PATANJALA VOL. 2 NO. 1 MARET 2010

PATANJALA VOL. 2 NO. 1 MARET 2010

  • Post author:
  • Post category:Patanjala

PATANJALA VOL. 2 NO. 1 MARET 2010

SEJARAH SENSOR FILM DI INDONESIA Masa Hindia Belanda dan Pendudukan Jepang (1916 – 1945)
Heru Erwantoro

Abstrak
Banyak persoalan di dunia perfilman Indonesia, salah satunya masalah penyensoran. Untuk menemukan akar permasalahan mengenai sensor film dilakukan penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah. Dari penelitian ini didapatkan bahwa landasan (motif, tujuan, ideologi) yang berbeda yang diterapkan dalam penyensoran mengakibatkan hasil yang berbeda. Pada masa Hindia Belanda, dihasilkan film-film lokal yang bergenre Hollywood penuh dengan adegan seksual dan kekerasan. Film yang demikian itu, sebagai hasil dari politik pemerintah penjajahan Hindia Belanda yang menjadikan film sebagai media untuk merusak mentalistas rakyat Hindia Belanda. Sedangkan pada masa pendudukan Jepang, pemerintah sangat berkepentingan untuk mendapat dukungan dari masyarakat luas guna kepentingan perang melawan Sekutu. Maka, dihasilkanlah film-film dokumenter yang berbasiskan ilmu pengetahuan sebagai media propaganda yang dapat memaksimalkan mobilisasi rakyat. Kedua pemerintahan itu tidak bermaksud membangun dunia perfilman di Hindia Belanda, mereka hanya menggunakan film untuk kepentingannya masing-masing.

FESTIVAL PEH CUN Menelusuri Tradisi Etnis Cina di Kota Tangerang
Rosyadi .

Abstrak
Penelitian ini mencoba menelusuri sejarah lahirnya sebuah tradisi Peh Cun yang biasa dilakukan oleh etnis Cina di Kota Tangerang. Peh Cun adalah salah satu perayaan hari besar etnis warga keturunan Cina yang jatuh pada hari kelima bulan kelima (go gwee cee go) di tahun Imlek. Tradisi Peh Cun ini merujuk pada legenda tentang seorang pembesar pada masa Dinasti Couw (340-278 SM), yang juga seorang sastrawan dan budayawan besar, yaitu Khut Goan.Tradisi ini juga identik dengan Festival Perahu Naga di Kali Cisadane, Kota Tangerang. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Prosedur penelitian mengarah pada penggambaran situasi secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai sejumlah gejala, seperti fenomena upacara tradisional Peh Cun yang hingga kini masih dilaksanakan oleh komunitas Cina di lokasi penelitian.

TENUN GEDOGAN DERMAYON
Ria Intani T.

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menggali pengetahuan tentang tenun gedogan Dermayon. Tentang bahan-bahan, alat yang digunakan, teknik pembuatan, sampai dengan sistem produksi, konsumsi, dan distribusi. Penenun gedogan berada di Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bertenun di Juntikebon merupakan industri rumahan. Sepintas sulit menunjukkan angka pasti jumlah pengrajin. Penyebabnya adalah nyaris semua pengrajin adalah pengrajin sambilan. Mereka bertenun setelah bersawah dan bilamana ada waktu. Ilmu sekaligus alatnya merupakan warisan orang tua. Produksinya berupa selendang yang pada zamannya berfungsi sebagai alat gendong. Keterbatasan modal dibarengi ketiadaan generasi penerus di dalam keluarga menjadi penyebab keterbatasan dalam berproduksi. Ketiadaan promosi berakibat masyarakat awam terhadap tenun gedogan. Penyaluran hasil produksi lebih mengandalkan pada bakul, mereka adalah pembeli sekaligus penjual.

PERANAN KIAI DAN PESANTREN CIPARI GARUT MENGHADAPI DI/TII (1948-1962)
Iim Imadudin

Abstrak
Tulisan ini bertujuan mengungkap peranan salah satu pesantren bersejarah di Garut Jawa Barat, yaitu Pesantren Cipari. Pesantren ini sejak awal perkembangannya memang lekat dengan perjuangan kebangsaan. K.H. Yusuf Tauziri dan beberapa kiai lainnya memimpin gerakan Sarekat Islam di Garut tahun 1920 hingga 1930-an. Ujian kesetiaan terhadap Republik terjadi ketika gerakan DI/TII di tahun 1948 melakukan perlawanan terhadap pemerintah. Pihak pesantren dengan tegas mendukung pemerintah, sebagaimana terepresentasikan dalam sikap pemimpinnya, K.H. Yusuf Tauziri. Maka, konflik antara pihak pesantren dan pasukan DI/TII tidak terhindarkan. Tulisan ini sebagian besar berasal dari kesaksian lisan tokoh-tokoh Pesantren Cipari dan sumber tertulis lainnya. Memahami kiprah Pesantren Cipari berarti pula memahami perjuangan kebangsaan secara keseluruhan, khususnya pada masa konflik sosial setelah kemerdekaan.

PERTEMPURAN CONVOY SUKABUMI-CIANJUR 1945-1946
Herry Wiryono

Abstrak
Pertempuran Convoy Sukabumi-Cianjur merupakan pengorbanan rakyat Sukabumi dan Cianjur dalam mempertahankan dan menegakkan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Peristiwa tersebut tidak kalah penting dari peristiwa yang lainnya dalam lintasan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, terutama dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah. Berbagai komponen masyarakat Sukabumi berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan. Semuanya bertekad menjaga Republik yang berusia masih sangat muda. Melalui penelitian sejarah ini, ingatan kolektif tentang peristiwa sejarah tersebut diungkap kembali. Para tokoh yang terlibat dari peristiwa itu bercerita tentang periode yang sangat krusial dalam sejarah Indonesia. Dari hasil penelitian diketahui bahwa bangsa Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaan dengan kekuatan sendiri. Penelitian masalah tersebut dan penulisan hasilnya dilandasi oleh metode sejarah, terutama metode sejarah lisan.

PELABUHAN BANTEN SEBAGAI BANDAR JALUR SUTRA
Adeng .

Abstrak
Penulisan ini dimaksudkan untuk mempelajari hubungan antara kota pelabuhan dengan perkembangan kebudayaan sebagai akibat adanya interaksi antarbangsa yang menyertai kegiatan perdagangan. Selain itu, untuk mengetahui hubungan pelabuhan dengan pedalaman serta sarana transportasinya. Dalam penulisan ini digunakan metode penelitian yang berlaku di dalam ilmu sejarah, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pada tahap heuristik dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Kemudian dilakukan kritik intern dan kritik ekstern untuk memastikan keotentikan dan kredibilitas. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan menurut jenisnya. Setelah proses pemberian makna, maka sampailah pada tahap historiografi, yaitu proses penulisan kisah sejarah. Peranan dan kedudukan Banten sebagai pelabuhan jalur sutra yang perkembangannya begitu pesat tidak terlepas dari perkembangan dunia internasional, yang disebabkan oleh adanya motif ekonomi, politik, dan agama.

TRADISI GOTONG-ROYONG DI DESA JUNTIKEBON KECAMATAN JUNTINYUAT, KABUPATEN INDRAMAYU
Yanti Nisfiyanti

Abstrak
Salah satu efek globalisasi adalah terjadinya penurunan rasa solidaritas dalam kehidupan masyarakat. Untuk membangkitkan kembali rasa solidaritas masyarakat, perlu digali kembali nilai-nilai yang berhubungan dengan kebersamaan, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan gotong-royong. Kegiatan gotong-royong tersebut dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Jawa Barat, di antaranya Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Sebagaimana diketahui Indramayu berpenduduk mayoritas petani, yang dalam kehidupannya memelihara tradisi gotong-royong. Untuk mengetahui tradisi gotong-royong di desa tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metode deskriptif analitis. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tradisi gotong-royong masih dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat Juntikebon. Tradisi tersebut sarat dengan nilai-nilai luhur, seperti tolong-menolong, solidaritas sosial, dan nilai kebersamaan. Ada beberapa faktor yang membuat tradisi gotong-royong dapat bertahan dalam kehidupan masyarakat Desa Juntikebon, yaitu: kesamaan jenis pekerjaan, wilayah tempat tinggal yang sama, dan kesamaan unsur kepercayaan yang dianut.

SISTEM PENGOBATAN TRADISIONAL PADA MASYARAKAT GIRI JAYA
Ani Rostiyati

Abstrak
Pada hakekatnya pengobatan tradisional merupakan bagian kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya secara lisan atau tulisan. Oleh sebab itu kepercayaan terhadap pengobatan tradisional dapat terus bertahan, walaupun praktik biomedik kedokteran mengalami perkembangan. Untuk penyembuhan penyakit, dalam sistem pengobatan tradisional dicari lebih dahulu penyebab sakit atau etiologinya. Konsep etiologi ini perlu diketahui sebagai dasar untuk mendiagnosa penyakit yang kemudian diperlukan untuk menentukan cara-cara pengobatannya. Demikian pula pada masyarakat di Desa Giri Jaya Kabupaten Sukabumi yang menjadi lokasi penelitian, sebagian besar masyarakatnya masih melakukan pengobatan tradisional meskipun pengobatan modern telah dikenal. Untuk itu tulisan ini akan mengupas bagaimana persepsi masyarakat tentang sehat dan sakit, etiologi (sebab sakit), ciri penyakit, dan cara pengobatannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan tipe penelitian deskriptif.

PENANAMAN NILAI BUDAYA MELALUI PERMAINAN ANAK DI KABUPATEN GARUT
Enden Irma Rachmawaty

Abstrak
Penelitian yang berjudul Penanaman Nilai Budaya melalui Permainan anak di Kabupaten Garut ini, bertujuan mengkaji nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan. Pengakajian nilai-nilai budaya ini menggunakan metode deskriptif analisis. Apabila kita amati tentang jenis-jenis permainan anak dewasa ini, keberadaannya sudah kurang diminati bahkan kurang mendapat perhatian dari masyarakat pemiliknya, namun bila kita mendalami unsur-unsur yang terkandung dalam permainan anak-anak tersebut, banyak sekali nilai-nilai filosofis dan kearifan lokal yang tertanam dalam permainan anak, nilai budaya tersebut salah satunya adalah bentuk ketahanan budaya. Selain itu dalam permainan anak-anak itu banyak sekali nilai-nilai pembelajaraan yang bersifat demokratis (keadilan dan penerapan sanksi bagi yang melanggar) dan untuk belajar memulai kehidupan sosial anak (nilai untuk kerjasama dan menumbuhkan hasrat untuk berpikir dan berstrategi) dan belajar menjadi seorang pemimpin.

PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK (1957-2004)
M. Halwi Dahlan

Abstrak
Indonesia yang dianugerahi lautan demikian luas membuat negeri ini mendapat julukan negeri bahari. Di atas permukaan laut terdapat gugusan pulau-pulau yang terhubung oleh sarana transportasi perairan dari kapal kecil sampai kapal-kapal besar. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya pelabuhan untuk tempat sandar kapal-kapal tersebut yang disebut Pelabuhan Penyeberangan. Dari beberapa pelabuhan penyeberangan tersebut salah satu di antaranya adalah Pelabuhan Penyeberangan Merak. Pelabuhan Merak adalah perintis pelabuhan penyeberangan yang dibangun pada tahun 1912 oleh pemerintah Hindia Belanda. Pelabuhan yang memiliki tujuan politis kolonial ketika dibangun, kemudian menjadi aset bangsa Indonesia setelah merdeka. Bagi Propinsi Banten yang memiliki arah kebijakan angkutan laut dengan visi dan misi sebagai “Propinsi Pelabuhan Terkemuka di Indonesia”, kehadiran pelabuhan ini menjadi aset ekonomi strategis.

WAWACAN RADEN PANJI ATMAKA: SUATU KAJIAN PERSPEKTIF HISTORIS
Erlan Saefuddin

Abstrak
Wawacan Raden Panji Atmaka (WRPA) merupakan suatu karya sastra yang diindikasikan mengandung unsur-unsur sejarah. Oleh sebab itu, pengkajiannya menggunakan pendekatan sejarah. Untuk mendukung pendekatan ini, diterapkan metode komparatif-analitis supaya dapat dibuktikan bahwa indikasi-indikasi di dalam teks yang menunjukkan hubungan dengan sejarah. Untuk pemahamannya yang lebih luas, terutama dalam memperkirakan konteks zaman dan akar historis dari karya ini, perlu kiranya dibahas jejak-jejak historis yang relevan secara umum. Selanjutnya dianalisis unsur-unsur historis di dalam wawacan ini untuk memahami maknanya yang merefleksikan realitas zaman tertentu. Pada akhirnya, dapat ditemukan bahwa WRPA adalah sebuah karya yang memiliki unsur-unsur legendaris dari sejarah Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Unsur-unsur legendaris itu meliputi dua aspek penting dalam masalah sejarah, yaitu latar tempat dan nama tokoh. Latar tempatnya adalah Yogya, Solo, Surakarta, Magelang, dan Kedu. Nama tokohnya adalah Sinuhun/Sultan Mataram dan Pangeran Mangkunagara. Latar tempat dan nama tokoh WRPA itu bersifat legendaris karena historis faktualnya hanya dari segi penamaan. Secara umum, WRPA juga menunjukkan satu bukti mengenai sejarah transformasi kebudayaan Sunda dengan kebudayaan Jawa.