Orasi Kebudayaan; Anies Baswedan
“Konperensi Asia Afrika menuju World Culture Forum II, 2016
Bandung – Gedung Indonesia Menggugat, 18 April 2015
“Hidup damai dalam perbedaan” merupakan sebuah tema yang menjadi jembatan penghubung antara Konperensi Asia Afrika (KAA) dengan World Culture Forum (WCF) yang akan dilaksanakan pada tahun 2016. Semangat perbedaan dalam kedamaian memang menjadi keinginan tidak hanya di benuaAasia dan Afrika saja tetapi juga menjadi keinginan seluruh bangsa-bangsa di dunia.
Peringatan KAA yang ke-60 di Bandung merupakan sebuah momentum yang sangat tepat untuk menggaungkan kembali semangat kebersamaan dalam perbedaan yang tentunya mengarah kepada karakter dan budaya bangsa di dunia. Keindahan dalam kebersamaan ini menjadikan WCF sebagai sebuah jawaban untuk mempertemukan puncak tingkat negara dalam sebuah pertemuan bertemakan kebudayaan. Indonesia sebagai pelopor dari pertemuan WCF pertama di Bali bertekad mengusung WCF sebagai sebuah pertemuan yang sejajar dengan pertemuan tingkat tinggi lainnya seperti International Enviromental Forum (IEF) dan World Economic Forum (WEF).
Pertemuan pertama di Bali yang menghasilkan perjanjian Bali “Bali Promise” memang menjadi sebuah tonggak penting untuk mengadakan pertemuan berikutnya. Pemilihan kata”promise” – bukan “declaration” – sangatlah tepat dalam kesepakatan pertama tersebut karena makna yang terkandung dalam kata “promise” berisi kesepakatan tulus dan bersungguh-sungguh untuk secara bersama-sama membangun sebuah dunia yang lebih beradab dan berbudaya.
Kesungguhan dari Bali Promise yang berskala internasional sesungguhnya harus dimulai dari dalam negeri (Indonesia) terlebih dahulu. Mengangkat kembali kearifan lokal yang menjadi tugas utama Direktorat Jenderal Kebudayaan, pembenahan karakter bangsa, serta etos kerja yang berbudaya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan budaya bangsa Indonesia. Gebrakan-gebrakan untuk menyemangati keinginan untuk menjadi sebuah negara yang lebih bermartabat dan berbudaya di antaranya terlihat dari sepak terjang KPK yang berhasil meringkus koruptor-koruptor yang telah merugikan negara hingga trilyunan rupiah. Masalah kemudian yang timbul baik dalam intern maupun eksternal KPK adalah nomor sekian. Yang pasti bahwa kita patut memberikan apresiasi kepada para petugas KPK yang telah berhasil mengungkap penyelewengan dana negara tersebut. Petugas yang notabene diolah dan digembleng dari segi pendidikan formal, agama, dan budayanya menjadikan petugas KPK tersebut sebagai bagian dari pasukan pembela martabat dan budaya Bangsa Indonesia.
Orasi kebudayaan kebudayaan ditutup dengan penyerahan cinderamata dan lagu yang dibawakan oleh Ferry Kurtis, seniman kelahiran Purwakarta – Jawa Barat yang menyanyikan dua buah lagu yang berjudul sahabat cahaya dan guru. Salah satu lagu yang dinyanyikan, yaitu “Guru”, memang sengaja dibawakan seniman ini karena di antara peserta yang menghadiri orasi kebudayaan yang diadakan di Gedung Indonesia Menggugat ini adalah para guru mulai dari tingkat TK hingga SLTA/sederajat.