Situs Candi Bangkal

0
3185

Situs Candi Bangkal berada di dekat Kali Porong tepatnya berada di sebelah barat Kali Porong dan berada di sekitar pemukiman penduduk. Area candi dikelilingi pagar pembatas berupa pagar kawat berduri dengan akses pintu masuk berada di sebelah barat. Terdapat pos jaga di dekat pintu masuk area candi. Posisi Candi Bangkal lurus dengan pintu masuk area candi. Candi yang terletak di Desa Candiharjo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto dikelilingi oleh lahan persawahan kecuali pada sisi barat berupa lahan pemukiman.

Di sisi utara candi terdapat tiga makam yang terlindungi sebuah cungkup. Makam tersebut oleh masyarakat dikenal sebagai makam tokoh yang membuka daerah tersebut (babad alas) dan keluarganya yang bernama Mbah Ngadimun, Ki Ageng Musyarofah (istri Mbah Ngadimun) dan Abdul Salam (anak). Selain makam terdapat sebuah pendopo terbuka dan satu ruangan tertutup sebagai tempat meletakkan peralatan mengurus jenazah. Saat musim hujan area candi tergenang air. Di depan candi induk terdapat susunan bata sebagai candi perwara dan pembatas bata mengeliling bangunan candi. Pada sisi utara di bawah pohon soeko terdapat beberapa antefik dan blok batu candi.

Keberadaan Candi Bangkal pernah dibahas secara singkat oleh N.J.Krom pada tahun 1923 dalam  bukunya Inleiding tot de Hindue Javaansche Kunst. Kemudian E.B Volger dalam bukunya  De Monsterkop in de Hindoe-Javaansche Bouwkunst menjelaskan keberadaan serta membahas kepala kala yang ada pada candi tersebut. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa Majapahit namun hingga kini masih dapat kita jumpai dan masih berdiri kokoh didasarkan pada ciri khas bahan dasar pembentukannya berasal dari bahan bata, namun beberapa pondasi dan undakan berbahan batu andesit. Belum ada data referensi yang dapat menjelaskan keberadaan candi ini, namun kondisi Candi Bangkal yang menghadap ke Barat diperkirakan sebagai tempat upacara keagamaan. Keberadaan Candi Bangkal yang berada di dekat Kali Porong dapat memiliki makna simbolik sebagai penolak atau mencegah marabahaya yang datang dari determinasi (kekuasaan) alam pada sungai tersebut. Pada masa kini masyarakat masih menggunakan keberadaan candi ini sebagai suatu tempat yang dianggap sakral yaitu kegiatan setelah panen, warga setempat menggelar acara sedekah bumi.(Lap. Inventarisasi Kab.Mojokerto Tahap II)