Walaupun upaya sosialisasi telah dilakukan, pada pelaksanaan kali ini, jumlah warga yang menonton terbilang sangat sedikit. Dan, kebanyakan penonton adalah dari para pengendara motor yang sengaja menghentikan kendaraannya untuk melihat sebentar tentang film apa yang sedang ditayangkan. Setelah beberapa saat, para pengendara tersebut kemudian bergegas pergi meninggalkan area pemutaran film.
Sebelum pemutaran film utama, BPNB Bandung menayangkan Film tentang sekilas apa dan siapa BPNB Bandung yang diambil dari Profil BPNB Bandung. Setelah usai, kemudian dilanjutkan dengan film utama.
Film pertama yang diputar berjudul Bidadari-bidadari surga. Film ini Kehidupan Laisa dan keluarganya di Lembah Lahambay tidaklah mudah. Sebagai anak tertua dari lima bersaudara, Laisa harus merawat ibu dan adik-adiknya, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta. Mereka semua bekerja keras, mulai dari menyadap karet di hutan, mengambil kayu, menganyam topi pesanan dan masih banyak lagi. Dengan keadaan seadanya dan fisik yang tak terlalu sempurna, Laisa membawa perubahan bagi keluarganya dan warga kampungnya. Laisa mengubah ladang mereka menjadi perkebunan stoberi yang berkembang pesat. Ketika Dalimunthe harus menikah melangkahi Laisa, Dalimunthe merasa sangat bersalah. Dalimunthe dan semua orang sibuk menjodohkan Laisa tanpa memikirkan perasaan Laisa yang sakit setiap kali perjodohan itu gagal.
Tapi Dharma berbeda, salah satu teman Dalimunthe yang membuat perasaan Laisa tak keruan, tapi kenyataannya Dharma masih beristri. Istri Dharma yang tidak bisa memberikan keturunan merelakan Dharma untuk menikah lagi. Laisa merasa dibohongi. Dharma minta maaf bila dia telah menyakiti hati Laisa. Hari pernikahan pun mulai disiapkan. Tapi menjelang hari bahagia itu tiba, Dharma mendapat kabar bahwa istrinya hamil. Kabar yang membahagiakan bagi Dharma tapi meruntuhkan semua harapan Laisa. Laisa kembali menyibukkan diri di perkebunannya, berusaha tampil seperti tak ada apa-apa Tapi seolah nasib tak pernah berhenti mempermainkan Laisa. Sakit yang selama ini dirasa Laisa adalah kanker paru-paru. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Bidadari-Bidadari_Surga
Setelah usai pemutaran film pertama, para penonton terlihat semakin sedikit. Walaupun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat tim untuk melanjutkan ke film kedua yang berjudul Tanah Surga …Katanya. Film ini berkisah tentang seseorang bernama Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965 hidup dengan kesendiriannya. Setelah istri tercintanya meninggal, ia memutuskan untuk tidak menikah dan tinggal bersama anak laki-laki satu-satunya yang juga menduda Haris dan dua orang anak Haris bernama Salman dan Salina. Hidup di perbatasan Indonesia Malaysia membuat persoalan tersendiri, karena masih didominasi oleh keterbelakangan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat perbatasan harus berjuang setengah mati untuk mempertahankan hidup mereka, termasuk keluarga Hasyim, namun kesetiaan dan loyalitasnya pada bangsa dan Negara membuat Hasyim bertahan tinggal.
Haris anak Hasyim, memilih hidup di Malaysia karena menurutnya Malaysia jauh lebih memberi harapan bagi masa depannya. Dia juga bermaksud mengajak seluruh keluarga pindah ke Malaysia termasuk bapaknya. Astuti, seorang guru sekolah dasar di kota datang tanpa direncanakannya. Ia mengajar di sekolah yang hampir roboh karena setahun tidak berfungsi. Tak lama berselang dr. Anwar, seorang dokter muda datang ke daerah itu, karena tidak mampu bersaing sebagai dokter professional di kota. Salman dan Salina gembira hatinya karna kedatangan guru Astuti dan dr. Anwar, yang oleh penduduk dikenal dengan sebutan dokter intel.Baru diketahui bahwa Hasyim mengidap penyakit yang membahayakan bagi hidupnya dan dokter intel mengharapkan Hasyim di bawa pengobatan yang lebih layak .Salman berusaha memenuhi kebutuhan di perjalanannya 400 ringgit adalah uang yang diperlukan. Suatu hari ketika Salina bersama Ayah kandungnya berada di Malaysia,Sakit yang di diderita Hasyim kambuh, Salmanpun bingung dan memanggil dokter intel. Salman dan dr. Intel membawa Hasyim kerumah sakit ketika di perjalanan bensin yang ada pada deasel perahu yang ditumpangi habis. ketika dipertengahan Hasyim meninggal. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Surga…_Katanya.