Sebagai salah satu resolusi yang dihasilkan dalam Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggaraan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) pada 7–13 Oktober 2019 di Istora Senayan, Jakarta. Pekan Kebudayaan Nasional menjadi implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan, yaitu menyediakan ruang bagi keberagaman ekspresi budaya, serta mendorong interaksi budaya guna memperkuat kebudayaan yang inklusif.
Presiden Joko Widodo mendorong bertambahnya ruang-ruang dialog yang disebutnya sebagai ‘panggung interaksi yang toleran’. Beragam kontestasi, menurut Presiden, baik ekonomi maupun politik, jika dijalankan tanpa adanya toleransi, akan memperlebar ketimpangan.
“Kita tidak cukup hanya menjamin ketersediaan panggung ekspresi. Yang kita butuhkan adalah panggung interaksi yang bertoleransi karena, sekali lagi, inti dari kebudayaan adalah kegembiraan,” pesan Presiden Jokowi dalam sambutannya pada Kongres Kebudayaan Indonesia bulan Desember 2018 yang lalu.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengungkapkan bahwa PKN merupakan perwujudan amanah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. PKN menjadi wadah untuk memfasilitasi ruang ekspresi keberagaman budaya dan mendorong interaksi budaya guna memperkuat kebudayaan yang inklusif. Sebagai ruang bersama, PKN diharapkan dapat mendorong terwujudnya sikap saling memahami, menghargai, dan menghormati di antara anak bangsa.
“Dalam menghidupkan kreativitas dan keanekaragaman ekspresi budaya, kita memerlukan ruang interaksi yang inklusif. Tidak ada keanekaragaman budaya tanpa interaksi yang melibatkan semua golongan,” tutur Mendikbud.
Pekan Kebudayaan Nasional yang diselenggarakan setiap tahun, menurut Mendikbud akan terus dikembangkan untuk menuju kegiatan berskala internasional. Serta dapat dimasukkan ke dalam kalender event tahunan. “PKN ini akan menjadi event internasional, sehingga dalam waktu dekat akan terus dipromosikan menjadi bagian wisata budaya,” katanya.
Direktur Jenderal Kebudayaan (Dirjenbud) Hilmar Farid mengungkapkan bahwa konsep PKN mirip dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga ke pusat. Namun, PKN tidak dikemas sebagai adu prestasi semata, tetapi lebih kepada representasi daerah-daerah atas kekayaan kebudayaan mereka masing-masing.
“Dengan kebudayaan diharapkan ada pola interaksi yang lebih fleksibel dan leluasa dengan basis kebersamaan, bukan persaingan. Ini adalah platform dengan tujuan memajukan kebudayaan Indonesia bahagia,” dikatakan Dirjen Hilmar Farid.
Pekan Kebudayaan Nasional yang pertama kali digelar tahun ini mengusung tema “Ruang Bersama Indonesia Bahagia”. Tema ini mengacu pada stanza kedua Lagu Indonesia Raya “Marilah Kita Mendoá Indonesia Bahagia”.
Terdapat lima aktivitas utama yang dapat diikuti dan dinikmati oleh publik secara gratis. Pertama, Pasanggiri atau kompetisi permainan rakyat berbasis obyek pemajuan kebudayaan. Permainan yang dilombakan dari tingkat desa hingga pusat adalah gobak sodor, terompah panjang, egrang, dan lari balok. Selain dikompetisikan, PKN juga menghadirkan Kampung Permainan Rakyat yang sederhana, di mana tidak memerlukan peralatan, fasilitas, atau logistik yang rumit. Kegiatan yang digelar diharapkan mampu mengasah dan mengembangkan permainan rakyat tersebut, sehingga jadi lebih menarik dan bisa menjadi perhatian publik.
Kedua, Pameran kekayaan budaya 34 provinsi, Wastra Nusantara, Warisan Budaya Takbenda, Warisan Dunia, Kultur Perkayuan, Capaian Pemajuan Kebudayaan, Desa Percontohan Pemajuan Kebudayaan, Seni Rupa, dan lain sebagainya. Berbagai artefak-artefak kebudayaan, purwarupa teknologi pemajuan kebudayaan hasil inovasi dari Kemah Budaya Kaum Muda, serta karya-karya unggulan dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah ditampilkan untuk publik.
Ketiga, Sawala Wicara atau konferensi yang membahas berbagai isu, mulai dari pengetahuan tradisional, florikultura, ekonomi budaya, asal-usul DNA, ekologi, etno astronomi, etno botani, hingga ketahanan pangan. Konferensi ini menjadi ruang pencerahan publik yang bertujuan untuk mempersiapkan perencanaan pembangunan berbasis kebudayaan.
Keempat, Pagelaran Karya Budaya utusan 34 provinsi serta kultur urban. Sederet seniman kenamaan tanah air turut meramaikan tiga panggung pertunjukkan di PKN. Di antaranya Rahayu Supanggah, Ki Manteb Sudharsono, Didi Kempot, Barasuara, Navicula, Ras Muhamad, Maliq & D’Essentials, Fourtwnty, Danilla Riyadi, dan Naura.
Kelima, Pawai Budaya bertajuk ”Parade Digdaya Nusantara” yang akan diikuti 10.000 orang dengan 200 penari Indonesia Permai dan pertunjukan Suara Anak Bangsa dan Rampak Nusantara dari 640 peserta Gerakan Seniman Masuk Sekolah. Selain itu, pengunjung PKN juga dapat menikmati 50 menu kuliner khas nusantara.
Setidaknya terdapat 245 kegiatan dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional selama 7 (tujuh) hari. Terdapat 4 (empat) kompetisi permainan tradisional, 6 (enam) kompetisi karya budaya, 27 konferensi kebudayaan, 120 pertunjukan, 17 pameran budaya, 10 lokakarya warisan budaya, 50 ragam kuliner tradisional, dan sebuah pawai budaya yang akan dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2019.
“Keseluruhan rangkaian kegiatan ini dibangun atas dasar gotong-royong dengan para pemangku kepentingan, para pelaku dan pegiat budaya, serta berbagai unsur kementrian/lembaga lain dan pemerintah daerah,” ujar Hilmar Farid.
Masyarakat umum dapat mengunjungi PKN secara gratis dengan mendaftar di laman pkn.kebudayaan.id. Informasi seputar jadwal dan deskripsi kegiatan terkait PKN juga dapat ditemukan pada laman tersebut. (*)
**Disiapkan oleh Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud dan Tim Komunikasi Pemerintah Kemenkominfo