Orang Wakwak telah
menyerang penduduk pantai timur Afrika. Laporan ini disampaikan seorang pelaut
Arab, Buzurg Ibn Shahriyar dari Ramhormuz dari abad ke-10. Para sejarawan
mengindentifikasi bahwa orang Wakwak adalah orang Jawa dari kerajaan Medang. 

Suasana ruang pameran (Foto: Dok. BPCB DIY 2022)

     Kutipan di atas merupakan salah satu bukti dari keberadaan dan kehebatan para pelaut Nusantara pada masa lampau. Berbagai catatan dan bukti artefaktual lainnya dari aktivitas para pelaut Nusantara juga dihadirkan dalam Pameran Sejarah Arung Samudra dan Warisan Budaya Rempah “Penunggang Gelombang” yang diselenggarakan atas inisiasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I. Yogyakarta (BPCB DIY). Pameran tersebut berlangsung pada 14 – 21 Juni 2022. Pameran yang juga digelar untuk menyemarakkan HUT ke-109 Purbakala ini bertempat di Gedung Cendrawasih, Teras Malioboro 1, Jalan Margomulyo, Ngupasan, Yogyakarta.

     Pameran tersebut secara resmi dibuka oleh Plt. Kepala BPCB DIY, Dra. Zaimul Azzah, M.Hum pada 14 Juni 2022 di Gedung Cirebon, Teras Malioboro 1, Jalan Margomulyo, Ngupasan, Yogyakarta. Rangkaian acara pembukaan pameran diawali sambutan yang disampaikan oleh: pertama oleh ketua panitia pameran, Septi Indrawati K.., S.S., M.A. Sambutan kedua oleh kurator pameran, Dr. Sri Margana, M.Hum., M.phil. Sambutan ketiga oleh Plt. Kepala BPCB DIY, Dra. Zaimul Azzah, M.Hum. Acara kedua diisi jamuan rempah dengan menyajikan minuman dari bahan rempah serta jajanan tradisional, dan pementasan seni berupa tari Bedaya Jampi Husada diiringi musik gamelan.

Pengunjung membaca koleksi buku BPCB DIY (Foto: dok. BPCB DIY 2022)

     Kegiatan dilanjutkan pemotongan pita oleh Plt. Kepala BPCB DIY sebagai simbolis tanda dibukanya pameran. Setelah acara pemotongan pita, acara diakhiri kunjungan tamu undangan ke ruang pameran dengan dipandu kurator.

     Pameran ini menjadi salah satu bagian pendukung dari program Jalur Rempah. Sebuah program prioritas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dari tahun 2020 hingga tahun 2024. Sebuah program yang ditujukan untuk mendukung Jalur Rempah yang telah diusulkan menjadi Warisan Dunia pada tahun 2020.

     Data yang ditampilkan dalam pameran tersebut menguraikan aktivitas dari para pelaut Nusantara untuk mengarungi samudra. Mereka melakukaanya antara lain untuk memperdagangkan berbagai komoditas. Salah satunya adalah rempah-rempah. Berbagai catatan sejarah menunjukkan bahwa rempah-rempah pernah menjadi komoditas favorit di seluruh dunia. Rempah menjadi komoditas komoditas yang mewarnai kehidupan manusia pada berbagai aspek, dari religi, seksualitas hingga cita rasa makanan. Rempah-rempah pernah menjadi komoditas yang mewah dan eksotis pada masanya.

Sejumlah artefak berkaitan dengan penggunaan rempah-rempah dalam kehidupan keseharian juga ditampilkan. Di antaranya adalah botekan (tempat penyimpanan rempah), kacip (alat yang digunakan memotong rempah), dan lain sebagainya. Alat-alat ini menunjukkan bahwa rempah adalah bahan yang akrab dengan masyarakat pada masanya.

Antusiasme pengunjung pameran (Foto: Dok. BPCB DIY 2022)

     Popularitas rempah-rempah mulai mengalami penurunan secara perlahan. Pada abad ke-18, rempah-rempah yang dihasilkan Nusantara mulai mengalami kemunduran di pasar internasional. Mulai ada wilayah lain yang juga mengembangkan rempah dan menjadi pesaing komoditas Nusantara.

     Maka Pameran ini menjadi salah satu upaya menarasikan kembali kekayaan budaya bangsa berkait Jalur Rempah. Sejumlah kegiatan juga diselenggarakan dalam pameran ini. Kegiatan tersebut adalah Bincang Budaya Rempah dan Apresiasi Budaya Rempah.

Bincang Budaya Rempah

     Kegiatan Bincang Budaya Rempah dalam rangkaian pameran Jalur Rempah ini berlangsung dua kali, yaitu Rabu 15 Juni 2022 dan Sabtu, 18 Juni 2022. Kegiatan ini bertempat di Gedung Cirebon, Teras Malioboro 1, Ngupasan, Yogyakarta.

     Kegiatan Bincang Budaya yang pertama bertema “Revitalisasi Jalur Perdagangan dan Dampak Ekonomi ke Depan”. Narasumber dari kegiatan ini adalah Prof. Dr. M. Baiquni, MA dan Dr. Supriyadi, M.Sc. Kedua narasumber merupakan anggota Tim Kosmopolis Rempah Universitas Gadjah Mada.

Bincang Budaya “Revitalisasi Jalur Perdagangan dan Dampak Ekonomi ke Depan” (Foto: Dok. BPCB DIY 2022)
Bincang Budaya “Sejarah Arung Samudra dan Warisan Budaya Rempah Nusantara ‘PENUNGGANG GELOMBANG’“ (Foto: Dok. BPCB DIY)

     Kegiatan Bincang Budaya Rempah kedua mengambil tema  “Sejarah Arung Samudra dan Warisan Budaya Rempah Nusantara ‘PENUNGGANG GELOMBANG’“. Narasumber dari kegiatan ini adalah kurator pameran, Dr. Sri Margana, M.Phil dan seniman, Titarubi yang karyanya turut dipajang dalam pameran tersebut.

Apresiasi Budaya Rempah

     Kegiatan Apresiasi Budaya Rempah kali berlangsung dua kali yaitu tanggal 16 dan 18 Juni 2022 di Gedung Cirebon, Teras Malioboro 1, Ngupasan, Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan upaya untuk menyosialisasikan penggunaan rempah dalam dunia usaha kecil dan menengah yang berbasis kuliner.

     Kegiatan pertama dilaksanakan pada 16 Juni 2022, dengan menghadirkan narasumber pemilik usaha restoran dan katering, yaitu Ibu Isvi Triana Kesvari. Pada momen ini, narasumber mengolah dua menu yang memang menggunakan rempah sebagai bumbu pelengkap utama.  Keduanya adalah steak tempe dan wedang kacang jahe.

Workshop mengolah kuliner berbahan rempah (Foto: dok. BPCB DIY 2022)
Workshop Mixology Rempah (Foto: Dok. BPCB DIY)

     Kegiatan kedua berlangsung pada tanggal 18 Juni 2022, dengan menghadirkan seorang praktisi mixsology rempah, Retno Wulandari, S.Sn., M.Sn. Pada kesempatan kali ini, narasumber mendemonstrasikan miksology rempah yaitu cara mengolah rempah menjadi minuman yang dapat menyehatkan tubuh, berupa wedang seruni dan wungu latte.

     Pameran ini dapat terselenggara atas kerja gotong-royong dari berbagai pihak antara lain: Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY, Dinas Kebudayaan Sleman, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta, Balai Layanan Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Teras Malioboro 1, Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Tim Kosmopolis Rempah UGM, Departemen Sejarah FIB UGM, Jurusan Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta, Kinara Vidya, Museum Sonobudoyo, Masyarakat Sejarawan Indonesia Yogyakarta, dan seniman Tita Rubi.

Ditulis oleh:

Shinta Dwi Prasasti, S.Hum., M.A. (Pengelola Data Cagar Budaya dan Museum)

Eko Susanto, S.Pd. (Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya)