Istilah macingklak berasal dari kata “cingklak” mendapat awalan ma ( = me ). Kata cingklak merupakan padan kata cangklak. Cangklak mengandung pengertian: menahan dengan tapak tangan sesuatu yang jatuh dari atas (jambu, mangga, mata uang logam, bola kecil dan sebagai-nya yang dilontarkan ke atas). Dan untuk daerah lain sering disebut “mencet”.

Permainan ini khusus dimiliki oleh anak-anak perempuan lebih kurang usia sekolah dasar, dapat dilakukan kapan saja (pagi, siang, sore) bahkan kadang-kadang pada malam hari. Jenis permainan ini cocok sebagai alat pengisi waktu rekreasi bagi anak-anak puteri karena dapat membina/meningkatkan sifat-sifat kecekatan, ketelitian, keluwesan dan sebagainya. Tidak mengandung unsur yang membahayakan bagi pemainyya. Semuanya serba sederhana. Tidak ada kaitannya dengan kegiatan adat kebiasaan, keagamaan serta tidak memiliki sifat-sifat magis, ataupun simbolik.

Alat-alat/bahan-bahannya mudah dicari dan aturan-aturannya mudah cepat dipahami oleh anak-anak. Kehidupan permainan ini tampaknya terus berlangsung di tengah-tengah masyarakat/ anak-anak tanpa memperhatikan entah musim apa yang sedang berlangsung. Permainan anak-anak ini benar-benar dapat menyesuaikan diri dengan segala gejolak dan perubahan – perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Sebagaimana jenis permainan rakyat lainnya. Permainan anak – anak ini pun dapat dilakukan oleh semua kelompok/golongan yang terdapat dalam masyarakat. Tidak mengenal perbedaan latar belakang sosial. Disamping itu, dalam permainan ini juga tidak sedikitpun mengandung unsur-unsur kesakralan dan tidak memerlukan upacara apapun.

Meski sudah memasuki era modern dan sudah seribu satu macam alat permainan baru yang memasuki pedesaan, namun permainan macingklak hingga dewasa ini masih hidup di samping berbagai jenis permainan lainnya. (WN)