Menurut Fobia kemudian diperkuat oleh tulisan Ormeling dalam buku The Timor Problem, dikatakan bahwa suku asli pulau Timor adalah Atoin Pah Meto. Suku ini berasal dari turunan dua ras yakni ras Melanesia dan Keunjamas (Kepulauan Polinesia). Mereka hidup nomaden mencari tempat yang dekat dengan sumber makanan.
Dalam bukunya The Timor Problem, F.J Ormeling mengatakan bahwa Atoni Pah Meto dikatakan sebagai orang Timor khusus, karena bentuk fisiknya berbeda dengan orang yang datang kemudian. Mereka berkesimpulan bahwa Atoin Pah Meto merupakan campuran ras Papua Melanesia dan Melayu Indonesia.
Perkembangan selanjutnya mulai berdatangan penduduk luar baik penduduk seperti suku bangsa Helong dan Jabi dari Ternate dan Tidore yang membawa dampak positif yakni Atoin Pah Meto mulai diajarkan membangun rumah yang sebelumnya mereka hanya hidup di goa-goa.
Rumah awal yang dibuat berbentuk bulat atau dalam bahasa daerah disebut dengan Ume Bubu. Ume berarti rumah, bubu berarti bulat ulat, mencerminkan kondisi goa. Ume Bubu yang berbentuk kerucut, atapnya menjangkau tanah. Pada bubungan atap diikat berbentuk konde. Ume Bubu merupakan rumah tradisional daerah Timor. Rumah ini diperuntukkan bagi kaum wanita untuk beraktivitas dalam kehidupannya.
Ume Bubu memiliki pintu yang rendah sekali. Hal ini bermakna bahwa perempuan mempunyai ruang gerak yang terbatas. Sesuai dengan ungkapan mereka Feto Apaokuan Nao Afunpah artinya perempuan hanya boleh tinggal dirumah sedangkan lelaki bebas. Oleh sebab itu dalam Ume Bubu disiapkan segala peralatan yang berhubungan dengan aktivitas wanita. Seperti alat untuk memasak, menenun kain bahan pakaian dan tempat tidur wanita bersama anak-anaknya.
Ume Bubu terbuat dari kayu sebagai rangka rumah dengan menggunakan atap daun alang-alang. Untuk menyatukan bagian bangunan tidak menggunakan paku, melainkan diikat menggunakan tali yang biasanya terbuat dari rotan. Ume Bubu terletak di belakang lopo yang bermakna bahwa perempuan tidak boleh melampaui laki-laki dalam berbagai hal termasuk pendidkan. (WN)