Bukti Keberadaan Lamohang Daeng Mangkona

0
1296
Makam Lamohang Daeng Mangkona

Dalam lontara bugis penulisan nama “Lamohang Daeng Mangkona” yang saat ini tertulis pada papan nama makam seharusnya dipisah menjadi La Mohang Daeng Mangkona. Makam tersebut ini terletak di tepi sungai. Secara astronomi berada pada UTM 50 M mE: 516743 dan mU:  9942663, untuk mencapai makam La Mohang Daeng Mangkona dari pusat Kota Samarinda melalui dua jalur, yaitu jalur darat lewat jembatan Mahakam ke arah hilir Sungai Mahakam dengan jarak sekitar 5 km atau jalur sungai Mahakam dengan sampan bermesin dengan perjalanan sekitar 15 menit. Makam ini berada pada bilangan perkampungan penduduk. Di sekitarnya berdiri rumah-rumah penduduk yang berjejer menghadap ke jalan. Disebelah utara makam dahulunya hanya terdapat sungai mahakam, saat ini sudah dibanguni rumah penduduk sampai di atas sungai.

La Mohang Daeng Mangkona merupakan seorang tokoh yang dianggap sebagai salah satu pendiri awal Samarinda. Beliau adalah perantau yang berasal dari Suku Bugis Wajo, yang pada tahun 1668 Masehi bersama dengan rombongannya berlayar sampai ke Sungai Mahakam wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara. Latar belakang perantauan yang mereka lakukan adalah imbas dari Perjanjian Bongaya yang banyak memecah belah masyarakat Sulawesi Selatan. Mereka kemudian menemui Sultan Kutai Kartanegara untuk meminta izin tinggal di wilayah kerajaan, dan diizinkan untuk membuka sebuah permukiman baru di tepian Sungai Mahakam atau di Kecamatan Samarinda Seberang saat ini.

Objek yang diyakini masyarakat sebagai Makam La Mohang Daeng Mangkona dan 3 (tiga) makam lainya berada dalam satu pendopo yang telah diberi tegel dan atap. Keempat makam tersebut menggunakan nisan berbentuk bulat, gada, dan nisan berbentuk pipih. Biasanya makam berbentuk bulat dan gada merupakan makam seorang laki-laki, sedangkan makam berbentuk pipih adalah makam seorang perempuan.

Kemungkinan besar lokasi ini juga merupakan tempat pemakaman bagi rombongan atau pengikut La Mohang Daeng Mangkona yang lain, terlihat dari banyaknya nisan kuno di area tersebut. Jumlah makam yang dapat diidentifikasi sekitar 50 objek namun hanya bagian nisan yang tersisa. Nisan yang ditemukan ada dua tipe yaitu gada dan pipi berbahan batu andesit dan berbahan kayu ulin. Tidak diketahui secara pasti berapa usia makam La Mohang Daeng Mangkona ini. Dari kisah awal perjalanannya, diperkirakan makam tersebut sudah berusia lebih dari 300 tahun.

Perluasan lahan dibagian depan makam (selatan) telah disemen yang difungsikan sebagai lahan parkir saat ini juga dibangun pendopo yang difungsikan untuk tempat beristirahat bagi pengunjung sebelum berziarah ke Makam La Mohang Daeng Mangkona. Selain pendopo, pembangunan toilet juga melengkapi fasilitas yang ada di makam tersebut. Taman sekitar makam ditata rapih dan diberi pagar tembok keliling. Keberadaan makam-makam yang diyakini sebagai pengikut La Mohang Daeng Mangkona saat ini sangat sulit mengidentifikasi bentuk dan jumlahnya. Kondisi jirat yang sudah hancur, nisan berserakan, rusak dan juga ada yang tenggelam dalam rawa.