Benda Koleksi Bersejarah Inggit Ganarsih
Oleh:
Ani Rostiyati
(BPNB Jabar)
Koleksi yang dijadikan sebagai upaya penyelamatan dari benda cagar budaya peninggalan Ibu Inggit Garnasih adalah dua batu pipisan, dua batu gandik pelengkap/pasangan dari batu pipisan, satu unit kursi tamu, dan satu unit meja belajar.
Batu pipisan
Batu pipisan merupakan salah satu bentuk peralatan tradisional yang digunakan oleh masyarakat masa lalu untuk keperluan rumah tangga. Tinggalan ini sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat sejak masa prasejarah dan kemudian penggunaannya masih berlanjut pada masa sejarah bahkan hingga masa sekarang. Batu pipisan peninggalan Ibu Inggit Garnasih terbuat dari bahan batu andesit, berbentuk persegi. Batu pipisan pertama memiliki ukuran panjang 31,5 cm, lebar 15 cm, tebal 5,5 cm. Memiliki bidang permukaan yang agak halus dan rata. Batu pipisan kedua memiliki ukuran panjang 39 cm, lebar 35,5 cm, dan tebal 8 cm, memiliki bentuk permukaan yang tidak rata penuh dengan tatakan. Mungkin hal ini terkait erat dengan fungsi kedua batu tersebut dalam penggunaannya di masa lalu. Kedua batu pipisan ini saat sekarang masih dalam keadaan utuh dan terawat dengan baik.
Batu gandik
Batu gandik merupakan bongkahan batu yang kadangkala berbentuk sederhana (tanpa pengolahan bentuk) dan juga ada yang sudah dibentuk sedemikian rupa, diantaranya ada yang berbentuk bulat, persegi dan lain sebagainya. Dua batu gandik sebagai pelengkap dari batu pipisan peninggalan Ibu Inggit Garnasih, berbentuk persegi. Kedua peralatan batu ini di masa lalu dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan mampu mengantarkan Bung Karno menyelesaikan pendidikannya sampai menjadi insinyur bahkan sampai merebut kemerdekaan, Ibu Inggit adalah pemerhati kesehatan seorang perempuan, tiap hari sejak masih gadis membuat lulur dan bedak wangi untuk dijual. Selain itu juga membuat obat atau jamu dari dedaunan dan rempah untuk kesehatan organ kewanitaan, keputihan, dan sariawan. Hasil penjualan ini ntuk membiayai sekolah dan perjuangan Bung Karno serta makan sehari-hari. Diperkirakan batu pipisan ini ada sejak Ibu Inggit berumur 17 tahun, dibuat dari batu Sungai Cikapundung dan usianya kira-kira sudah mencapai 104 tahun.
Jam meja kuno
Jam Meja kuno terbuat dari kayu jati dengan bidang permukaannya dilapisi imitasi berwarna coklat dengan bentuk serat kayu. Jam itu dimasa lalu di Ibu Inggit dari Bengkulu kira-kira tahun 1938, saat Bung Karno dan Ibu Inggit diasingkan di sana. Jadi usia jam duduk ini diperkirakan 71 tahun. Dari cara penempatannya, kemungkinan di masa lalu jam ini dapat diperkirakan merupakan pelengkap dari meja belajar milik Bung Karno. Meja belajar terbuat dari kayu Jati yang diperkirakan dari Jawa Tengah dan masih bagus kondisinya, Meja ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, karena sebagai tempat Bung Karno yang digunakan untuk membaca buku dan menulis konsep-konsep politik dan menghasilkan buah pemikiran yang hebat. Tempat ini pula yang melahirkan semangat perjuangan dan buah pikiran Bung Karno. Meja ini ada sejak Bung Karno indekos di rumah H. Sanusi. Jadi usianya diperkirakan sudah lebih 90 tahun. Dari teknik pembuatannya, meja ini dapat dikatakan sudah dilakukan dengan begitu rapi, bagian bawah meja belajar dilengkapi dengan dua laci panjang yang tersusun secara horizontal sebanyak tiga susunan, dan di bagian atas dari tiga susunan laci tersebut diakhiri dengan dua laci lagi yang terpisah. Laci-laci ini, masing-masingnya memiliki pegangan tunggal dan dilengkapi dengan kunci pengaman. Bagian atas dipergunakan sebagai bagian untuk kegiatan menulis, bagian ini dilengkapi dengan bagian yang dapat dibuka dan berfungsi sebagai meja. Di bagian tengah bagian ini ditempatkan hiasan pahatan dengan motif tumbuhan yang dibuat secara natural. Di bagian atas meja ini juga dilengkapi oleh laci-laci kecil dan sekat-sekat kecil yang yang berfungsi untuk menempatkan alat-alat tulis dan buku.
Meja tamu
Meja tamu terbuat dari kayu jati, dengan 4 kursi masih terawat dengan baik. Bagian anyaman dari bahan rotan sudah rusak , kemudian diganti dengan bahan dan motif yang sama sekitar 5 tahun yang lalu. Menilik fungsinya di masa lalu, berdasarkan dokumentasi foto yang dimiliki oleh Bapak Tito Asmara Hadi, dapat diketahui bahwa meja ini digunakan oleh para tamu penting serta teman-teman seperjuangann Bung Karno di masa lalu. Dapat disimpulkan meja tamu ini memiliki nilai sejarah yang tinggi karena merupakan saksi sejarah perjuangan Bung Karno, karena sering sebagai tempat duduk para tamu penting seperti Ki Hajar Dewantoto, HOS Cokroaminoto, Hatta, Thamrin, dan lain sebagainya. Sebagai tempat diskusi, tentu saja menghasilkan pemikiran-pemikiran penting untuk perjuangan bangsa, Mungkin meja ini di masa lalu bukan hasil pemberian Bung Karno kepada Ibu Inggit Garnasih, tetapi merupakan pemberian dari H. Sanusi, saat Bu Inggit menikah lagi dengan Bung Karno. Jadi usia dari meja tamu ini diperkirakan 90 tahun.