Dugdug Rempug, Kerja Bakti Khas Masyarakat Baduy

You are currently viewing Dugdug Rempug,  Kerja Bakti Khas Masyarakat  Baduy

Dugdug Rempug, Kerja Bakti Khas Masyarakat Baduy

Dugdug Rempug, Kerja Bakti Khas Masyarakat Baduy

Oleh:
Ria Andayani Somantri
(BPNB Jabar)

Dugdug rempug adalah kegiatan gotong-royong yang dilakukan secara spontan oleh masyarakat Baduy, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Wujud gotong-royong berupa bantuan yang diberikan dalam bentuk tenaga atau materi. Hal itu bergantung pada bidang pekerjaan yang akan diselesaikan dengan cara gotong royong, apakah lebih memerlukan bantuan tenaga ataukah materi, atau mungkin kedua-duanya. Umumnya, bantuan tenagalah yang lebih banyak diperlukan dalam kegiatan dugdug rempug. Jadi, dugdug Rempug di Baduy dapat dikategorikan ke dalam bentuk kerja bakti. Ada kerja bakti yang bertujuan untuk kepentingan bersama dan ada yang untuk mengekspresikan kepatuhan pada pemimpin adat.

Seorang pemimpin adat, dalam hal ini jaro, menjadi pemimpin dan penanggung jawab pada sebagian besar kegiatan dugdug rempug yang ada di wilayah Baduy. Sebagai pemimpin, dia yang menentukan jadwal untuk melaksanakan dugdug rempug, tentu atas seizin puun. Dia pun menghimbau warganya agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan dugdug rempug. Dia juga memberi teladan bagi warganya dengan cara terjun langsung dalam kegiatan tersebut.


Rawayan dan jalan di Baduy dipelihara dengan cara dugdug lembur
Sumber Foto: Dokumentasi BPNB Jabar

Kegiatan dugdug rempug yang biasanya dipimpin oleh jaro, antara lain membuat atau memperbaiki cukangan ’jembatan bambu’ dan rawayan; memindahkan lesung berukuran besar; babad jalan, yakni membuka dan memelihara jalan-jalan yang akan dan biasa dilalui oleh masyarakat Baduy; membangun dan memperbaiki rumah puun, rumah jaro, tampian dan bale; serta khusus untuk rumah pribadi, hanya pada bagian tertentu saja yang dilakukan secara dugdug rempug, misalnya pada saat mendirikan bangunan.

Aktivitas dugdug rempug juga dilakukan dalam mengerjakan huma serang dan huma puun. Aturan adat menetapkan, huma serang adalah lahan huma milik adat, yang pengerjaan, pemeliharaan, dan pemungutan hasilnya dilakukan secara bersama-sama antara warga tangtu dan warga panamping yang sesuai dengan tangtu sembahannya, dan pelaksanaannya dipimpin oleh puun. Contohnya, untuk kegiatan ngaseuk di huma serang, setiap keluarga biasanya mengirimkan satu orang wakilnya yang akan terlibat dalam kegiatan dugdug rempug untuk mengerjakan huma serang. Mereka datang sambil membawa beras dua liter dan alat kerjanya masing-masing. Dalam kegiatan tersebut banyak sekali orang yang terlibat, juga sarat dengan pelaksanaan upacara-upacara adat.

Adapun huma puun adalah lahan huma yang diperuntukkan bagi puun dan keluarganya selama menjabat sebagai puun. Mereka yang terlibat dalam kegiatan dugdug rempug menggarap huma puun adalah warga masyarakat di sekitarnya. Kegiatan tersebut memang tidak diwajibkan, namun masyarakat di sekitarnya berupaya untuk ambil bagian dalam pekerjaan tersebut. Jumlah warga yang terlibat dalam kegiatan ini tidak sebanyak orang yang terlibat dalam kegiatan di huma serang.

Aktivitas dugdug rempug juga dilakukan dalam acara upacara adat, baik yang bersifat pribadi, seperti upacara sunatan, perkawinan, dan kematian; dan upacara yang bersifat komunal atau melibatkan seluruh warga Baduy. Dalam acara-acara tersebut, cukup banyak pekerjaan yang dikerjakan secara dugdug rempug oleh kaum wanita, seperti nutu ’menumbuk padi’ dan mengolah makanan. Sementara itu kesibukan kaum laki-laki dalam hajatan adalah mendapat tugas mengolah makanan dari kotok ’ayam’. Mereka bertugas memanggang ayam yang akan dihidangkan untuk para tamu. Pekerjaan tersebut biasanya akan dikerjakan di luar kampung agar tidak kotor.

Ketika peristiwa kaparupuhan ’kematian’ seseorang di Baduy, warga kampung serta kerabat berdatangan menunjukkan rasa duka cita dengan membawa beras, kelapa, gula aren atau makanan yang sudah siap dihidangkan. Selain itu, mereka menyingsingkan baju dan mengulurkan tangan membantu segala sesuatu terkait dengan pengurusan jenazah dan upacara penguburan. Mereka juga bergotong royong membantu keluarga yang ditinggalkan untuk keperluan hajatan kematian.