Bawi-Bawian: Ritual Sakral Untuk Memperoleh Kekebalan Fisik

0
1483

Bawi-bawian adalah ritual sakral untuk memperoleh kekebalan fisik. Bawi-bawian berasal dari kata Bawi yang artinya hewan Babi. Bawi-bawian secara harafiah berarti babi-babian yang merujuk pada kegiatan berburu babi. Namun dalam ritual Bawi-bawian ini seluruhnya diperankan oleh manusia, baik itu babi, anjing dan pemburu.
Bawi-bawian memiliki 3 tahapan untuk memperoleh kekebalan fisik. Tahap pertama peserta ditombak dengan bambu runcing hingga berdarah, tahap kedua dan ketiga peserta bergelinding dari atap sebuah pondok dimana di tanah potongan bambu runcing dalam jumlah banyak yang akan melukai tubuh peserta.
Sebelum memulai ritual, 7 orang pemangku dan keturunan mangku di Dusun Jeliman Ireng dan Tebango melakukan pertapaan di hutan Koloh Mbaru utnuk memperoleh getah ancar. Getah ancar merupakan getah beracun bahan utama campuran obat untuk ritual Bawi-bawian. Pertapaan kedua dilakukan di hutan adat baturan untuk memperoleh campuran bahan obat ritual yang tidak bisa disebutkan secara kasat mata. Campuran getah ancar dan bahan dari pertapaan kedua ini dicampur yang menghasilkan ramuan obat yang bernama Borah.
Ritual dimulai setelah ditemukannya Borah. Lokasi ritual Bawi-bawian diikuti oleh ribuan orang, namun yang menjadi peserta Bawi-bawian adalah yang bernyali besar. Sebelum mulai peserta yang terdiri dari laki-laki dewasa hingga tua berkumpul untuk di berikan air suci dan sembeq. Peserta hanya menggunakan kain yang diikat di pinggang (membelat). Satu persatu peserta berlari di tengah hutan (seolah manjadi babi) menuju lokasi kolam. Sesampai dikolam batu, 2 orang petugas (seolah menjadi pemburu babi) menombak peserta menggunakan bambo runcing dibagian punggung hingga luka dan berdarah. Namun peserta tidak mati, setelah ditombak peserta bangkit lagi membawa luka dan darah menuju lokasi awal untuk di obati menggunakan Boroh oleh pemangku yang keserupan (dasaran). Seketika luka yang dioles dengan Borah tersebut hilang tanpa berbekas. (WN)