Tari Sireh merupakan hasil karya cipta nenek moyang dan leluhur masyarakat Dusun Buani. Tidak dapat diketahui secara pasti siapa nama penciptanya karena tarian ini sudah diwariskan secara turun-temurun sebagai warisan leluhur beberapa generasi sebelumnya.

Tari Sireh ini berasal dari tradisi memamaq atau memakan daun sirih beserta seluruh kelengkapan tersebut. Ada sebuah kisah pada jaman dahulu bahwa beberapa orang perempuan saling berkunjung ke rumah tetangga di sekitar Dusun Buani terdekat. Pada saat berkunjung atau bertamu, mereka diterima dan dijamu oleh tuan rumah. Umumnya tuan rumah menyuguhkan pabuan yang berisi daun sirih beserta seluruh kelengkapannya. Tari Sireh di Dusun Buani, Desa Bentek, Kecamatan Gangga memiliki pembabakan tari dalam setiap pementasannya, pembabakan tersebut mulai dari tarian pembuka, isi dan tarian penutup.

Tarian pembuka dalam tari Sireh disebut dengan igelan petembeq menggunakan tarian tumpang tampik. Saat awal masuknya penari ke panggung, jumlah penari di bagi dua. Satu baris terdiri dari tiga orang penari di sebelah kanan dan tiga orang lagi disebelah kanan melangkah masuk ke tengah panggung dengan bebaris beriringan sambil melompat kecil, dengan kaki kanan di depan sambil melompat dan tangan kanan kanan digerakan ke atas secara bergantian dengan tangan kiri sambil menggoyang pinggul serta tangan kiri mengibaskan selendang ke atas sampai tiga kali hitungan langkah lompatan. Ini menceritakan tentang para penari masuk ke rumah tetangganya untuk dijamu makan sireh atau memamaq. Mereka disuguhkan pebuan yang berisi daun sirih beserta seluruh kelengkapannya. Pada saat mereka menikmati suguhan daun sirih tersebut ternyata buah pinang yang dikonsumsi tersebut merupakan buah pinang jol (Pusing) artinya buah pinang yang bisa membuat siapapun yang mengkonsumsinya menjadi pusing. Ciri khas pada bagian ini adalah gerakan tangan menumpang dan menampik yaitu gerakan tangan kanan digerakan ke atas secara bergantian dengan tangan kiri.

Tarian isi disebut dengan igelan penengaq dengan menggunakan tarian parade dan kejerot. Pada tahapan isi, diceritakan bahawa penari dalam kondisi pusing, seperti orang mabuk tersebut mereka akhirnya bertingkah yang tidak wajar, yakni melakukan tari-tarian sambil melelakaq/bersyair/bernyanyi. Mereka juga menggunakan bongot/udeng seperti layaknya laki–laki (tergambar dalam tarian parade (Perade/memperade/membongot/menggunakan udeng/bongot). Setelah sekian lama menari karena pusing, akhirnya mereka sedikit demi sedikit mereka mulai sadar digambarkan dalam tarian kejerot. Pada bagian isi dalam tari Sireh ini para penari menggerakan pinggulnya ke kanan dan ke kiri, dan gerakan tangan kanan dan kiri sambil memegang selendang yang digerakan ke depan atau ke atas dengan cara bergantian. Dikombinasikan dengan gerakan kepala, dengan cara menggoyangkan kepala ke kanan dan ke kiri disertai gerakan memutarkan tangan.

Tarian penutup pada tari Sireh disebut dengan igelan penutuq dengan menggunakan tarian gending halus. Diceritakan pada bagian ini para penari seolah telah tersadar sepenuhnya akibat mabuk dari buah jol tersebut. Penari lalu memunculkan sifat asli mereka yang lemah lembut dan gemulai yang dimunculkan dalam bagian ini. Ciri khas pada baian ini adalah dengan tempo musik yang lebih lambat dan lembut, gerakan di dominai gerakan yang lebih pelan. Penari merentangkan tangan kanan sambil menggerak-gerakananya sambil bergeser perlahan dan akhirnya ditutup dengan mencakupkan kedua tangan di dada.