Berdasarkan tugas dan fungsinya, BPNB Jawa Barat memiliki kedudukan yang penting di dalam pelestarian kebudayaan dalam arti luas. Konsep pelestarian kebudayaan bertitik tolak pada upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan. Adapun upaya pelestarian kebudayaan yang dilakukan oleh BPNB Jawa Barat antara lain melalui kegiatan inventarisasi dan dokumentasi, penelitian, serta sosialisasi hasil inventarisasi-dokumentasi dan penelitian atas peninggalan sejarah, upacara adat, cerita rakyat, sistem teknologi tradisional, ungkapan tradisional, naskah kuno, permainan rakyat dan sebagainya. Selanjutnya, pada upaya mengembangkan kebudayaan, BPNB Jawa Barat melakukan pengamatan dan penganalisisan data kesejarahan dan nilai tradisional. Dari hasil kajian itu diharapkan nilai-nilai kesejarahan dan tradisional sebagai warisan budaya bangsa dapat terus dimanfaatkan dalam kehidupan masa kini.
Untuk menunjang tugas dan fungsi yang diembannya, BPNB Jawa Barat setiap tahun melaksanakan kegiatan Pembekalan Teknis Penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kontribusi BPNB Jawa Barat kepada masyarakat khususnya di bidang penelitian kesejarahan dan kebudayaan. Dalam kegiatan ini para pakar dari lembaga penelitian diundang untuk memberikan pembekalan yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Materi pembekalan disesuaikan dengan hasil evaluasi kinerja BPNB Jawa Barat tahun 2016. Hasil evaluasi kinerja BPNB Jawa Barat tahun 2016 direkomendasikan agar para peneliti senantiasa mengikuti perkembangn teori dan metodologi yang berkembang di dunia ilmiah. Oleh karena itulah, pada kegiatan pembekalan teknis penelitian tahun anggaran 2017, fokus pembekalan diarahkan pada hal-hal yang dewasa ini sedang menjadi kebutuhan para peneliti di BPNB Jawa Barat, yaitu: metode penelitian kombinasi, teori dan metodologi kajian budaya (Cultural studies) yang saat ini mengalami perkembangan pesat, dan usulan penelitian online.
Bertindak selaku pembicara dalam kegiatan ini, yaitu:
- Dr. Reiza Dienaputra, M.Hum (FIB UNPAD, Jurusan Sejarah) dengan materi “Sejarah Visual : Teori dan Metodologi”.
- Dade Mahzuni ( FIB UNPAD) dengan materi “Teori-teori Kritis dalam Penelitian Sejarah dan Kebudayaan”.
- Aquarini Priyatna, Ph.D (FIB UNPAD) dengan materi “Cultural Studies: Suatu Pendektan Baru dalam Penelitian Kebudayaan”.
- Muhamad Adji (FIB UNPAD) dengan materi “Analisis Tekstual: Semiotika”.
- Hasbini (FIB UNPAD) dengan materi “Metode Penelitian Kombinasi”.
- Prof Dr. Ir. Dwi Eny Djoko Setyono, M.sc (Pusbindiklat LIPI) dengan materi tentang Usulan Peneliti Online dan Penulisan Karya Ilmiah”.
Sambutan dan pembukaan secara resmi yang sedianya dilakukan oleh Kepala BPNB Jabar, namun karena beliau berhalangan hadir, maka dalam kesempatan ini dilakukan oleh Kasubbag Tata Usaha BPNB Jabar. Hal pokok dalam isi sambutan adalah bahwa kegiatan ini berupaya membuka wawasan baru dalam bentuk metode penelitian sebagai upaya meningkatkan pisau analisa khususnya pada para peserta kegiatan ini. Bagi BPNB Jabar sendiri, kegiatan yang berlangsung hampir dilakukan secara rutin tiap tahun ini memang sangat diperlukan karena ilmu pengetahuan (termasuk metode penelitian) khususnya tentang sosial budaya selalu mengalami perkembangan sehingga harus disikapi dengan membuat penyegaran, seperti pembekalan teknis penelitian yang berlangsung selama 2 hari (26 – 27 februari 2017) bertempat di Cipaku Garden Hotel Jalan Cipaku Indah XI No. 2 Setiabudi km 7,2 Bandung – 40143.
Hari pertama kegiatan difokuskan pada materi penajaman analisis terhadap penelitian kuantitatif. Menghadirkan tiga orang akademisi dari fakultas Ilmu Budaya Unpad dan Kepala pusbindiklat LIPI. Dr. Hasbini, M.Ag menyampaikan metode Penelitian kombinasi (mix methode) yaitu menggabungkan analisa kualitatif dgn kuantitatif. Bahasan beliau lebih mengarah pada analisa kualitatif karena untuk sebuah penelitian budaya, analisa kualitatif memang lebih menonjol. Analisa kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun oranglain. Perbedaan mendasar dari dua analisa tersebut adalah bahwa apabila data di lapangan tidak seperti yang direncanakan maka dalam penelitian kuantatif akan sangat sulit untuk dilaksanakan atau diteruskan. Sementara itu, dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh di lapangan masih dapat dianalisa. Hal ini disebabkan analisis data di dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, generatif, konstruktif, subjektif. Tambahan lagi bahwa konstruksi data yang diperoleh dalam analisa kualitatif sudah ada dalam benak peneliti. Dengan kata lain, penelitian kualitatif berupaya mengkonstruksi antara pendapat peneliti dengan data yang ada dilapangan. Meskipun ada sisi subyektif dalam analisa kualitatif, namun yang terpenting adalah bahwa ada manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian. Oleh karena itu, para peneliti harus tetap terfokus pada akurasi tema dan topik. Dan, dari hasil penelitian dengan analisa kualitatif, diupayakan tergambar sebuah ide atau temuan baru yang ditaruh dalam kesimpulan penelitian.
Setelah paparan yang disampaikan oleh Dr. Hasbini, M.Ag., acara disambung dengan pemaparan yang disampaikan oleh Dr. Dade Mahzuni. Isi paparan banyak mengetengahkan pada analitis kritis yg bertaut dengan teori-teori mutakhir paradigma kajian budaya.
Dengan dihadiri peserta dari berbagai lembaga, termasuk peneliti BPNB Jawa Barat, sesi tanya jawab berlangsung dinamis. Banyak di antara peserta yang menanyakan bagaimana problematika penelitian yang dilakukan di instansi masing. Misalnya tentang perbedaan rencana topik penelitian dengan data lapangan atau masih seringnya penelitian yang sifatnya deskriptif. Sesi pertama berlangsung dari pukul 14.00 dan berakhir pukul 17.15.
Setelah makan malam dan istirahat sejanak, sesi dua dimulai dengan pemaparan dari Kepala Pusbindiklat LIPI, Prof. Dwi Eny Djoko Setyono seputar penjelasan tentang definisi karya tulis dan jurnal ilmiah serta tugas dan kelangsungan tenaga fungsional peneliti. Satu hal menarik dari penjelasan tentang jurnal ilmiah, bahwa semula angka kredit untuk satu tulisan dalam jurnal ilmiah terakreditasi bernilai 25, namun saat ini hanya dinilai 15. Menurut beliau, pengurangan angka kredit tersebut disebabkan adanya beberapa jurnal ilmiah yang masih kurang menjaga kualitas keilmiahan.
Oleh karena itu, tim penilai merasa perlu untuk mengurangi bobot penilaiannya menjadi 15. Hal penting lainnya tentang jurnal ilmiah yaitu mengenai e-journal. Salah satu penilaian yang menentukan sebuah e-journal berbobot atau tidak didasarkan atas jumlah pengunjung. Semakin banyak jumlah pengunjung dalam sebuah e-journal maka akan semakin besar pula bobotnya. Oleh karena itu, Prof. Dwi Eny Djoko Setyono mengharapkan bagi peneliti yang hendak membuat sebuah jurnal hasil penelitian wajib mematuhi peraturan tentang kode etik peneliti yang dikeluarkan oleh LIPI.
Beralih ke sesi tentang tugas-tugas dan kelangsungan tenaga fungsional peneliti. Sesi ini mendapat antusias lebih besar dari para peserta. Pada sesi ini peserta begitu antusias menyampaikan pertanyaan sekaligus menyampaikan keluhan seputar profesi peneliti. Selain itu, di antara peserta ada pula yang begitu penasaran dengan nasib fungsional peneliti, khususnya dilema yang dihadapi tenaga fungsional peneliti di BPNB Jabar terutama tentang pelestarian dan penelitian.
Sesi hari pertama ditutup oleh pemaparan dari Prof. Dr. Reiza Dienaputra, M.Hum yang membahas tentang sejarah visual. Pada sesi ini Prof. Reiza menyampaikan pendekatan baru dalam penelitian sejarah dengan menggunakan sumber-sumber visual. Acara hari pertama ditutup pada pukul 22.30.
Hari kedua diisi dengan materi tentang culture studies dan semiotika. Materi pertama dibahas oleh Aquarini Priyatna, Ph.D dari FIB UNPAD dengan judul materi “Cultural Studies: Suatu Pendekatan Baru dalam Penelitian Kebudayaan”. Sementara untuk materi kedua dibahas oleh Dr. Muhamad Adji dari FIB UNPAD dengan judul materi “Analisis Tekstual: Semiotika”. Dua materi yang disampaikan memang menjadi sangat menarik karena berangkat dari sebuah petanda yang menurut masyarakat awam adalah sangatlah lumrah.
Salah satu contoh adalah mendung, Mendung merupakan gejala alam yang kerap terjadi di belahan bumi. Mendung adalah sebuah petanda (bagi individu atau masyarakat) dan dimaknai akan terjadi hujan. Sangat banyak petanda-petanda yang bisa dianalisis dengan menggunakan culture studies dan analisis tekstual semiotika. Dan, untuk melakukan itu diperlukan ketajaman pisau analisis peneliti agar sebuah petanda dapat menjadi begitu bermakna dan menghasilkan ide yang berguna bagi masyarakat. (Hary dan Irvan)