Dani Moerdjani Naserin, Letkol, CHB, Drs. H.

You are currently viewing Dani Moerdjani Naserin, Letkol, CHB, Drs. H.
Dani Moerdjani Naserin
Sumber foto: Database Orang Betawi

Dani Moerdjani Naserin, Letkol, CHB, Drs. H.

Aktivitas Dani Moerdjani di Bidang Politik
Ketika terbentuknya BKR (Badan Keamanan Rakyat) disyahkan pada 30 Agustus 2013 disambut para pemuda dengan mendaftarkan diri menjadi anggota BKR, termasuk Dani Moerdjani Naserin. Ia bergabung dengan BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang berlokasi di daerah Pisangan Jakarta Timur. Selanjutnya Dani Moerdjani Naserin meniti kariernya di TNI AD. Ia masuk dalam jajaran Perwira Menengah berpangkat Letnan Kolonel. Dibandingkan dengan teman sebayanya, Dani Moerdjani Naserin lebih menonjol. Pada usia remaja ia sudah mahir berbahasa Inggris dan Belanda. Dengan kemahirannya berbahasa asing tersebut, pada 1949-1950 ia ditugaskan oleh Pimpinan TNI untuk berangkat ke Bonn Jerman guna melakukan penelitian mengenai Radar Meriam Anti Pesawat Terbang. Di tubuh TNI, Dani Moerdjani dianggap menguasai dalam hal tehnik radio, pada 1951 ia dikirim untuk mengikuti pendidikan militer, dan pada 1952 dinyatakan lulus dengan pangkat Sersan Mayor. Dani Moerdjani kemudian ditempatkan di Bengkel Induk (teknik radio) di Bandung. Masih dalam tahun yang sama ia mendapatkan promosi jabatan menjadi Kepala Bagian Teknik dan Peralatan dan ditempatkan di Balikpapan Kalimantan Timur dari tahun 1952-1954.
Belanda mengakui kedaulatan RI (1949), namun belum mengakui Irian Barat merupakan wilayah Indonesia. Desakan agar wilayah Irian Barat dapat direbut semakin meningkat. Pembebasan Irian Barat semakin meningkat. Pembebasan Irian Barat pun terus diupayakan seperti ancaman mogok buruh yang bekerja pada perusahaan milik Belanda, penerbangan milik Belanda dilarang masuk ke wilayah Indonesia. Pada 1961, Adam Malik Dubes RI di Moskow dipanggil pulang oleh presiden Soekarno dan mendapat tugas untuk bertemu dengan wakil Belanda untuk mengetahui apakah Belanda benar-benar ingin menyelesaikan masalah Irian Barat. Pertemuan tersebut berlangsung di London dan dilanjutkan di Bonn Jerman.
Pada awal Desember 1961, saat perundingan berlangsung Menlu Belanda menyampaikan resolusi di Dewan Keamanan PBB bertujuan memisahkan Irian Barat dari Indonesia dengan mendirikan Negara Papua. Mendengar pernyataan tersebut presiden Sukarno marah, ia mengatakan kalau Negara Papua merupakan Negara boneka Belanda. Pada 1960-an Irian Barat menjadi target yang harus diperjuangkan. Bung Karno saat itu mengirimkan Menteri Luar Negeri Subandrio ke PBB dengan instruksi gagalkan usaha untuk mendirikan Negara Papua. Bung Karno juga memperhebat politik konfrontasi yang isinya ”sebelum ayam jantan berkokok pada 1 Januari 1963, Irian Barat sudah harus dibebaskan dari Belanda”. Pada 19 Desember 1963 lahirlah Trikora (Tri Komando Rakyat) yang berisi Gagalkan Pembentuan Negara Papua, Kibarkan Merah Putih di Irian Jaya, dan Siap sedia untuk komando mobilisasi umum (Shahab, 2000: 7). Ketika persiapan merebut Irian Barat, Dani Moerdjani adalah staf khusus bidang komunikasi dibawah Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto. Ia mendapat tugas ke luar negeri seperti ke Jerman barat, Perancis, Swedia, Inggris, Filipina, Thailand, Jepang, Malaysia, dan Saudi Arabia.
Pada 1984, Dani Moerdjani pensiun dari TNI dan terjun ke dunia politik. Ia duduk sebagai ketua DPD Golkar Jakarta Timur dan sempat disebut-sebut sebagai kandidat Walikota Jakarta Timur.
Penghargaan
Dani Moerdjani memperoleh penghargaan berupa enam (6) anugerah Satya Lencana dari pemerintah termasuk Satya Lencana Penumpasan PKI.
Akhir Hayat
Dani Moerdjani Naserin, lahir di Rawa Bunga Jakarta Timur, pada 16 November 1928. Ia menikah dengan Hj. Ni’mah dikarunia 10 putera. Pada 27 Mei 1988, Dani Moerdjani Nuseri menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 60 tahun.

Sumber: Lasmiyati, dkk, “Tokoh Sejarah dan Budaya di Jakarta Timur”, Laporan Inventarisasi, Bandung: BPNB Jawa Barat,2013