Dalam konteks kultural flosofis tata ruang Kota Yogyakarta yang membujur arah selatan – utara (Sumbu Filosofis) mempunyai makna filosofis yang sangat tinggi. Konfigurasi ruang di garis sumbu tersebut dilengkapi dengan elemen ruang baik bangunan Panggung Krapyak – Keraton Yogyakarta – Tugu. Sumbu tersebut merupakan gambaran konsep mikrosmos, yaitu alam kehidupan nyata yang menjadi laku peziarahan manusia. Secara paralel dalam konsep makrokosmos ada garis imajiner Selatan – Utara, yaitu Laut Selatan – Gunung Merapi.
Secara filosofis dari Panggung Krapyak ke Keraton dan Tugu memberikan gambaran konsep sangkan paraning dumadi (dari mana asal manusia dan arah kemana yang akan dituju). Gambaran manusia dari embrional, lahir, berproses, berkembang, eksis, dan apda akhirnya kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Apabila dirinci maka Panggung Krapayak – Keraton merepresentasikan makna Sangkan Paran yaitu asal muasal manusia untuk berproses menuju eksistensi. Sedangkan Tugu – Keraton merepresentasikan makna Paraning Dumadi, yaitu manusia yang eksis berproses untuk menjalankan kehidupannya. Proses itu untuk mendapatkan kehidupan dalam Jalan Keutamaan, Jalan Kesejahteraan, Jalan Kemuliaan, dan mampu membebaskan diri dari berbagai halangan, godaan, serta nafsu angkara murka. Manunggaling Kawula – Gusti atau kesatupaduan antara Kawula dan Gusti atau antara rakyat dan raja (mikrokosmos) serta antara manusia dengan Tuhan (makrokosmos) dapat menjadi jalan kehidupan yang baik terutama dalam tataran untuk selalu menjalankan konsep hamemayu hayuning bawana. Makna konsep itu yaitu memperindah kehidupan di dunia atau menjaga kehidupan dunia secara baik.