Bioskop Keliling di Hati Masyarakat
Bioskop Keliling di Hati Masyarakat, dari masyarakat untuk masyarakat.
Salah satu program kerja untuk mendukung pelestarian cagar budaya di Kalimantan. BPCB Kalimantan Timur melakukan kegiatan publikasi dan sosialisasi kepada masyarakat umum melalui pemutaran film bertemakan budaya Kalimantan dan film domestik karya anak bangsa. Hal ini sesuai yang diamanatkan Presiden Republik Indonesia mengenai program nonton bareng film bioskop di 5.000 kecamatan, sebagai penjabaran dari Nawa Cita butir ke-8 tentang pembentukan karakter bangsa, nilai patriotise, dan cinta tanah air, semangat bela negara, dan budi pekerti. Sosialisasi dan publikasi dalam bentuk pemutaran film dilakukan selain untuk mengoptimalkan fungsi bioskop keliling, hal ini juga merupakn salah satu media yang mudah diingat serta memberikan pemahaman yang cepat bagi masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan hal tersebut, BPCB Kalimantan Timur bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur, Kecamatan Kota Bangun melaksanakan kegiatan “Sosialisasi dan Publikasi melalui Pemutaran Film”. Kegiatan ini akan dilakukan di Kecamatan Kota Bangun di 3 (tiga) sekolah menengah atas dan sederajat dan di 2 dua tempat umum (Desa Kedang Ipil dan Terminal Kota Bangun) yang pesertanya masyarakat umum di sekitar lokasi.
- Pelaksanaan Di Desa Kedang Ipil
Pada tanggal 25 November 2018, kegiatan Sosialisasi dan Publikasi Pemutaran Film (Bioskop Keliling) dilaksanakan di Balai Adat Desa Kedang Ipil.
Acara dimulai dengan pembukaan dari pranatacara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Desa Kedang Ipil Babak Puspawansyah, beliau mengucapkan terima kasih atas terpilihnya Desa Kedang Ipil menjadi salah satu tempat pelaksanaan pemutaran bioskop keliling oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur dan mengharapkan agar kegiatan ini dapat terus telaksana pada tahun-tahun berikutnya. Dalam sambutannya beliau sangat mengapresiasi kegiatan ini dan berharap dengan diputarnya film oleh bioskop keliling oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur ini dapat menambah semangat dan cinta terhadap tanah air. Beliau juga menyampaikan permohonan maaf karena penonton yang hadir di Balai Adat Kedang Ipil tidak sesuai dengan undangan yang telah disebar oleh Kepala Desa dikarenakan sedang ada kegiatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Jumlah penonton 72 orang.
Selanjutnya pemutaran film yang berjudul “Tanah Surga Katanya”.
Film ini menceritakan tentang Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965 hidup dengan kesendiriannya. Setelah isterinya meninggal, ia memutuskan untuk tidak menikah dan tinggal bersama anak laki-lakinya yang juga menduda bernama Haris dan dua anak Haris bernama Salman dan Salina. Hidup di perbatasan Indonesia Malaysia membuat persoalan tersendiri, karena masih didominasi oleh keterbelakangan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat perbatasan harus berjuang setengah mati untuk mempertahankan hidup mereka, termasuk keluarga Hasyim, namun kesetiaan dan loyalitasnya pada bangsa dan negara membuat Hasyim bertahan tinggal. Sedangkan Haris, anaknya memilih tinggal di Malaysia karena disana jauh lebih memberi harapan bagi masa depannya dibandingkan Indonesia. Dia juga bermaksud mengajak seluruh keluarganya yakni bapak dan kedua anaknya. Namun bagi Hasyim pindah ke Malaysia sama artinya dengan membela Malaysia sehingga dia memilih tetap tinggal di Indonesia bersama seorang cucu laki-lakinya.
- Perubahan Jadwal
Pada tanggal 26 November 2018, tim tidak melaksanakan pemutaran film bioskop keliling yang jadwalnya di SMAN 1 Kota Bangun dikarenakan pada pagi hari tepat pada tanggal 26 November diadakan upacara hari guru yang mewajibkan seluruh sekolah untuk ikut dalam upacara tersebut. Di hari itu juga siswa/siswi SMAN 1 Kota Bangun sedang mengadakan Mid Semester sehingga jadwal Mid semestre yang awalnya di pagi hari dipindahkan menjadi siang hari sehingga tidak ada waktu untuk kegiatan pemutaran film pada hari tersebut, sehingga kegiatan pemutaran dipindahkan menjadi tanggal 27 November 2018 jam 13.00 s.d. 16.00 Wita.
- Pelaksanaan di SMK Jaya Kencana dan SMA 1 Kota Bangun
– Pada tanggal 27 November 2018 jam 08.00 s.d 12.00 Wita, kegiatan Sosialisasi dan Publikasi Pemutaran Film (Bioskop Keliling) dilaksanakan di SMK Jaya Kencana Kota Bangun.
Acara dimulai dengan pembukaan oleh pranatacara, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh perwakilan dari SMK Jaya Kencana bernama Fransisca kemudian sambutan perwakilan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur yang diwakili oleh Ibu Astrid. Dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan terima kasih karena tim telah diterima dengan baik, beliau juga menyampaikan tentang maksud dan tujuan kegiatan bioskop keliling. Kemudian sambutan dari Kepala Kepolisian Kota Bangun yang diwakili oleh Kanit Intel Bapak Joko. Beliatu berpesan bahwa sebaiknaya kegiatan yang positif seperti ini dapat terus berjalan agar generasi muda tetap pada koridor yang benar dimata masyarakat.
Sambutan selanjutnya dari Kepala Sekolah SMK Jaya Kencana yang diwakili oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana da Prasarana Bapak Heriyansyah, S.Pd. Dalam sambutan yang disampaikan beliau menyampaikan pesan Kepala Sekolah untuk menyampaikan ucapan terima kasih telah atas terpilihnya SMK Jaya Kecana menjadi salah satu tempat pelaksanaan pemutaran bioskop keliling oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur dan mengharapkan agar program ini dapat terus berlanjut. Dalam sambutannya beliau menyatakan jika film ini jangan hanya dilihat sebagai sebuah tayangan saja namun dengan tayangan bioskop ini diharapkan murid-murid dapat mengambil pesan-pesan yang terkandung dari cerita film. Jumlah penonton 154 orang.
Selanjutnya pemutaran film yang berjudul “Ketika Bung di Ende”
Tibalah Sukarno (bung karno) yang perankan oleh Baim Wong dan istrinya Inggit Garnasih yang diperankan oleh Paramitha Rusandy serta keluarga lainnya di pelabuhan Ende. Sebuah pulau kecil dan tepencil di Flores, Nusa Tenggara Timur. Beliau layaknya para tahanan politik lain, mengalami pengasingan karena di anggap berbahaya bagi rezim yang tengah berkuasa. Saat itu rezim kolonial belanda lah yang menganggap bung Karno adalah tokoh sekaligus motor penggerak perlawanan terhadap belanda. Mereka mengalami fase-fase yang cukup sulit di awal keberaaan mereka di Ende. Lebih-lebih sebelum kedatangannya, pihak kolonial sudah melakukan propaganda bahwa bung Karno adalah seorang yang sangat berbahaya. Meskipun itu, di asingkan bahkan dipenjara seperti ini bukanlah hal pertama kali di alami oleh bapak pendiri bangsa ini. Di bandung yang merupakan tempat terakhir sebelum ke Ende, beliau juga telah pernah di penjara. Beliau harus wajib melaporkan dirinya setiap hari pada pihak kolonial. Untuk berjalan keliling kampung pun harus di awasi. Hal itu adalah bagian dari ketakutan kolonial atas sosok bung Karno. Pasalnya, sebelum di asing ke Ende, beliau selalu terlibat dalam penggalangan massa dan gerakan-gerakan pemberontakan. Karnanya sangat di antisipasi, jangan sampai hal itu terjadi di pulau yang kecil dan asing ini.
- Pada tanggal 27 November 2018 jam 13.30 s.d 16.00 Wita, kegiatan Sosialisasi dan Publikasi Pemutaran Film (Bioskop Keliling) dilaksanakan di SMAN 1 Kota Bangun. Kegiatan dibuka oleh Pranatacara yang kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Sekolah SMAN 1 Kota Bangun yang diwakili oleh Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Ibu Rita B. S.Pd sekaligus membuka acara. Dalam sambutannya beliau sangat mengapresiasi kegiatan ini, bioskop keliling yang di selenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur menambah media hiburan apalagi ditengah-tengah mid semester siswa/siswi SMAN 1 Kota Bangun, beliau juga menyampaikan semoga siswa/siswi yang hadir dapat
Mengambil pelajaran dari film yang akan ditayangkan karena pastinya penuh dengan semangat nasionalis dan pengetahuan tentang budaya Indonesia. Jumlah penonton 74 orang.
Selanjutnya pemutaran film yang berjudul “Sekolah Rimba”
Film ini menceritakan tentang seorang perempuan yang bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi bernama Butet Manurung (Prisia Nasution). Dia telah menemukan jalan hidup yang diinginkannya. Menjadi seorang pengajar di masyarakat suku Anak Dalam yang dikenal sebagai Orang Rimba, yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas. Hingga suatu hari Butet terkena demam malaria di tengah hutan, seorang anak yang tak dia kenal datang menyelamatkannya. Nyungsang Bungo (Nyungsang Bungo) nama anak itu, berasal dari Hilir sungai Makekal, yang jaraknya sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar. Diam-diam Bungo telah lama memperhatikan Ibu guru Butet mengajar membaca. Ia membawa sebuah gulungan kertas perjanjian yang telah di “cap jempol” oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang desa yang mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin belajar membaca pada Butet agar dapat membaca surat perjanjian itu. Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bisa membawa malapetaka bagi mereka. Namun melihat keteguhan hati Bungo dan kecerdasannya membuat Butet mencari segala cara agar ia bisa tetap mengajar Bungo, hingga malapetaka yang ditakuti oleh kelompok Bungo betul-betul terjadi. Butet terpisahkan dari masyarakat Rimba yang dicintainya.
- Pelaksanaan di MAN 1 Kutai Kartanegara
Pada tanggal 28 November 2018, kegiatan Sosialisasi dan Publikasi Pemutaran Film (Bioskop Keliling) dilaksanakan di Madrasah Aliya Negeri 1 Kutai Kartanegara, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kegiatan dibuka oleh Pranatacara yang kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya. Selanjutnya sambutan dari Perwakilan Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur yang diwakili oleh Bapak Suherman yang menyampaikan ucapan terima kasih telah disambut dengan baik di MAN 1 Kutai Kartanegara. Kemudian sambutan Kepala Sekolah Madrasah Aliya Negeri 1 Kutai Kartanegara, Bapak Taupin, S.Ag. M.Pd.I beliau mengucapkan terima kasih atas terpilihnya MAN 1 Kutai Kartanegara menjadi salah satu tempat pelaksanaan pemutaran bioskop keliling oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur dan mengharapkan agar program ini dapat terus berlanjut. Dalam sambutannya beliau menyatakan jika film ini jangan hanya dilihat sebagai sebuah tayangan saja namun dengan tayangan bioskop ini diharapkan murid-murid dapat mengambil pesan-pesan yang terkandung dari cerita film. Jumlah penonton 308 orang.
Selanjutnya pemutaran film yang berjudul “Tanah Surga Katanya”.
Film ini menceritakan tentang Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965 hidup dengan kesendiriannya. Setelah isterinya meninggal, ia memutuskan untuk tidak menikah dan tinggal bersama anak laki-lakinya yang juga menduda bernama Haris dan dua anak Haris bernama Salman dan Salina. Hidup di perbatasan Indonesia Malaysia membuat persoalan tersendiri, karena masih didominasi oleh keterbelakangan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat perbatasan harus berjuang setengah mati untuk mempertahankan hidup mereka, termasuk keluarga Hasyim, namun kesetiaan dan loyalitasnya pada bangsa dan negara membuat Hasyim bertahan tinggal. Sedangkan Haris, anaknya memilih tinggal di Malaysia karena disana jauh lebih memberi harapan bagi masa depannya dibandingkan Indonesia. Dia juga bermaksud mengajak seluruh keluarganya yakni bapak dan kedua anaknya. Namun bagi Hasyim pindah ke Malaysia sama artinya dengan membela Malaysia sehingga dia memilih tetap tinggal di Indonesia bersama seorang cucu laki-lakinya.
3.5. Pelaksanaan di Terminal Kota Bangun
Pada tanggal 29 November 2018, kegiatan Sosialisasi dan Publikasi Pemutaran Film (Bioskop Keliling) dilaksanakan di Terminal Kota Bangun, Kecamatan Kota Bangun. Kegiatan dibuka oleh Pranatacara yang kemudian sambutan dari Sekretaris Kecamatan Kota Bangun Bapak Julkifli, S.E Beliau mengucapkan dengan diputarnya film Indonensia yang dilakukan oleh tim bioling Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur diharapkan masyarakat dapat mengambil hikmah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya pemutaran film yang berjudul “Laskar Pemimpi”
Film ini berlatar belakang masa penjajahan Belanda di Indonesia. Diceritakan sekelompok pemuda pemudi yang mendaftarkan diri sebagai pasukan gerilya Indonesia di bawah pimpinan Kapten Hadi sugito. Para anggota baru tersebut antara lain Sri, Udjo, Ahok, dan Tumino dilatih oleh Kopral Jono yang sering diturunkan pangkatnya serta Letnan Bowo, tangan kanan Letnan Hadi. Sebelum Sri dan yang lainnya mendapat bekal bertempur yang memadai, pasikan KNIL menyerang basis mereka di Desa Panjen serta menculik Wiwid dan Yayuk hingga membuat Kopral Jono dan anggota baru marah. Di bawah pimpinan Kopral Jono, mereka menyerbu markas KNIL namun akhirnya ikut ditawan. Untunglah Letnan Bowo dan pasukan Panjen lainnya menyusul dan membebaskan merka. Ulah Kopral Jono dan anak buahnya membuat Kapten Hadi marah dan memecat merka. Namun semangat bertempur Kopral Jono dan laskar terbuang ini tidak surut. Diam-diam meraka bergerak sendiri mencegat pasukan bantuan Belanda. Akhirnya mereka dikenal sebagai pasukan elit oleh pasukan Siliwangi.
- Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Sosialisasi dan Publikasi Pemutaran Film (Bioskop Keliling) dilaksanakan di 2 kecamatan di 6 lokasi. Jumlah penonton untuk masing-masing kecamatan, yaitu:
Sekolah :
1). SMK Jaya Kencana Kota Bangun 154 Orang
2). SMAN 1 Kota Bangun 74 Orang
3). MAN 1 Kutai Kartanegara 306 Orang
Umum :
1). Desa Kedang Ipil Kecamatan Kota Bangun 72 Orang
2). Terminal Kota Bangun 37 Orang