Tidak hanya wajah orang saja yang membutuhkan kosmetik agar bisa tampak lebih ayu dan ganteng. Candi pun juga membutuhkan “kosmetik” untuk memperindah tampilannya. Salah satunya yaitu Candi Kalasan. Candi yang terletak di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini terkenal keindahannya karena dihiasi relief yang begitu beragam dan juga dilapisi “kosmetik” bernama bajralepa.
Candi Kalasan merupakan candi satu-satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dindingnya dilapisi bajralepa. Bajralepa adalah ‘semen kuno’ yang melapisi dinding candi. Fungsi bajralepa membuat relief lebih halus dan menjadikan candi tampak berwarna. Konon, dahulu Candi Kalasan berkilauan memancarkan warna kuning keemasan saat tertimpa sinar bulan, karena adanya lapisan bajralepa. Di samping memiliki fungsi dari sisi estetis, bajralepa juga memiliki fungsi dari sisi pelestarian, yaitu antara lain untuk melindungi dinding candi dari lumut dan jamur. Bajralepa terbuat dari campuran bahan antara lain: kaolit (lempung), kalsit (batu kapur), silika (pasir), dan kalkopirit (campuran tembaga, besi dan belerang).
Penjelasan mengenai bajralepa di atas disampaikan Endang Tri Wahyuni, kimiawan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada saat menjadi narasumber acara diskusi daring bertema “Bajralepa Candi Kalasan” yang diselenggarakan Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (BPCB DIY) pada Senin, 19 Oktober 2020 melalui siaran langsung lewat aplikasi Zoom dan media sosial (Youtube dan Facebook).
Dari keterangan konservator BPCB DIY, Wikanto Harimurti, yang juga menjadi narasumber dalam diskusi tersebut, diketahui Candi Kalasan merupakan candi tertua yang ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Kalasan didirikan pada 778 Masehi. Pemugaran Candi Kalasan pertama kali dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1927. Pelaksanaan pemugarannya di bawah pimpinan Van Romomndth.