Panen Perdana Sorghum di Karawang: Langkah Strategis Menuju Ketahanan Pangan Indonesia

You are currently viewing Panen Perdana Sorghum di Karawang: Langkah Strategis Menuju Ketahanan Pangan Indonesia

Panen Perdana Sorghum di Karawang: Langkah Strategis Menuju Ketahanan Pangan Indonesia

Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayan IX Jawa Barat – Sebagai negara dengan ribuan pulau yang subur, Indonesia memiliki kekayaan pangan yang beragam. Hal ini seharusnya menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ketahanan pangan yang kuat. Namun, beras sebagai makanan pokok di Indonesia kini tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan pangan secara optimal. Oleh karena itu, penting untuk melirik tumbuhan lain yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang terjangkau dan bergizi.

Salah satu langkah konkret dalam mendukung ketahanan pangan adalah panen perdana sorghum yang berlangsung di wilayah Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) Kabupaten Karawang. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Perkumpulan Kelompok Tani Hutan Mandiri Teluk Jambe Bersatu (PKTHMTB) dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pada hari Sabtu, 13 Maret 2025.

Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, serta sejumlah pejabat penting lainnya, termasuk Ketua HKTI dan Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional, Dr. Andriko Noto Susanto. H. M. Taufiq R. Abdul Syakur, Ketua Dewan Pembina PKTHMTB Karawang, dan Diana Widiastuti, Ketua Panitia Panen Perdana Sorgum, juga turut hadir.

Dalam sambutannya, H. M. Taufiq R. Abdul Syakur menyatakan bahwa PKTHMTB bekerja sama dengan HKTI akan membangun 100 hektare lahan pertanian sorgum di wilayah IPHPS Karawang. Ia menekankan bahwa sorghum merupakan “tanaman ajaib” yang memiliki banyak manfaat, termasuk untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia.

“Di hadapan Menhut dan Menbud, kami menginformasikan bahwa PKTHMTB Karawang memiliki izin IPHPS seluas 1500 hektare untuk pengelolaan hutan sosial. Penanaman sorgum ini bertujuan untuk memperkuat swasembada pangan dan memberdayakan petani serta masyarakat di sekitar kawasan hutan sosial,” ungkap Haji Taufiq.

Ia juga menjelaskan bahwa PKTHMTB telah berhasil mengentaskan kemiskinan di daerah Teluk Jambe Karawang, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, seperti pertumbuhan penduduk.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menambahkan bahwa swasembada pangan adalah tanggung jawab bersama. Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk mendukung program-program yang mengintegrasikan budaya kearifan lokal dan pembangunan, termasuk penguatan tradisi agraris dalam mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.

Acara panen perdana ini juga diwarnai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara HKTI dan Koperasi Konsumen Lestari Hutan Indonesia Raya (Koperasi KLHIR) untuk kerjasama penanaman 100 hektare sorgum dan 100 hektare jagung.

“Kedua belah pihak sepakat untuk bekerja sama dalam pengembangan dan penanaman tanaman sorgum dan jagung guna mendukung ketahanan pangan nasional serta pengelolaan lahan pertanian yang berkelanjutan,” jelas Haji Taufiq.

MoU ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, memberdayakan petani lokal, dan mendukung diversifikasi pangan serta pengembangan ekonomi berkelanjutan. Sorghum kini menjadi tanaman prioritas kedua yang ditanam oleh petani di Nusa Tenggara Timur, karena dapat tumbuh di kondisi tanah yang kurang menguntungkan, seperti curah hujan rendah dan lahan yang tidak terlalu subur.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan ketahanan pangan Indonesia dapat semakin diperkuat, dan kesejahteraan petani serta masyarakat dapat meningkat.