Film merupakan salah satu media yg dapat turut membangun pilar kebangsaan, di antaranya dalam hal pembangunan karakter bangsa” demikian disampaikan Jumhari, Kepala BPNB Jawa Barat, dalam pembukaan kegiatan Pembekalan Teknis Perekaman pada 23 Februari 2017, di Aula P4TK IPA Bandung. Sejalan dengan pembukaan yg dikemukakan oleh Kepala BPNB Jabar tersebut, pembekalan teknis penelitian merupakan merupakan upaya BPNB Jawa Barat dalam mengembangkan kemampuan sumber daya manusia, dalam hal ini staff dan tenaga teknis, agar mampu melakukan pelestarian budaya melalui media film. Kegiatan pembekalan teknis perekaman ini rutin dilakukan setiap tahun.
Pada pembekalan teknis tahun anggaran 2017 ini, materi tentang teknis perekaman disampaikan oleh para ahli dan pelaku film yang kompeten di bidangnya. Meliputi produser film dokumenter dan fotografer yaitu Ray Bachtiar, pelaku di dunia perfilman seperti Padri Nadeak dan Ismet Rohimat. Menghadirkan pula pembicara dari akademisi di bidang perfilman, antara lain Tedi Hendiawan, .Apip Rea dan Herman dari Telkom University dan ISBI Bandung.
Kegiatan pembekalan teknis perekaman ini melibatkan kurang lebih 50 pesera dari berbagai instansi yang bergelut di bidang sejarah dan kebudayaan, termasuk di pula tenaga teknis dari internal BPNB Jabar.
Materi pembekalan teknis perekaman dibagi ke dalam 3 sesi pemaparan. Sesi pertama diisi oleh Apip Rea (Dosen Prodi TV di ISBI Bandung) dan Tedi Hendiawan (Dosen Telkom University). Apip Rea memaparkan tentang perekaman bergaya film dokumenter. Dalam pemaparannya itu, Apip menyoroti tentang perbedaan antara film fiksi dan dokumenter, termasuk tahapan-tahapan kunci dalam proses pembuatan film dokumenter. Sementara Tedi Hendiawan mendedahkan tentang bagaimana proses kreatif pembuatan naskah film, termasuk tentang metode yang bisa diadopsi dalam membangun struktur naskah film yang baik.
Sesi kedua pemaparan disampaikan oleh Padri Nadeak/Bang Ucok (sinematografer) dan Herman (Editor film dokumenter). Herman menguraikan mengenai proses-proses pasca produksi dalam pembuatan film dokumenter. Padri Nadeak memberi pengantar tentang sinematografi. Sesi dua lebih banyak diisi oleh tanya jawab dengan peserta seputar pengalaman pengambilan shoot di lapangan, serta lika liku proses editing.
Sesi terakhir diisi oleh Ray Bachtiar (fotografer) dan Ismet Rohimat (direktur musik). Ray lebih banyak menjelaskan tentang pengalamannya di bidang fotografi dan film, khususnya ketika kerja kreatifnya itu berhubungan dengan budaya-budaya di Jawa Barat. Ia juga memberi contoh sebuah film dokumenter tentang khazanah budaya cirebon yang pernah ia produksi. Tak berbeda jauh dengan Ray, Ismet Rohimat yang malang melintang dalam musik sunda berbagi tentang proses kreatif menciptakan musik dalam film dokumenter. Antusiasnya pertanyaan dari para peserta membuat acara rampung pukul 15.30. Acara ditutup secara resmi oleh Kepala BPNB Jawa Barat, Jumhari, S.S. Melalui acara ini, diharapkan tenaga teknis di BPNB Jawa Barat bisa semakin terampil dalam membuat film dokumenter, khususnya dalam upaya pelestarian budaya. (H.G. Budiman)