Syech Abdul Rahman oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan nama Syech Bintungan Tinggi, hal ini dikarenakan nama beliau sama dengan nama kakek beliau juga yaitu Syech Abdul Rahman. Makam kakek beliau (anak keturunannya menyebut kakek Syech Bintungan Tinggi dengan nama Syekh abdul Rahman Nan Tuo) sekarang berada di dekat makam Syekh Burhanuddin. Syekh Abdul Rahman Nan Tuo, adalah khalifah pertama setelah Syech Burhanuddin meninggal.[1] Masa kebesaran Syech Bintungan Tinggi adalah antara tahun 1864 sampai dengan tahun 1923. Makam ini mulai dibangun pada tahun 1918 dan selesai pembangunannya pada tahun 1923. Makam ini dibangun semasa Syech Bintungan Tinggi masih hidup, ketika bangunan cungkup makam selesai pada tahun 1923, tidak berapa lama beliau wafat. Makam ini sampai sekarang masing ramai dikunjungi oleh para peziarah terutama bulan safar, maulud, dan puasa.
Makam Syekh Abdurrahman berada dalam sebuah gobah (cungkup makam) berdenah bujur sangkar berukuran 9 m x 9 m dan ruang utama berukuran 5 m x 5 m. Pintu masuk berada di sisi selatan. Lantai makam ditinggikan 1 m dari permukaan tanah. Bangunan asli dari gobah ini sudah hancur akibat gempa tahun 2009 yang lalu. Selain makam Syekh Abdurrahman, di dalam gobah ini juga terdapat beberapa makam lain, yaitu makam para murid Syekh.
Secara morfologis, makam Syekh Bintungan Tinggi terdiri dari jirat dan nisan. Jirat makam berbahan mortar dengan denah persegi panjang berukuran panjang 3,5 m, lebar 2 m, dan tinggi 60 cm. Adapun nisannya berbahan batu berukuran tinggi 40 cm dan lebar 30 cm (nisan kepala) dan tinggi 35 cm dan lebar 25 cm. Sementara itu, makam lain hanya bernisan saja dan tidak ada yang berjirat.
[1] Ibid.