Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Bali baru saja menyelenggarakan kegiatan Pabligbagan Semeton pada (17/11) kemarin melalui zoom meeting. Pabligbagan tersebut mengangkat tema ”Pengasingan Bung Karno Di Ende 1934-1938”. Adapun narasumber yang mengisi pabligbagan tersebut, diantaranya yaitu: Drs. FX. Soenaryo, M.S dan Dr. Maria Matildis Banda, M.S dengan moderator Dr. I Wayan Tagel Eddy, M.S.

Ende merupakan salah satu kabupaten yang tidak bisa terlepas dari perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, terutama sejarah Pancasila. Teringat jelas dalam memori masyarakat Indonesia, bahwa Ende pernah dijadikan sebagai salah satu tempat pembuangan Bung Karno pada masa penjajahan Belanda (14 Januari 1934 – 31 Oktober 1938).

Ada beberapa alasan yang mendasari terpilihnya Ende sebagai tempat pengasingan Bung Karno kala itu. Salah satunya adalah Ende terpencil jauh dari keramaian, transportasi dan komunikasi sangat terbatas, perlu 8 hari pelayaran dari Surabaya menuju Ende. Dengan kondisi tersebut, diharapkan Bung Karno menjadi sulit berhubungan dengan rekan-rekan seperjuangan serta pendukungnya. Ini dimaksudkan untuk memutus hubungan dengan dunia luar supaya perjuangan kemerdekaan di daerah jajahan Belanda menjadi padam. Usaha ini tidak sepenuhnya berhasil karena masih ada media lain seperti surat menyurat seputar kajian Islam dengan gurunya di Bandung yakni Tuan A. Hassan.

Terkait dengan kehidupan sehari-hari Bung Karno saat pengasingan di Ende, banyak dibahas dalam pabligbagan yang dilaksanakan dari pukul 10.00 – 12.00 WITA ini. Ingin mengetahui kisahnya lebih lanjut? Dapat disaksikan tayangan ulangnya melalui kanal youtube Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Bali. Silahkan klik disini. (WN)