Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai unit pelaksana teknis (UPT) yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai tugas dan fungsi dalam melaksanakan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya. Tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk melestarikan cagar budaya, khususnya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam melestarikan cagar budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta senantiasa berpijak pada pelestarian yang berasaskan partisipasi publik. Kebijakan tersebut diambil karena Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta menyadari betul bahwa pelestarian cagar budaya akan sulit terwujud tanpa adanya keterlibatan dari masyarakat.
Keeksistensian cagar budaya sejatinya tidak cukup hanya dilihat dari sisi wujud konkretnya semata, namun juga harus dibarengi dengan adanya pemahaman tentang cagar budaya dalam ingatan si pemilik cagar budaya itu sendiri, yang tak lain adalah masyarakat. Oleh karena itu, program pelestarian cagar budaya yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya berorientasi pada aspek kuantitatif saja, namun juga mencakup aspek kognitif.
Selain melakukan pelestarian yang bersifat fisik berupa kegiatan pemeliharaan dan pemugaran cagar budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta juga melaksanakan internalisasi cagar budaya kepada masyarakat, khususnya kepada pelajar. Salah satunya yakni dengan menyelenggarakan “Jelajah Budaya”.
Jelajah Budaya Pelajar merupakan program internalisasi cagar budaya yang dikemas dalam bentuk kegiatan yang bersifat edukatif-kultural, kreatif, rekreatif, produktif, inovatif, dan menantang. Pada tahun 2017, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta bekerjasama dengan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali menggelar kegiatan Jelajah Budaya yang ke-11 bertema “Memahami Karya Peradaban Bangsa, Membangun Generasi Peduli Budaya, Berkarakter, dan Berintegritas” yang akan dilaksanakan pada Minggu, 16 April 2017. Digelarnya kegiatan Jelajah Budaya juga untuk menyemarakkan peringatan “Hari Pusaka Dunia” yang diperingati setiap tanggal 18 April.
Sesuai dengan tema yang diusung, Jelajah Budaya kali ini hendak mengajak para pelajar untuk memahami peradaban Mataram Kuno, dan memetik nilai-nilai penting yang terkandung di dalamnya. Hal itu dilakukan dengan menelusuri jejak-jejak tinggalan budaya peradaban Mataram Kuno yang tersebar di perbukitan daerah Prambanan – Yogyakarta bagian selatan atau yang sering disebut “Siwa Plateau”.
Di kawasan “Siwa Plateau” banyak dijumpai sisa-sisa peradaban Matam Kuno yang pernah eksis pada masa klasik (Hindu-Buddha), antara lain berupa candi dan situs permukiman. Adapun beberapa warisan budaya tersebut nantinya akan menjadi objek sumber belajar bagi peserta Jelajah Budaya yakni Candi Barong, Candi Dawangsari, Arca Ganesha, Situs Ratu Boko, dan Candi Banyunibo.
Ada nila-nilai penting yang terkandung dalam tinggalan budaya peradaban Mataram Kuno itu. Dari sana kita bisa tahu, bahwa pada masa lampau nenek moyang kita sudah menjunjung tinggi sikap toleransi. Wujud kerukunan itu tecermin dari lokasi sebaran tinggalan budaya tersebut. Meski berlatar belakang agama yang berbeda-beda, namun tinggalan-tinggalan budaya itu letaknya masih berdekatan, yakni Candi Barong (Hindu), Candi Dawangsari (Buddha), Arca Ganesha (Hindu), Situs Ratu Boko (Hindu dan Buddha), dan Candi Banyunibo (Buddha). Hal itu membuktikan bahwa nenek moyang kita bisa hidup berdampingan dalam perbedaan.
Jelajah Budaya merupakan bagian dari proses pembelajaran bagi generasi muda untuk mendekatkan diri kepada warisan budaya peninggalan leluhur, dan memahami nilai-nilai luhur yang diajarkannya, mengingat etos hidup mereka masih sangat relevan untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara saat ini. Terutama dalam menjalin hidup harmoni dalam keberagaman.
Kegiatan ini diikuti oleh 250 peserta pramuka tingkat penggalang, yang terdiri dari 200 peserta berasal dari Kwartir Cabang Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta, serta 50 peserta undangan berasal dari beberapa sekolah yang berada di sekitar Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Para peserta nantinya akan dibagi menjadi 25 regu putra dan 25 regu putri dengan masing-masing regu terdiri dari 5 orang anggota.
Selain mengunjungi candi dan situs yang merupakan inti dari kegiatan Jelajah Budaya, peserta juga akan bergiat di setiap pos di sepanjang perjalanan Jelajah Budaya. Peserta yang terbagi ke dalam beberapa regu, baik regu putra maupun regu putri, akan berkompetisi dalam giat prestasi yang dilaksanakan di setiap pos yang berada di titik-titik tertentu sepanjang rute perjalanan, yang mana setiap pos dijaga oleh dewan juri. Adapun giat prestasi yang dilombakan antara lain: 1) pengetahuan tentang kepramukaan, 2) yel-yel kebangsaan, 3) fotografi, 4) menulis cerita pendek bertema “Pengalamanku Mengikuti Jelajah Budaya”, dan 5) Lomba foto selfie.
Untuk giat prestasi pengetahuan tentang kepramukaan dan yel-yel kebangsaan dilaksanakan di setiap pos yang berada di titik-titik tertentu sepanjang rute perjalanan. Sementara itu giat prestasi fotografi, menulis cerita pendek, dan lomba foto selfie diadakan setelah kegiatan Jelajah Budaya selesai dilaksanakan. Hal itu dikarenakan giat prestasi tersebut merupakan wujud pendokumentasian yang dilakukan peserta selama mengikuti kegiatan Jelajah Budaya. Dalam giat prestasi ini setiap regu bisa mengirimkan karya terbaik mereka untuk diseleksi dewan juri.
Para pemenang dalam kegiatan Jelajah Budaya ini nantinya akan terbagi menjadi empat kategori, yakni regu putra terbaik, regu putri terbaik, regu putra terfavorit dan regu putri terfavorit. Diadakannya giat prestasi bertujuan untuk menggugah daya kreativitas, inovasi, dan psikomotorik peserta.
Tidak hanya berkompetisi dalam giat prestasi saja, nantinya peserta juga akan melaksanakan kegiatan di alam terbuka (outdoor) dengan melakukan penanaman pohon, dan pelepasan burung. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran pada diri generasi muda agar semakin peduli terhadap lingkungan alam sekitarnya.
Kegiatan Jelajah Budaya secara substansial dimaksudkan untuk menumbuhkan generasi muda Indonesia yang peduli budaya, berkarakter, dan berintegritas. Generasi muda yang mau belajar tentang kearifan yang diajarkan nenek moyangnya dan kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan demikian, akan lahir tunas-tunas muda Indonesia yang berkepribadian dan berjati diri, yang berani mengedepankan persatuan guna menjaga keutuhan bangsanya, dan berkemauan untuk berkarya bagi kemajuan bangsanya.
Kunjungi, Lindungi, dan Lestarikan Cagar Budaya.
Yogyakarta, 11 April 2017
Jelajah Budaya Tahun 2017
Tema : “Memahami Karya Peradaban Bangsa: Membangun Generasi Peduli Budaya, Berkarakter, dan Berintegritas”.
Waktu : Minggu, 16 April 2017, Pukul 08.00 WIB – selesai.
Pembukaan : Candi Barong – pukul 08.00 WIB, Acara dibuka oleh Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY, Drs. Winston Sam Dauglas Mambo.
Penutupan : Candi Banyunibo
Rute Perjalanan : Candi Barong (start) ==> Candi Dawangsari ==> Arca Ganesha ==> Situs Ratu Boko ==> Candi Banyunibo (finish).
Peserta : Pramuka Penggalang perutusan Kwartir Cabang se-DIY sejumlah 200 orang pramuka penggalang dari sekolah undangan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah 50 orang. (Ferry A.)