Tarian Gawe Au adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Adonara. Seperti namanya gawe berarti melewati atau melangkah dan au berarti bambu. Tarian ini mengharuskan penarinya agar menari melewati bambu-bambu. Tarian Adonara ini dimainkan dengan menggunakan peralatan bambu.
Menari Gawe Au memang tidak mudah. Jika salah melangkah, maka kaki si penari bisa terjepit bambu-bambu. Tarian ini diperagakan 8 sampai 10 orang penari atau lebih dalam angka genap. 6 orang penari memainkan bilah-bilah bambu hingga menimbulkan suara yang berirama. Sedangkan separuhnya lagi menari melewati bambu-bambu tersebut. Makin lama suara bambu-bambu itu terdengar makin cepat, hingga langkah-langkah penari tadi juga mesti lebih cepat untuk menghindari jepitan bambu-bambu tersebut.
Zaman dahulu tarian Gawe Au dilakukan oleh leluhur masyarakat Adonara untuk melambangkan suatu perangkap yang sengaja dibuat untuk menjepit leher burung pipit yang kerap memakan bulir-bulir padi di ladang. Biasanya terjadi ketika padi di ladang mulai menguning. Tarian Gawe Au sengaja diteruskan kepada generasi-generasi muda Adonara sebagai nilai yang mengajarkan bahwa dalam hidup kerap kita mengalami masalah atau hambatan yang tak jarang kita temui.
Banyak orang tak mampu menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya itu. Oleh karena itu, Tarian Gawe Au ini mengajarkan generasi muda Adonara agar mampu menghadapi masalah dan menemukan jalan keluar tanpa ada yang tersakiti. Seperti gerakan dalam tarian ini, dilakukan dengan gerakan yang tepat sesuai irama antara ayunan bambu-bambu dan langkah kaki agar tak terjepit bambu-bambu. Begitu jugalah makna sebuah penyelesaian masalah dalam hidup dan kehidupan. Tarian Gawe Au pun dapat dimaknai sebagai perpaduan irama dalam gerak dan tari, menjadikannya harmoni yang sungguh teramat lezat untuk dinikmati; menggambarkan keteguhan hati dan kekuatan mental dalam melewati segala bentuk rintangan dalam upaya menemukan jati diri. (WN)
Sumber: Karolus Larantukan (Pemerhati Budaya Flores Timur)