Seperti telah kita ketahui bahwa seni pewayangan termasuk salah satu bentuk dan wujud seni budaya yang mengandung nilai-nilai hidup dan kehidupan yang luhur. Namun dewasa ini, perlu juga diketahui bahwa pertunjukan wayang pada masa sekarang bukanlah merupakan bentuk yang asli dari bentuknya semula. Melainkan telah mengalami perubahan-perubahan baik dari segi bentuk maupun teknik pementasannya.
Pertunjukan wayang pada mulanya berupa pemujaan kepada roh suci leluhur. Namun mereka telah berkeyakinan bahwa roh-roh tersebut tetap ada (tidak mati). Oleh sebab itu untuk lebih mendekatkan diri kepada roh suci leluhur tersebut, maka dibuatlah yang disebut dengan “pretima” yaitu suatu perwujudan manusia kecil yang kini lebih dikenal dengan wayang. Salah satu jenis wayang yang ada di Provinsi Bali yaitu wayang parwa.
Wayang Parwa merupakan wayang kulit yang membawakan lakon-lakon yang bersumber dari wiracarita Mahabharata yang juga dikenal sebagai Asta dasa Parwa. Wayang parwa termasuk wayang populer dan terdapat di seluruh kabupaten/kota di Bali.
Wayang Parwa dipentaskan pada malam hari, dengan memakai kelir dan lampu blencong dan diiringi dengan gamelan gender wayang. Wayang Parwa biasanya dipentaskan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara agama Hindu di Bali walaupun pertunjukannya sendiri berfungsi sebagai hiburan yang bersifat sekuler. (WN)
Sumber: Dokumen Pencatatan WBTB BPNB Bali