Borobudur Conservation Exchange Workshop 2017 adalah kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh UNESCO Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan bantuan pendanaan dari Republik Federal Jerman.
Pelatihan dibuka oleh Marc Seeman (Third Secretary Cultural and Press Section dari Kedutaan Republik Federal Jerman) diidampingi oleh Bapak Marsis Sutopo (Kepala Balai Konservasi Borobudur) dan perwakilan dari PT Taman Wisata Bobobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.
Inisiasi dari kegiatan yang dilaksanakan oleh UNESCO Indonesia di Candi Borobudur adalah ketika terjadinya Letusan Gunung Merapi 2010 dan letusan 2014 Gunung Kelud di Jawa Tengah. Letusan tersebut merupakan ancaman serius bagi konservasi Candi Borobudur yang terdaftar sebagai Warisan Dunia Senyawa. Ancaman ini ditambah dengan keprihatinan yang terus berlanjut dari UNESCO tentang keadaan pelestarian candi, terutama relief batu. Menghadapi Tantangan ini, UNESCO bekerjasama dengan pemerintah Indonesia, meminta dukungan internasional untuk mendanai penelitian penting dan tindakan konservasi untuk memastikan pelestarian Candi Borobudur untuk jangka panjang.
Republik Federal Jerman menanggapi tantangan ini, dengan mendanai 7 proyek signifikan yang telah dilaksanakan oleh UNESCO Office, Jakarta selama 2011-2017, yaitu ” Penelitian Diagnostik Awal untuk Pemulihan Candi Borobudur dan Pelatihan Restorasi In-situ intensif “(2011),” Tahap Pertama Pekerjaan Restorasi / Konservasi Candi Borobudur “(2012),” Tahap Kedua Pekerjaan Restorasi / Konservasi dan Peningkatan Kapasitas di Candi Borobudur “(2013),” Tahap Ketiga Pekerjaan Restorasi / Konservasi Candi Borobudur “(2014). “Pengembangan Kapasitas untuk Konservasi Candi Borobudur “(2015),” Pengembangan Kapasitas untuk Konservasi Candi Borobudur dalam Kerangka Pengurangan Risiko Bencana “(2016) dan saat ini, “Pengembangan Kapasitas Tahap 6 untuk Konservasi Candi Borobudur “(2017).Proyek yang didanai oleh Republik Federal Jerman selama periode 2011-2015 telah menghasilkan sejumlah hasil yang signifikan dan berkelanjutan baik dalam konservasi pura dan dalam pengembangan kapasitas staf Balai Konservasi Borobudur, termasuk pengadaan peralatan baru;
Peningkatan kapasitas untuk Staf konservasi melalui teknik analisis baru; pelatihan pengelolaan warisan dunia secara profesional kepada anggota masyarakat melalui lokakarya konservasi batu; dokumentasi fotografi dan pelatihan langsung dalam sistem dokumentasi; identifikasi varietas batu dan pemetaan pola penurunancandi; identifikasi dampak pelapukan dan kerak pada candi; pengembangan non- teknik destruktif untuk menilai varietas batu; perkembangan mortar yang bisa digunakan untuk konservasi; identifikasi kepala patung Buddha yang hilang di Candi Borobudur; analisis sistem drainase, dan kegiatan pengurangan risiko bencana.
Pelatihan yang telah dilaksanakan sangat penting bagi pelestarian cagar budaya di Indonesia. Namun, masih banyak yang harus dilakukan khususnya di bidang konservasi batu, pelatihan teknik konservasi dan mit igasi bencana terhadap Warisan Dunia.
Selama beberapa tahun terakhir, Balai Konservasi Borobudur dipandang memiliki lebih banyak kapasitas dan keahlian teknis dari pada Balai Pelestarian Cagar Budaya dalam melakukan analisis konservasi dan pengujian laboratorium pendukung
Pelatihan pada tahun 2017, dilakukan dengan fokus pada konservasi, pengelolaan air dan arsip mengharapkan referensi dan masukan dari peserta pada UPT BPCB lainnya. Hal itu juga diharapkan dapat memperkuat kerjasama dan kemitraan antara konservator di Indonesia serta menunjukkan manfaat kerjasama Jerman-Indonesia dalam melindungi Warisan Dunia. Konservator dari berbeda daerah Indonesia diharapkan dapat berpartisipasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Materi Pameran tentang Rock Art
Materi yang diberikan oleh narasumber merupakan materi yang sebagian besar terkait dengan konservasi bangunan cagar budaya di Indonesia. Dr Esther von Plehve-Leisen dan Prof. Hans Leisen menyampaikan tentang Konservasi batu dan bata (glossary pola kerusakan batu, mortir). Mereka menjelaskan tentang metode dan penyebab kerusakan pada bangunan batu dan bata serta tahapan dan cara penanganan kerusakan dan konservasinya. Selain itu mereka memberikan Pengantar tentang Konservasi Rock Art di Timor Leste. Konservasi terhadap rock art belum dapat dilakukan secara intensif dengan memperbaiki gambar secara langsung, perlu pengembangan metode dan alat sebelum melakukannya.
Robert Fuchs menyampaikan tentang Reprografi Arsip Pemugaran Candi Borobudur yang perlu dilestarikan. Karena arsip pemugaran ini merupakan hal penting yang menjadi bagian dari nominasi warisan dunia Candi Borobudur. Mike Boge memberikan materi tentang Metodologi penyidikan air pada Candi Borobudur. Beliau memaparkan tentang kompleksitas saluran air yang dibangun pasca pemugaran tahap II Candi Borobudur. Perlengkapan dan teknologi monitoring terbaru perlu digunakan dalam melakukan pengecekan dan penyelidikan terhadap kondisi saluran dan kerusakan pada bagian candi.
Alat scanner
Dari waktu ke waktu Cagar Budaya mengalami kerusakan atau pelapukan sehingga UPT BPCB dan Balai Konservasi Borobudur memiliki tuntutan merencanakan untuk melaksanakan kegiatan konservasi. Tindakan konservasi preventif dan kuratif merupakan cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan Cagar Budaya yang memiliki nilai penting bagi kehidupan; Sebuah kebijakan sangat diperlukan dalam pelestarian Cagar Budaya agar dalam pelaksanaan konservasi dan pelestariannya dapat terlaksana dengan benar dan tepat. Kebijakan pelestarian Cagar Budaya merupakan keputusan Pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat. Sebelum dilakukannya tindakan konservasi Cagar Budaya perlu dilaksanakan adanya pengumpulan data dan pendokumentasian lengkap yang terdiri atas pengumpulan literatur dan observasi lapangan dari bangunan tersebut untuk mengetahui kondisi fisik bangunannya yang terdiri dari aspek struktural, arsitektural, dan lingkungan, sehingga dapat diidentifikasikan kerusakan maupun keterawatannya.
Pengenalan Mortar dan bahan yang digunakan
Pemberian cenderamata kepada peserta